, ,

Derita Warga karena Kabut Asap Belum Berlalu

derita1-2015-10-06 23.08.16

“Yth, Adinda Dr Siti Nurbaya/ Menteri LHK. Kabut asap pekat semakin parah menerpa kami disini, Adinda. Mengapa kami dibiarkan begini? Apakah Jokowi diam saja? Segeralah padamkan api di Jambi, Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, supaya langit kami kembali biru dan udara kami kembali bersih. Sudah delapan minggu kami terpapar asap.

Enam minggu terakhir sangat buruk. Kami menghirup polusi pada tingkat berbahaya. Tolonglah kami… ungsikan anak-anak kami dan ibu-ibu hamil, supaya generasi depan kami tetap bisa hidup secara normal.

Jangan biarkan kami bermutasi menjadi manusia bodoh dan penyakitan akibat berminggu-minggu menghirup asap dengan polutan tinggi. Sampaikan ini kepada Jokowi.” Begitulah pesan singkat Tokoh Masyarakat Riau, Azlaini Agus, kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Azlaini juga Wakil Ketua Non Aktif Ombudsman RI.

Kesedihan, keluhan, ketakutan, kekhawatiran sampai kemarahan muncul dari warga di daerah-daerah kabut asap parah seperti di Kalimantan dan Sumatera, salah satu Riau. Mereka sudah berpekan-pekan ini terpapar asap hingga level sangat berbahaya. Hingga Rabu (7/10/15), Riau, Jambi dan Kalimantan Tengah, kabut asap masih pekat.

Di Pekanbaru,  Selasa (6/10/15), pukul 20.00, konsentrasi partikulat (PM10) mencapai 548.72 psi alias level berbahaya. Itu terjadi sejak beberapa hari belakangan. Pernah turun ke level tidak sehat, namun tak bertahan lama. Udara buruk terus menerus dihirup warga Riau.

Pemerintah telah mendirikan posko kesehatan sejak pertengahan September lalu di beberapa titik di Pekanbaru.

Dokter Bommy Amri, petugas medis di posko Lembaga Adat Melayu Riau, menjelaskan ada lima kategori penyakit disebabkan asap, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia atau radang paru-paru, asma, iritasi mata dan iritasi kulit. “Sampai saat ini yang datang ke posko banyak ISPA, jika pneumonia harus sudah dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Di setiap posko kesehatan, tersedia berbagai macam obat-obatan berkaitan penanganan lima penyakit itu yang disubsidi Dinas Kesehatan Riau.

Selain obat-obat tersebut juga ada masker bedah earloop, Oxycan—oksigen botolan— dan oksigen portabel. “Kita sudah mengajukan permintaan masker N95, tapi dinas katakan persedian terbatas,” ujar Bommy.

Masker N95, standar yang harus digunakan pada kualitas udara berbahaya seperti di Riau ini. Dengan masker ini penyaringan udara mencapai 95%. “Kalau masker bedah kebalikan, hanya menyaring udara 5%.”

Andra Syaril, Kepala Dinas Kesehatan Riau mengatakan, masker N95 sangat terbatas. “Jumlah terbatas baik dari provinsi maupun Kemenkes. Ini harus dibagikan ke 12 kabupaten kota di Riau.”

Terhitung dari 29 Juni-5 Oktober 2015, penderita ISPA di Riau mencapai 57.536 orang. Tertinggi di Pekanbaru (12.806) orang, menyusul Siak dan Kuantan Singingi, 7.103 dan 6.560 orang. Sedangkan Rokan Hulu dan Bengkalis 5.792 dan 5.752 orang.

Azlaini Agus, Tokoh Masyarakat Riau, menyayangkan keadaan ini. Riau saat ini seperti orang jatuh dalam kesalahan sama berkali-kali, hingga 18 tahun. “Padahal kejadian ini mudah diprediksi kapan terjadi dan apa penyebabnya.”

Katanya, sudah tak ada ruang tak bebas asap untuk masyarakat Riau. Bagi yang memiliki banyak uang bisa mengungsi ke luar provinsi. “Bagaimana yang ekonomi menengah ke bawah? Mereka hanya bisa pasrah dan terpaksa meneruskan aktivitas.”

Kondisi udara Riau akan membahayakan generasi penerus bangsa. Ibu hamil, bayi ataupun balita menghirup udara berbahaya. Kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan mereka. Dampak bencana akan dirasakan warga 10 sampai 15 tahun kedepan. “Tak dapat dibayangkan apa yang akan dialami anak-anak Riau di masa yang akan datang.”

Bommy sependapat dengan Azlaini. Dampak asap akan terasa 10 hingga 15 tahun mendatang. Kemungkinan besar penyakit kanker akan diderita masyarakat Riau. “Dalam jangka dekat mungkin bisa batuk, menjadi asma dan membahayakan kondisi masyarakat.”

Azlaini menyayangkan terkait kebijakan dari sekolah-sekolah yang meliburkan anak didik dalam waktu pendek. Dua hari libur, diberitahu kembali libur ditambah hingga dua hari berikutnya. “Lebih baik jika diberi waktu libur panjang, hingga orangtua dapat mengungsikan anak mereka ke tempat lebih baik.”

Terhitung sejak 5 Oktober, perguruan tinggi di Riau dan sekolah mengaktifkan kegiatan belajar mengajar. Andra mengimbau, orangtua dan anak-anak tak lupa menggunakan masker. “Baik saat berangkat dan pulang sekolah serta proses belajar mengajar.”

Bommy meminta perhatian pihak sekolah agar saat istirahat, imbau anak-anak tak bermain di luar ruangan. Dia menyarankan, sekolah memperhatikan ruang kelas, apakah ber-AC ataupun ruangan yang memenuhi standar kelayakan tempat beraktivitas anak-anak. “Dinas Kesehatan yang bisa menilai.”

Kabut asap yang menyelimuti Palangkaraya, Kalteng, baru-baru ini. Hingga kini, asap tak berlalu, kualitas udara masih berbahaya. Kapankah derita warga dampak asap ini usai? Foto: Jenito
Kabut asap yang menyelimuti Palangkaraya, Kalteng, baru-baru ini. Hingga kini, asap tak berlalu, kualitas udara masih berbahaya. Kapankah derita warga dampak asap ini usai? Foto: Jenito

***

Kegiatan belajar mengajar, beberapa SD hanya pukul 9.00- 12.00. Pemberitahuan melalui pesan singkat dari wali kelas dikirimkan kepada wali murid. Fairus Ruspianti mengatakan, .anaknya di kelas 4 SDN 108 Bukit Raya, Pekanbaru, Selasa ini kembali masuk sekolah. “Dari wali kelas diberitahu masuk Selasa dan Kamis.”

Dia memilih meliburkan anak dari sekolah jika asap pekat. “Walaupun tidak ada pemberitahuan sekolah, kalau pekat, saya lebih memilih anak tetap di rumah.” Dia tak mau mengambil risiko anak bermain di ruangan terbuka di sekolah.

Keluhan juga datang dari Roslan yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang es tebu di Jalan Pattimura. Selain merusak kesehatan, asap juga berdampak pendapatan. Dia sehari-hari berjualan pukul 9.00-18.00 terus berhadapan dengan asap.

Karena asap, tidak ada orang betah di luar ruangan. Pendapatan turun sampai 50%. “Kita ini orang kecil, bisa apa. Hidup dari jualan, karena asap jadi tak jelas pendapatan.”

Roslan juga mengeluhkan soal libur sekolah anak-anak. Dengan asap pekat dan anak terpaksa libur, mereka banyak dirugikan, kena asap dan sekolah terhenti. “Uang sekolah bayar terus tiap bulan, anak tak masuk.”

Roslan pasrah menghadapi asap Riau. Dia yang merantau dari Painan, Sumatera Barat pada 2008 sering berhadapan dengan asap. “Orang pembesar-pembesar tu saja sudah sampai ke Jakarta ngomong tak ada perubahan, apalagi kita orang kecil ni.”

Kondisi daerah

Tak hanya di Riau, asap pekat masih menyelimuti Jambi dan Kalteng.  Pantauan titik api dari satelit Terra & Aqua, Sumatera 421 titik, yakni, Sumsel (351), Lampung (45), Babel (7), Jambi (14), Bengkulu (4). DI Kalimantan 39 titik, yakni, Kalbar (2),Kaltim (32), Kaltara (5) dan Kalteng, terparah tapi tak terpantau.

“Sebaran asap 6 Oktober masih menyelimuti sebagian Kalimantan, hampir seluruh Sumatera, Malaysia dan Singapura,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Data dari BNPB menyebutkan, untuk jarak jarak pandang, di Sumatera, Padang berasap, 1.800 meter, Pekanbaru (500), Jambi (400) dan Palembang (900). Untuk Kalimantan, Pontianak (4.000), Ketapang (1.000), Palangkaraya (200).

Indek kualitas udara, di Palangkaraya dan Palembang, masih level berbahaya, masing-masing 442 dan 636. Pekanbaru tidak sehat (228), Jambi (30) baik, dan Medan 185 (tidak sehat). Di Kalimantan, Pontianak sedang (56), dan Samarinda sedang (95).

Sedangkan penderita ISPA, tertinggi Riau 45.668, Jambi 69.764, Sumsel 88.276, Kalbar 43.477, Kalteng 36.101, dan Kalsel 29.140 orang.

Petugas pemadaman darat merupakan petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, manggala agni, Masyarakat dan lembaga lainnya. Petugas yang terlibat adalah 2.850 personil di Riau, 4.558 personil di Jambi, 2.950 personil di Sumsel, 1.500 personil di Kalbar, 1.526 personil di Kalteng dan 1.500 personil di Kalsel.

Pemadaman kebakaran terus dilakukan. Sutopo mengatakan, konsentrasi pemadaman di OKI, Sumsel,  karena titik api terus menyala dari bulan lalu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , ,