,

Hadapi Krisis Ganda, Bagaimana Meningkatkan Produksi Ikan?

Agustus lalu di Yogyakarta, dari peneliti, pengajar dan instansi pemerintah, sampai mahasiswa dari berbagai negara berkumpul dalam simposium mencari solusi dan bertukar ilmu bagaimana meningkatkan budidaya ikan. Berbagai masalah mengelilingi sektor perikanan, dari penangkapan berlebih, ekosistem rusak sampai perubahan iklim.

Rustadi, Kepala Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada mengatakan, masalah global dan nasional terkait keberlanjutan budidaya ikan ada beberapa faktor. Pertama, penyakit  bisa dari bawaan benih, teknik budidaya, dan bahan pakan.

Kedua, minim data. Data ikan-ikan yang mengalami penangkapan berlebih diperlukan guna meningkatkan stok ikan  ini. “Ikan overfishing ditanggulangi dengan pembenihan ikan.”

Ketiga, perubahan iklim. Keadaan ini, menyebabkan kualitas air memburuk karena suhu ekstrim. Ia juga mendorong penyakit ikan, bahkan ada beberapa jenis penyakit tidak diketahui. Perubahan iklim juga menyebabkan keasaman air tidak stabil.

Keempat, ekosistem laut juga terdampak perubahan iklim seperti terumbu karang rusak. Indonesia kaya terumbu karang tetapi banyak rusak. Data terbaru Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengungkap, hanya 5,3% terumbu karang Indonesia sangat baik, 30,45% buruk. Indonesia telah kehilangan sebagian besar mangrove. Dari 1982-2000, Indonesia kehilangan lebih setengah hutan mangrove, dari 4,2 juta menjadi 2 juta hektar.

Untuk itu, krisis ganda dari degradasi ekosistem kelautan sampai penangkapan ikan berlebih harus menjadi perhatian pemerintah.

Produktivitas ikan Indonesia, katanya,  akan lebih baik apabila manajemen terumbu karang, situasi perikanan dan ketahanan pangan dikelola baik. “Juga didukung aturan dan penegakan hukum maksimal.”

Pandangan juga datang dari Murwantoko, dosen Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian UGM juga ketua panitia simposium. Dia mengatakan, produksi ikan Indonesia tidak terlepas dari permintaan pasar tinggi karena pergeseran pola konsumsi masyarakat.

“Harga ikan meningkat. Peningkatan permintaan harus diimbangi peningkatan kapasitas produksi.”

Organisasi pangan dan pertanian dunia, FAO, memperkirakan, nelayan dan petani ikan di dunia sekitar 58.272 juta orang, sekitar 84,16%  di Asia. Produksi ikan global mencapai 158 juta ton dengan 91,3 juta ton dari perikanan tangkap. Diperkirakan 136,2 juta ton ikan langsung dikonsumsi, sisanya bahan baku pakan ikan dan ternak. Indonesia, salah satu pemain kunci perikanan global.

“Sektor perikanan tangkap, Indonesia peringkat kedua setelah Tiongkok. Budidaya menempati keempat setelah Tiongkok, India dan Vietnam.”

Dari sisi penerimaan devisa, ekspor perikanan Indonesia terus meningkat. Pada 1985 hanya menghasilkan devisa US$5 miliar jadi US$35,4 miliar 2012. Perdagangan perikanan jauh lebih tinggi dari komoditas pertanian lain seperti kopi, karet, kakao, beras dan daging.

Kazuya Nagasawa datri Hiroshima University mengatakan, pengembangan produksi ikan di Jepang dengan melepas benih ikan di laut. Program ini, berhasil meningkatkan populasi ikan tertentu yang sebelumnya menurun. “Salah satu kami menggunakan salmon.”

Saat ini, sekitar 1,8-2 miliar salmon diproduksi setiap tahun dari penangkaran benih dan dilepaskan kembali ke sungai menuju laut di bagian utara Jepang .

“Ikan-ikan ini selama empat sampai enam tahun di laut untuk masa pertumbuhan ketika dewasa nanti kembali ke sungai, bertelur.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,