,

Diskanla, BPSPL dan LSM Buleleng Adakan Pelatihan Penanganan Mamalia laut Terdampar

Perairan Indonesia khususnya perairan laut Buleleng merupakan salah satu habitat dan jalur migrasi berbagai jenis spesies mamalia dari bangsa cetacea (paus dan lumba-lumba).

Dua jenis mamalia laut ini merupakan satwa dilindungi karena populasinya yang makin sedikit dan punah karena berbagai sebab seperti perburuan.  Dalam migrasinya, paus dan lumba-lumba sering terdampar di pesisir pantai, dan pernah terjadi di perairan Indonesia.

Untuk memberi pemahaman dan cara penanganan mamaliat laut yang terdampar di pesisir pantai, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bali didukung Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Buleleng dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, bekerjasama dengan Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) melakukan kegiatan sosialisasi dan fasilitasi pemanfaatan spesies ikan terancam punah / pelatihan penanganan mamalia laut terdampar, pada 7 –  8 Oktober 2015.

Menurut Kepala dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, I Made Gunaja, kegiatan merupakan kegatan sebagai upaya bersama dalam memberikan sosialisasi tentang rencana pemanfaatan jenis ikan yang terancam punah, langka, endemik dan dilindungi di wilayah perairan Bali Utara.

‘’Melalui fasilitator lapangan akan memberikan cara-cara penanganan mamalia laut (lumba-lumba,red) yang merupakan salah satu jenis ikan yang terancam punah dan dilindungi di perairan ini,’’ jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, untuk memberikan peluang yang lebih besar bagi mamalia laut atau spesies ikan yang terancam punah lainnya untuk dapat hidup kembali di alam bebas dan menjaga kesinambungan spesies dimaksud, maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat, aparatur dan stakeholder terkait lainnya.

‘’Tentang  langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan untuk mengurangi tingkat kematian spesies biota perairan atau mamalia laut terdampar jika terjadi di wilayah perairan laut mereka’’ kata Made.

Simulai dalam pelatihan mamalia laut terdampar yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bali, Diskanla Kabupaten Buleleng dan BPSPL Denpasar, bekerjasama dengan Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) di Buleleng, Bali, pada 7 -  8 Oktober 2015. Foto : Dinas Kelautan dan Perikanan Bali
Simulai dalam pelatihan mamalia laut terdampar yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bali, Diskanla Kabupaten Buleleng dan BPSPL Denpasar, bekerjasama dengan Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) di Buleleng, Bali, pada 7 – 8 Oktober 2015. Foto : Dinas Kelautan dan Perikanan Bali

Kegiatan tersebut diikuti 13 peserta perwakilan dari Diskanla Kab. Buleleng, aparatur desa Kaliasem dan Kalibukbuk, pelaku wisata lumba-lumba yang ada di Kawasan lovina, Kelompok Nelayan Kalibukbuk dan Kaliasem serta Pokmaswas di wilayah Pacung dan Bondalem.

Paus dan lumba lumba merupakan hewan aquatik yang sering terdampar di pantai-pantai di Indonesia. Meski belum diketahui secara pasti, penyebabnya diduga karena penggunaan sonar bawah laut dan polusi suara (seismik) yang mengganggu sistem navigasi satwa tersebut, perburuan mangsa (makanan) sampai ke perairan dangkal, karena terluka ataupun sakit.

Kejadian mamalia terdampar di perairan Indonesia cukup sering terjadi. Luasnya perairan, minimnya pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah tentang mekanisme penanganan mamalia terdampar, kurangnya koordinasi antar lembaga terkait mempengaruhi kecepatan dan ketepatan upaya penanganannya, sering kali menyebabkan kematian spesies mamalia laut tersebut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , , , ,