,

Beginilah Nasib Ibu-Anak Orangutan yang Kehilangan Rumah karena Sawit

Sudah sekian kali, evakuasi orangutan Sumatera terjebak di perkebunan sawit Langkat, Sumatera Utara, dilakukan. Sejumlah perusahaan sawit membuka lahan ratusan hektar, dan membabat hutan tempat satwa ini hidup.   Seperti pekan kemarin, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Resort Arasnapal, Wilayah II Stabat, BBKSDA Sumut, bersama tim The Human Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU)–Orangutan Information Center (OIC), menyelamatkan ibu dan anak orangutan.

Sudarmin, Kepala Resort BKSDA Arasnapal, Wilayah II Stabat, BBKSDA Sumut, kepada Mongabay, mengatakan,  evakuasi kali kedua dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, orangutan dewasa betina, terpaksa dievakuasi karena terjebak di perkebunan sawit dekat Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Kedua orangutan ini berada di Batang Serangan, Langkat. Mereka terisolir, tak bisa kembali, karena hutan sudah gundul menjadi sawit.

“Induk dan anak orangutan ini terisolir di kebun PT Prima. Mereka gak mungkin jalan di tanah dengan jarak cukup jauh ke hutan. Jadi hanya mondar-mandir di sedikit pohon yang ditebang. Jadi langsung kita evakuasi,” katanya.

Sebelumnya, habitat orangutan ini di hutan skunder di tengah-tengah perkebunan sawit. Jadi, sangat berbahaya jika tak segera dievakuasi.

Data BKSDA, Januari-September 2015, setidaknya ada sembilan orangutan terpaksa diselamatkan dari perkebunan sawit di Langkat. Evakuasi ini naik 10% dibandingkan waktu sama pada 2014.

Menurut dia, hampir 96% evakuasi orangutan dari perkebunan sawit, selebihnya di kebun karet atau masuk perkampungan dan ditangkap warga. “Beruntung tidak dibunuh, dan diserahkan ke BKSDA untuk translokasi ke tempat aman.”

Karena evakuasi tidak menggunakan bius, maka anak orangutan Sumatera ini sedikit melawan. Tim OIC bersama BKSDA Langkat mengevakuasi dengan menebang pohon baru menangkap langsung. Foto: Ayat S Karokaro
Karena evakuasi tidak menggunakan bius, maka anak orangutan Sumatera ini sedikit melawan. Tim OIC bersama BKSDA Langkat mengevakuasi dengan menebang pohon baru menangkap langsung. Foto: Ayat S Karokaro

Di lokasi, sang ibu diselamatkan terlebih dahulu agar anak tidak jauh pergi. Setelah ibu terbius, si anak masih dalam pelukan. Di atas pohon, sesekali anak masih menyusu, dengan pegangan cukup kuat pada perut ibunya.

Setelah hampir 60 menit, sang anak perlahan melepaskan pelukan. Ia melompat dari satu pohon ke pohon lain, tidak jauh dari sang induk yang terus memperhatikan anaknya.

Ketika induk mulai lemas karena pengaruh bius, tim bersiaga di bawah pohon dengan jaring. Setelah jatuh, lalu pemeriksaan tubuh menyeluruh. Pemberian obat dan mikro-chip.  Ricko Lamno Jaya, dokter hewan OIC mengatakan, tak ada luka serius di tubuh orangutan hanya goresan kecil kala proses evakuasi.

Untuk evakuasi anak, berbeda dari orangutan dewasa. Penyelamatan dengan menebang pohon yang dinaiki. Tak berjalan lama, sekitar satu jam. Sebelumnya, tim menggiring anak orangutan agar pindah ke pohon kecil.

“Setelah berada di pohon kecil, langsung ditebang, jaring siaga. Pohon tumbang, tim langsung menangkap dan memasukkan ke jaring,” kata Krisna, tim OIC. Setelah itu, anak diperiksa dan digabungkan bersama induk. Kedua orangutan dalam keadaan sehat hingga diputuskan langsung translokasi ke  hutan TNGL, dekat Dusun Prima, Batang Serangan, Langkat.

Saat kandang dibuka, induk langsung keluar menggendong sambil memeluk erat anaknya. Mereka memanjat pohon tinggi nan lebat. Berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Semoga mereka berbahagia di rumah baru…

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,