Terumbu karang di Indonesia, salah satu kekayaan alam yang terancam. Sebagian sudah rusak. Foto: Wildlife Conservation Society
Laut merupakan ekosistem penyedia sumber pangan dan obat-obatan, alias sumber kehidupan bagi manusia. Ia juga habitat 50-80% keragaman hayati dunia. Kesehatan ekosistem laut harus terjaga.
Indonesia, berperan penting dalam menjaga laut dunia. Mengapa? Dengan 17.504 pulau, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Garis pantai 95.181 kilometer persegi, terpanjang di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia. Sebanyak 65% dari 467 kabupaten/kota di negeri ini berada di pesisir. Pada 2010, populasi penduduk Indonesia lebih 237 juta orang, sekitar 80% hidup di pesisir.
Kekayaan spesial karena negara kepulauan, Indonesia memiliki terumbu karang mencapai 50.875 kilometer persegi, atau sekitar 18% dari total dunia. Sebagian besar di bagian timur Indonesia atau biasa disebut segitiga karang (coral triangle). Ia menjadi salah satu kekayaan hayati dunia, rumah sekitar 590 spesies karang keras.
Bagaimana kondisi laut Indonesia?
Greenpeace memaparkan, lautan dunia terus mengalami tekanan luar biasa dari berbagai ancaman baik pencemaran, penangkapan ikan berlebih dan perubahan iklim. Ancaman juga tak terlepas di laut Indonesia.
Data Pusat Penelitian Oseano Pusat Penelitian Oseano-grafi LIPI mengungkap, hanya 5,3% terumbu karang Indonesia tergolong sangat baik, 27,18% kondisi baik, cukup 37,25%, dan buruk 30,45%.
Greenpeace menyebutkan, penyebab kerusakan terumbu karang rusak antara lain pembangunan pesisir, pembuangan limbah berbagai aktivitas didarat maupun di laut, sedimentasi akibat hulu dan daerah aliran sungai rusak. Juga, pertambangan, penangkapan ikan merusak– menggunakan sianida dan alat tangkap terlarang, pemutihan karang akibat perubahan iklim, serta penambangan terumbu karang.
Kondisi miris lagi, Indonesia sudah kehilangan sebagian besar mangrove. Periode 1982-2000, mangrove hilang lebih 4,2 juta hektar. Begitu juga padang lamun. Padang lamun rentan gangguan alam dan kegiatan manusia, misal, pengerukan buat pembangunan real estate pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi, limbah industri terutama logam berat dan senyawa organolokrin. Lalu, pembuangan limbah organik, limbah pertanian, pencemaran minyak, dan perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil pengerukan.
Ancaman terhadap laut juga didorong perilaku dan pola konsumsi manusia yang tidak berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Penangkapan ikan berlebih (overfishing), terjadi, sumber daya ikan global terkuras ditandai populasi jenis ikan predator tingkat atas (top predators), yakni hiu, makin berkurang.
Hiu berperan vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Tak sekadar predator yang memangsa ikan lain, hiu sebagai dokter yang memastikan kondisi ekosistem laut tetap sehat dan agar ikan jenis lain bisa lestari dan berlimpah. IUCN Shark Specialist Group menyatakan, secara global sekitar satu dari empat (seperempat) hiu dan kerabatnya (skates, rays and chimaeras) –kelompok hewan bertulang rawan kelas Chondrichthyes terancam punah.
Sampah atau limbah juga masih masalah besar bagi kesehatan ekosistem laut baik global maupun Indonesia.
Dengan berbagai ancaman itu, bukan mustahil laut sehat bakal hilang dan tidak bisa dinikmati generasi sekarang dan mendatang. Untuk itu, semua perlu berperan dan mengambil langkah dalam mewujudkan laut sehat, baik masyarakat, pemerintah maupun pengusaha.
Festival laut
Guna membawa isu perlindungan dan pelestarian laut lebih dekat kepada masyarakat urban, terurtama warga Jakarta, Greenpeace di Indonesia, menyelenggarakan Festival Laut seharian penuh di Taman Kridaloka, Senayan, Jakarta, pada 19 September 2015.
Adapun isu yang diangkat dalam gawe dengan tema Aku Cinta Lautku ini, seputar wisata laut berkelanjutan, sampah laut, penangkapan hiu, pangan laut berkelanjutan dan penangkapan berlebih.
Dalam festival ini akan memperlihatkan, urgensi bagaimana hidup manusia terhubung dengan laut. Tempat acara akan didekorasi laut. Akan ada lokakarya, band, pameran foto, sampai demo memasak makanan berkelanjutan. Ada juga panggung musik, teater, pemutaran film, bazaar produk berkelanjutan, berkisah dan talkshow. Beberapa tokoh dan musisi akan tampil antara lain Kak Seto, Chef Adrian, Abdul and The Coffee Theory dan White Shoes.
Acara ini juga didukung beberapa organisasi maupun komunitas seperti Bali Tolak Reklamasi, Savesharks, Sea Soldiers Yayasan Mangrove Indonesia Salina (Satu Laut Indonesia), Diet Kantong Plastik (IDKP), Miss Scuba Indonesia Kemangteer dan Save Bangka Island, 4C LSPR serta Hilo Green. *Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber paparan Greenpeace soal laut Indonesia.