, ,

Beginilah Upaya Pemulihan Hutan Leuser di Halaban

Tampak warga berduyun-duyun memasuki hutan Halaban di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat. Parang, cangkul dan beragam alat pertanian mereka bawa. Ada berkendara motor. Ada bersepeda ontel.

Mau apa mereka? Ternyata,  warga-warga ini membantu petugas patroli lapangan BBTNGL merestorasi hutan yang hancur terambah menjadi perkebunan sawit. Tiba disana, mereka membersihkan lokasi pembibitan. Ada yang menanam. Sebagian tampak mencari bibit masuk hutan lebih dalam.

Dodi Sumardi, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Kerjasama BTNGL, mengatakan, luas terambah dan rusak 7.000-9.000 hektar, tetapi kawasan terganggu illegal logging bisa 30.000 hektar. Restorasi ini seluas 300 hektar yang diharapkan berdampak bagi perlindungan kawasan yang belum terganggu.

Denan melibatkan masyarakat sekitar hutan, katanya, sedikit banyak upaya perusakan bisa ditekan. Karena masyarakat turut mengawasi hutan dari tangan-tangan kotor.

“Keamanan sangat terjamin, petugas dan masyarakat terus berada di kawasan restorasi menjaga dan memelihara tanaman. Otomatis kawasan di belakang atau sekitar ikut terjaga. Ini lebih efektif dari patroli petugas BBTNGL.”

Sebelum 2002, Halaban,  dikuasai PT Rapala dan PT Putri Hijau. Kedua perusahaan ini merambah hutan jadi perkebunan sawit. Setelah 2002, melalui peradilan, diputuskan Halaban masuk TNGL, dan kembali ke BBTNGL.

Menurut dia, mengembalikan kawasan menjadi hutan bukan pekerjaan mudah. Tidak bisa dilakukan sendiri BBTNGL. Berbagai elemen diajak terlibat, mulai organisasi masyarakat sipil, organisasi kemahasiswaan, pemerintah daerah, hingga masyarakat sekitar kawasan.

Di kawasan restorasi ini, setidaknya ada 50 warga lokal dididik, dan diajak menanam, menjaga, sekaligus mengawasi. Saat ini, kawasan kembali hijau di Halaban,  seluas 140 hektar, dan terus diperbanyak dengan melibatkan berbagai pihak.

“Restorasi ini, kita melibatkan Orangutan Information Center, dan puluhan masyarakat melalui pola kerjasama. BBTNGL membuka luas siapa saja yang ingin membantu restorasi,” ucap Dodi.

Tak hanya di Halaban,  restorasi lain ada di Cinta Raja. Setidaknya, 27 hektar hutan sempat hancur karena perambahan, berhasil pulih hingga 500 hektar yang terambah, secara alami tumbuh menjadi hutan. “Ini jadi salah satu pola cukup berhasil dikembangkan di BBTNGL.”

Di Halaban, katanya, lebih 50 jenis tanaman dibibitkan menggunakan tumbuhan di kawasan itu. Bibit diambil dari hutan lalu, dipelihara dalam polibeg, lalu ditanam kembali pada daerah-daerah kosong.

“Ini lebih efektif ketimbang harus membeli bibit luar yang jenis dan kualitas tidak tahu, apakah baik atau tidak, cocok atau tidak di Halaban.”

Pada September ini, katanya, ribuan bibit dalam polibeg dipindahkan dan penanaman serentak, di areal-areal yang ditentukan.

Sedikitnya, ada 1.500 batang kemenyan. Kemenyan adalah tanaman asli di hutan Halaban. Selain kemenyan, ada empat bibit lain, yakni meranti, pakam, madam, dan sempuyung.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,