Gerakan Anti Asap Kalteng, mendesak pemerintah menangani dan mencegah serius kebakaran hutan dan lahan. Mereka juga mengusulkan beberapa langkah dan upaya kepada pemerintah.
Titik-titik panas masih ‘menguasai’ Sumatera dan Kalimantan hingga kabut asap makin pekat. Kualitas udara berada pada posisi tidak sehat atau berbahaya. Bahkan, kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan ini mulai meluas ke Singapura dan Malaysia. Pada Sabtu (12/9/15), Putrajaya sudah diselimuti asap. Kualitas udara dua negara tetangga itu dari sedang hingga tak sehat.
Informasi dari BNPB menyebutkan, angin mengarah ke timur laut menyebabkan asap Riau, Jambi dan Sumatera Selatan, menutup Singapura.
“Sumber asap terbesar berasal dari Sumsel. Kualitas udara di Singapura pada Jumat (11/9/15) pukul 19.00 tidak sehat dengan PSI 129-148. Begitu pula asap di Kalimantan Barat, terbawa angin ke timur laut hingga bagian barat Serawak (Peninsular) Malaysia, tertutup asap sedang,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi mereka.
Berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua pada Jumat (11/9/15) pukul 05.00, terdapat 1.887 hotspot (titik api), sebanyak 575 di Sumatera dan 1.312 Kalimantan. Di Sumatera, masih terkonsentrasi di Sumatera Selatan (Sumsel) 449, Jambi (93), Bangka Belitung (49), dan Riau (11). Di Kalimantan ada 1.312 titik api, Kalimantan Barat (508), Kalimantan Selatan (127), Kalimantan Tengah (579), Kalimantan Timur (95) dan Kalimantan Utara (4).
“Diperkirakan sampai 14 September -2015, potensi kebakaran masih tinggi karena cuaca makin kering. Asap masih mengepung Sumsel, Jambi, Riau, sebagian Lampung, dan hampir seluruh Kalimantan kecuali Kaltara,” katanya.
Dia mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Sumsel, selalu sulit dipadamkan dan meluas, seperti pada 2014. Dari satelit tampak asap tebal Sumsel menutup Jambi dan Riau.
Pada Jumat itu, semua penerbangan di Pekanbaru dibatalkan. Jarak pandang di Pekanbaru, 700 meter, Rengat dan Pelalawan (200), Dumai (400), Jambi (400-800). Kualitas udara, Jambi dan Riau, berbahaya. Sekolah-sekolah diliburkan. Sedang di Kalimantan, hampir 80% wilayah tertutup asap dengan kepekatan sedang sampai tinggi.
“Upaya pemadaman terus di semua daerah terbakar. Nampaknya pembakaran masih berlangsung terlihat dari hotspot meningkat, khusus Sumsel dan Kalimantan. Hanya hujan deras yang mampu memadamkan semua,” ucap Sutopo.
Pada Sabtu (12/9/15), keadaan tak juga membaik. BNPB melaporkan, sebaran asap kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan, lebih meluas dibandingkan kemarin. Sabtu ini hampir 65% Sumatera tertutup asap. Bahkan wilayah selatan-barat daya Malaysia, tertutup asap.
Indeks Standar Pencemaran Udara di Kuala Lumpur, 117-146 PSI (tidak sehat), dan Serawak 126-156 PSI (tidak sehat). Di Singapora 81-92 PSI (sedang). Jarak pandang di Putrajaya, Malaysia sekitar 700 meter.
Titik panas di Sumatera Sabtu ada 833 tersebar di Sumsel (621), Jambi (100), Babel (45), Lampung (25), Riau (14), Bengkulu (10), Sumbar (12), dan Kepri (5). Di Kalimantan ada 353 hotspot, tersebar di Kalsel (110), Kalteng (107), Kaltim (130), Kalbar (1), dan Kaltara (5).
“Pagi hari jarak pandang Pekanbaru, Rengat, Dumai, 100 meter. Sore hari mulai membaik satu km. Kualitas udara di Sumatera dan Kalimantan terpapar asap masih tidak sehat hingga berbahaya,” katanya.
Sementara data penderita inpeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Riau, sebanyak 14.566 jiwa, Sumsel 22.855, dan Kalsel 40.000.
Pemadaman api berlanjut
Sementara itu, pemadaman api terus berlanjut baik udara, darat, diikuti penegakan hukum, sosialisasi dan pelayanan kesehatan.
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, memimpin rapat koordinasi di Posko Satgas Siaga Bencana Asap Akibat Karhutla di Palembang (11/9/15) mengatakan, rencana operasi perlu serentak baik pemadaman, pengerahan sumberdaya, mencegah kebakaran baru, intensifkan sosialisasi, sampai penegakan hukum.
BNPB, katanya, akan menambah satu helikopter MI-171 dari Papua ke Palembang. Juga berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan terkait perizinan penerbangan. Ada 1.050 personil TNI siap buat Satgasops BNPB di Musi Banyuasin, OKI, dan Banyuasin.
Kerugian warga tiada tara
Kalteng, salah satu provinsi yang mengalami bencana kebakaran hutan dan lahan, tahunan. Meskipun sudah ada peringatan El-Nino dari BMKG, sejak awal, tetapi kebakaran tetap terulang.
Aryo Nugroho, juru bicara Gerakan Anti Asap Kalimantan Tengah (GAAS) mengatakan, pemerintah seharusnya bisa bertidak lebih serius dalam pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan.
GAAS mencatat, kerugian masyarakat dampak kebakaran lahan dan hutan yang menimbulkan kabut asap membuat ribuan jiwa terserang ISPA, paru-paru terancam kanker, jam belajar siswa berkurang. Lalu, transportasi udara terhambat, dan kecelakaan lalu lintas merenggut jiwa di Palangkaraya dan Kotawaringin Barat.
“Kerugian ekonomi yang ditanggung warga tak sedikit, bisa mencapai Rp35 juta per hektar,” katanya.
Dia mencontohkan, 20 hektar kebun nanas di Basarang, Kapuas, terbakar. Bila per hektar 10.000 nanas Rp3.500 perbuah, 20 hektar menghanguskan pendapatan petani Rp350 juta.
Aswan, Camat Basarang dikutip GAAS, menyebut enam warga pingsan dan satu mengalami patah kaki saat menyelamatkan diri dari kepungan api yang membakar kebun karet.
GAAS mengapresiasi upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelidiki perkebunan sawit di Kalimantan Tengah yang diduga membakar lahan.“PT CItra Sejati Sukses di Palangkaraya, PT. Arjuna Sawit Utama di Katingan dan PT. Surya Cipta Perkasa di Pulang Pisau telah disegel KLHK.”
GAAS juga mengidentifikasi perkebunan lain yang menghasilkan titik api di konsesi mereka. Perkebunan itu PT. Nusantara Sawit Persada, PT. Hutan Sawit Lestari, PT. Globalindo Alam Perkasa, dan PT. Karya Luhur Sejati, semua di Kotawaringin Timur. “Semua pada lahan gambut.”
Desakan masyarakat sipil
Berkenaan dengan fakta-fakta itu, GAAS mendesak evaluasi perizinan dan audit lingkungan bagi perkebunan sawit. Bila ditemukan titik api, perusahaan patut disidik menggunakan pendekatan hukum multi-door agar serius.
DPRD juga didesak mengambil inisiatif menyusun rancangan peraturan daerah tentang tanggung jawab perusahaan terkait kebakaran lahan dan hutan di konsesi mereka.
Dalam perencanaan dan pembangunan wilayah, GAAS mengusulkan peta rawan bencana kebakaran lahan dan hutan yang terus diperbarui. Peta ini, katanya, akan menjadi rujukan multipihak dalam menyusun rencana mitigasi, pemantauan intensif dan penanganan tindak kebakaran.
Mereka juga mengusulkan, penggunaan teknologi penginderaan jarak jauh dan wahana tanpa awak (drone) sebagai sarana pemantauan area rawan kebakaran. Juga, membangun infrastruktur penunjang pemadaman kebakaran, seperti sumur bor dekat lokasi rawan kebakaran. “Ini dua hal penting perlu menjadi perhatian.”
Tak kalah penting, katanya, membangun kewaspadaan kebakaran melalui pendidikan dan sistem informasi memadai. Alat-alat peraga ISPU, katanya, harus dipastikan tersedia di ruang publik dan berfungsi baik.
Teknologi diabaikan
Ronny Teguh, akademisi Universitas Palangkaraya, mengatakan, api di lahan gambut bisa diidentifikasi lebih dini dengan teknologi. Identifikasi ini bagian mitigasi yang akan meminimalisir dampak kebakaran.
Identifikasi ini berbasis analisa tinggi permukaan air tanah. Kala kemarau panjang, teknologi bisa mengukur seberapa jauh permukaan air tanah di lahan gambut turun.
“Bila air tanah turun drastis, saya pastikan ada api di gambut itu. Di Kalampangan, saya lihat itu!” Kalampangan, gambut eks proyek sawah sejuta hektar, salah satu tempat stasiun teknologi Teguh.
Dia telah melaporkan temuan ini pada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalteng. Sayanganya, BLHD mengatakan harus memverifikasi dulu temuan Teguh dan membutuhkan waktu lebih dua minggu. Terlambat, karena saat BLHD menyadiri, api sudah membesar dimana-mana.