, ,

Joe Yaggi: Program Siaran Televisi Indonesia Belum Banyak Angkat Isu Lingkungan

Kampanye pelestarian lingkungan serta penyelamatan satwa banyak dilakukan oleh para aktivis, baik berupa sosialisasi, aksi unjuk rasa, hingga dialog publik. Namun, ada cara lain yang dapat dilakukan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dan ikut serta menjaga lingkungan. Membuat film dokumenter yang disiarkan melalui televisi, salah satunya.

Cara ini yang dilakukan Joe Yaggi, yang aktif sebagai pembuat film dokumenter bertema lingkungan dan satwa di Bumi Hijau TV. Ajakan mendokumentasikan peristiwa yang berkaitan dengan isu lingkungan dan satwa, disampaikannya saat menjadi pembicara pada ProFauna Conference 2015 di Malang, beberapa waktu lalu.

Joe Yaggi berpendapat, prospek film dokumenter sangat berpeluang untuk mengisi program-siaran televisi di Indonesia, sebagai alternatif edukasi bertema lingkungan. Ini dikarenakan pengaruh siaran televisi masih sangat besar dibandingkan media-media lain terutama dalam usaha meraih perhatian masyarakat secara umum.

“Di Indonesia televisi memiliki penetrasi 95 persen ke masyarakat, yang pastinya lebih banyak jumlahnya dibanding media cetak atau internet. Media, pastinya berperan penting dalam mengangkat isu-isu lingkungan agar masyarakat lebih peduli dan memahami kondisi yang ada,” ujar pemilik Jungle Run Production ini.

Menurut Joe Yaggi, meski sudah tayangan bertema lingkungan di televisi Indonesia, namun jumlah tayangan tersebut perlu diperbanyak lagi. Terlebih, selama ini televisi di Indonesia masih memakai rating sebagai landasan membuat program siaran. Padahal, program siaran berupa film dokumenter juga banyak diminati masyarakat.

“Di Indonesia ada 12 stasiun televisi, dan mereka berpedoman pada lembaga rating seperti AC Nielsen. Isu lingkungan belum banyak menjadi pilihan, karena program tayangan hiburan, komedi, dan sinetron masih mendominasi.”

Melalui Bumi Hijau TV, Joe Yaggi ikut memproduksi serta menyebarluaskan program-program bertemakan lingkungan ke 100 lebih televisi lokal di seluruh Indonesia. Setiap tahunnya, ada sekitar 150 film dokumenter yang diproduksi, sebagai media informasi penting bagi masyarakat di berbagai daerah.

“Di daerah, kami menemukan orang yang sebenarnya peduli tentang persoalan lingkungan, dan kami mengeluarkan film-film dokumenter seperti ini untuk mengajak masyarakat. Kami berharap mereka dapat berpartisipasi pada isu yang sama, dan mereka bisa memahami,” papar Joe yang merupakan Dewan Penasehat ProFauna.

Pembuatan film dokumenter, lanjut Joe, memang tidak akan mendatangkan keuntungan sebagaimana membuat program televisi yang sesuai rating. Namun, film dokumenter merupakan media yang sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat, khususnya mengenai isu lingkungan dan permasalahan lainnya.

“Persoalan lingkungan juga harus menjadi tanggungjawab media, paling tidak untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman masyarakat agar mau manjaga dan melestarikan lingkungan. Melalui tayangan televisi, orang yang tidak berpendidikan sekalipun akan dapat memahami pesan apa yang ingin disampaikan,” pungkas lelaki yang sudah berada di Indonesia selama 20 tahun ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,