,

Tidak Sengaja, Pasangan Ini Menemukan Spesies Baru Lemur Saat Liburan

Tahukah anda bahwa pulau Madagaskar merupakan salah satu pulau terunik di dunia karena endemisitas hewan-hewannya? Karena proses evolusinya yang terpisah jauh selama ratusan ribu tahun, pulau ini memiliki satwa-satwa yang tidak dimiliki di belahan dunia lainnya. Hal itulah yang membuat Rhett Butler, pendiri Mongabay terinspirasi memberi nama situs berita lingkungan ini dengan nama salah satu pulau kecil di lepas pantai timur Afrika tersebut.

Ternyata belum semua satwa liar di kawasan tersebut telah diketahui. Seperti yang dilakukan oleh Dr. Charlie Gardner dan istrinya Louise Jasper, pasangan peneliti dari University of Kent, Inggris dan istrinya yang fotografer alam bebas memiliki nasib baik yaitu menemukan spesies lemur kerdil bertampang unik (Cheirogaleus).

Penemuan ini sebenarnya tidak direncanakan. Kebetulan pasangan ini sedang berlibur di Nosy Hara, sebuah pulau tak berpenghuni di lepas pantai barat laut Madagaskar. Sebelumnya, selamat satu dekade pasangan ini telah bekerja di banyak negara di tempat-tempat yang belum didatangi oleh manusia.

“Nosy Hara ada di daftar kunjungan liburan kami, karena masih sedikit dikunjungi dan murni, dan kami telah mendengar hal besar tentang hal itu dari teman-teman,” kata Gardner kepada mongabay dalam sebuah wawancara elektronik. Gardner memulai liburannya di pulau ini pada bulan April 2015 yang lalu.

Lemur ini hidup terisolasi di pulau kecil sehingga memiliki tubuh kerdil dan tidak takut kepada manusia, yang dianggap bukan sebagai predatornya. Photo credit: Louise Jasper (atas dan bawah)

Satwa seperti penyu masih melimpah dan mudah dijumpai di pantai di pulau terpencil itu. Demikian pula dengan terumbu karang yang sehat, karena tidak ada banyak aktivitas pengambilan ikan di sekitar pulau. Pulau ini juga rumah bagi hewan menakjubkan seperti Brookesis micra, spesies bunglon terkecil dunia, termasuk rumah bagi spesies elang laut yang terancam punah.

Penemuan ini pun tidak sengaja. Seperti tradisi mereka setiap berlibur, Dr Gardner dan istrinya selalu keluar malam dan berjalan di hutan untuk melihat berbagai jenis reptil dan amfibi nokturnal. Saat itulah mereka berjumpa melihat sejenis lemur kerdil yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Segera setelah penampakan pertama, berturut-turut di empat malam berikutnya mereka melihat individu lainnya. Lemur-lemur itu sendiri tampaknya tidak takut dengan kehadiran pasangan ini.

“Selalu menarik jika anda dapat melihat lemur langsung di alamnya. Ini pengalaman sangat istimewa, padahal kami awalnya tidak sadar bahwa mereka spesies baru,” jelas Gardner. “Saat itu kami sangat gembira karena bisa melihat mereka dari jarak dekat, hanya beberapa kaki dekatnya. Pengalaman tidak terlukiskan.”

Menurut Gardner lemur-lemur itu sangat jinak, dan datang cukup dekat untuk disentuh, dan mereka sangat kecil, bahkan untuk ukuran lemur kerdil. Karena adanya evolusi, lemur-lemur ini tumbuh kerdil (dwarfisme), suatu yang sangat khas karakteristik dari spesies pulau.

Kekerdilan di suatu pulau dalam jangka panjang merupakan suatu bentuk adaptasi evolusioner yang muncul dari terbatasnya pasokan makanan dalam sebuah ekosistem. Respon tidak takut terhadap kehadiran manusia, juga merupakan tanda bahwa spesies tersebut telah lama terisolasi dan tidak memiliki predator yang pernah ditemukan sebelumnya.

Predator seperti beragam jenis ular yang banyak dijumpai di Madagaskar, yang dapat membuat lemur takut, tidak dijumpai di Nosy Hara. Bahkan jenis burung yang biasanya mengancam lemur kecil tidak tinggal di pulau tersebut.

Pulau Nosy Hara, sebuah pulau kecil di pantai barat Madagaskar. Photo credit: Louise Jasper (atas dan bawah)

Gardner sendiri sangat legawa untuk tidak berupaya memasukkan namanya untuk spesies lemur ini. Menurutnya penamaan spesies baru ini harus menarik perhatian, dan dapat melindungi hidupan liar yang ada di sini.

“Kami berpikir jika nanti spesies lemur itu diberi nama [ilmiah], harusnya nama spesies ini harus ada kaitannya dengan nama pulau ini, Nosy Hara. Hal ini perlu agar dapat menarik dana yang lebih banyak bagi konservasi pulau ini,” tutur Gardner. “ Ide lain yaitu mengadakan lelang nama untuk mengumpulkan uang untuk konservasi pulau Nosy Hara maupun untuk Madagaskar secara lebih luas.”

Gardner sendiri bukanlah seorang ahli primata, termasuk lemur, namun secara pribadi memiliki ketertarikan dengan berbagai spesies yang ada di Madagaskar sejak 2003. Penelitiannya di University of Kent berfokus pada strategi perlindungan kawasan lindung dan model pengelolaannya, meliputi ekologi, sisi antropologi hingga melibatkan pemerintahan.

“Konservasi adalah tentang manusia, tidak saja fokus kepada satu ekologi, jadi saya jarang melakukan penelitian tentang keanekaragaman hayati namun lebih pada upaya memahami ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan membangun upaya untuk strategi konservasinya,” jelas Gardner.

“Pekerjaan yang sebenarnya bahkan belum dimulai. Diperlukan penelitian lanjutan untuk memahami, menentukan, menggambarkan perilaku dan melindungi (jika benar) ini merupakan spesies yang benar-benar baru. Kami berharap temuan kami dapat merangsang peneliti lain untuk datang dan menyelidikinya.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,