,

Satwa di Kebun Binatang Jambi pun Terserang ISPA

Pagi itu, langit terlihat gelap. Hampir dua bulan matahari enggan menyapa Kota Jambi. Khairul Anam, baru membersihkan kandang primata. Setelah usai, Khairul mendatangi Shelly, beruk (Macaca nemestrina) betina berusia empat tahun yang mengalami gangguan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan pilek.

Shelly diberi obat dan vitamin.  Khairul sudah lima tahun bekerja menjadi keeper khusus primata di Kebun Binatang Taman Rimba. “Shelly terlihat lebih baik dibandingkan tiga hari lalu. Kemarin batuk sering, sekarang sesekali . Masih mau makan dan minum, dan bermain,” katanya seraya memberi sarapan pisang buat Shelly.

Shelly mengalami ISPA sejak tiga minggu lalu, dan diikuti Munir, beruk laki-laki berusia tujuh tahun. Pada primata, biasa batuk dan pilek digolongkan penyakit ringan, membutuhkan waktu satu atau dua minggu pulih.

Dokter hewan Dandi Satria menyebutkan udara buruk dan tidak ada sinar matahari membuat penyembuhan berlangsung lama. “Sama seperti manusia, primata juga paling rentan terpapar kabut asap. Biasa dua minggu pulih, kasus Shelly lebih lama karena tidak ada matahari dan terus-menerus terpapar kabut asap.”

Untuk mengantisipasi primata lain tak terkena ISPA, Dandi menambah pemberian vitamin. “ Biasa kita beri vitamin satu kali seminggu, karena kabut asap jadi dua kali seminggu. Kalau pemberian air minum dan pembersihan tempat sama seperti biasa. Air tiap hari ditukar dan kandang dibersihakan.”

Dandi mengatakan, primata menjadi hewan yang mendapat perhatian khusus di tengah asap. Jika perawatan baik, beruk bisa hidup hingga 20 tahun, namun dengan asap ini berpengaruh pada kesehatan mereka. “Kalau hewan-hewan lain sejauh ini belum berdampak. Kelas primata kita waspadai, karena memiliki sistem kerja tubuh hampir sama dengan manusia.”

Dandi mengatakan, seharusnya ada pemisahan kandang bagi Shelly dan Munir agar tidak menulari beruk lain. Namun, keterbatasan kandang hingga tidak bisa dilakukan.

Kabut asap karena kebakaran hutan dan lahan, sudah lebih sebulan ini menyebabkan kesengsaraan warga. Puluhan bahkan ratusan ribu warga di berbagai daerah di Kalimantan dan Sumatera terserang ISPA. Satwa, seperti primata pun terimbas. Bukan itu saja, beragam aktivitas terganggu, dari sekolah diliburkan hingga penerbangan pesawat terhenti.

Pengunjung menurun

Bagi warga Kota Jambi, Kebun Binatang Taman Rimba salah satu destinasi berakhir pekan. Namun, asap pekat, pengunjung turun sampai 50%. Arif  Mahmud, Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Rimba Jambi mengatakan, dalam waktu satu bulan hanya 11.000an pengunjung. “Dibandingkan bulan lalu, ada penurunan 50%. Agustus pengunjung 22.182.”

Nurasiah, satu pengunjung merasa takut membawa anak keluar rumah karena kabut asap. Padahal, biasa minimal dua minggu sekali mereka menghabiskan akhir pekan di luar rumah, “Kabut asap pekat nian, takut nak bawa akan-anak keluar rumah. Inipun terpaksa karena sudah hampir sebulan kami berkurung di rumah. Jadi liburan ini mereka ke sini,” katanya, seraya memperbaiki posisi masker.

Kebun binatang di Jambi, sepi pengunjung sejak asap pekat menyelimuti kota itu.  Asap yang sampai level berbahaya membuat warga  takut keluar rumah. Foto: Elviza Diana
Kebun binatang di Jambi, sepi pengunjung sejak asap pekat menyelimuti kota itu. Asap yang sampai level berbahaya membuat warga takut keluar rumah. Foto: Elviza Diana
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , ,