Produksi Udang Turun Karena El Nino, Rumput Laut Justru Sebaliknya

Fenomena El Nino yang kini sedang terjadi di Indonesia rupanya tak hanya  memberi dampak positif untuk sektor perikanan budidaya di Indonesia. Tapi, El Nino juga memberi dampak negatif untuk sektor tersebut yang berimbas pada turunnya produksi perikanan budidaya.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebijakto di Jakarta, Selasa (20/10/2015). Menurut dia, produksi yang sangat terpengaruh dengan El Nino dan terkena dampak negatifnya adalah udang.

“Udang ini sangat unik. Produksinya dipengaruhi oleh berbagai hal. Tidak hanya oleh suhu air saja, tapi juga oleh mineral yang terkandung di dalam air. Ini yang membuat produksi udang menurun selama El NIno berlangsung,” ungkap Slamet.

Dia menjelaskan, karena dua faktor tersebut, produksi udang mengalami perbedaan dengan produk perikanan yang lain. Kata dia, produk perikanan yang lain produksinya bisa stabil selama suhu air tetap terjaga.

“Sementara udang (produksinya) tidak. Selama El Nino ini saja, karena air mengalami perubahan kimiawi sebagai dampak dari fenomena alam tersebut, maka kandungan mineral yang ada di dalam air juga ikut berubah. Itu mengapa udang juga ikut tersendat produksinya,” tutur dia.

Menurut Slamet, penurunan produksi udang selama El Nino berlangsung terjadi hingga rata-rata 30-40 persen. Penurunan itu sangat terasa karena pasokan air juga ikut mengalami penurunan dan fluktuasi suhu yang sangat ekstrem terjadi dengan cepat.

“Tahun 2015 ini, target produksi udang mencapai 690 ribu ton. Tetapi, sepertinya target tersebut akan sulit dicapai karena El Nino,” tambah dia.

Akan tetapi, walau produksi udang menurun akibat El Nino, namun secara keseluruhan produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan pada tahun ini. Hingga Triwulan III 2015, produksi sudah mencapai 10,074 juta ton atau 56,24% dari target produksi 2015 sebesar 17,9 juta ton.

“Pada periode yang sama 2014, produksi perikanan budidaya itu hanya mencapai 9,6 juta ton saja. Jadi tahun ini mengalami kenaikan. Untuk sisa target yang belum tercapai, kita optimis dalam dua bulan ke depan bisa terpenuhi,” ungkap Slamet.

Slamet memaparkan, raihan total produksi yang dicapai pada Triwulan III ini adalah berasal dari udang (3,2%), rumput laut (73,7%) dan fin fish (23,04%).”Jadi, secara keseluruhan itu yang paling banyak menyumbang adalah rumput laut,” tandas dia.

Rumput Laut

Saat produksi udang mengalami penurunan akibat El Nino, perikanan budidaya pada saat bersamaan juga mendapatkan dampak positif dari fenomena El Nino. Adalah rumput laut yang mendapatkan anugerah tersebut.

Menurut Direktur Produksi Perikanan Budidaya Coco Kokarkin Soetrisno, rumput laut menjadi produks perikanan budidaya paling bagus produksinya selama El Nino berlangsung. Hal itu, karena rumput laut bisa bersinergi dengan dampak alam yang dikeluarkan El Nino.

“Biasanya, El Nino itu membuat cuaca semakin panas dan pasokan air semakin sedikit. Tetapi, justru itu menjadi nilai tambah buat produksi rumput laut. Karena memang, kondisi yang paling baik untuk rumput laut adalah kering dan sedikit air,” papar dia.

Tidak hanya itu, kondisi negatif yang berdampak positif untuk rumput laut tersebut biasanya terjadi di kawasan yang penduduknya mayoritas miskin. Dan, secara tidak langsung mereka mendapat anugerah dari rumput laut.

“Jadi Tuhan YME itu memang sudah mengatur sedemikian rupa. Walau alam di sekitarnya sangat tidak nyaman, tapi masyarakatnya diberi keleluasaan untuk bisa tetap mendapatkan uang, yaitu dari rumput laut,” cetus dia.

Petani sedang memilih rumput laut. Foto: Anton Muhajir
Petani sedang memilih rumput laut. Foto: Anton Muhajir

Karena itu, berpijak kepada hal di atas, Dirjen Perikanan Budidaya KKP akan menggenjot produksi rumput laut di kawasan-kawasan yang tersebut.

Pulau Terluar

Untuk mengembangkan produksi perikanan budidaya, Dirjen Perikanan Budidaya sudah mengalokasikan dana sebesar Rp22,98 miliar. Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan perikanan budidaya di Kabupaten Simelue, Kabupaten Saumlaki, Kabupaten Sangihe, Kabupaten Natuna, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Merauke.

“Tujuannya adalah untuk mengembangkan perikanan budidaya air tawar. Daerah-daerah tersebut dinilai sangat cocok untuk dikembangkan,” Sekretaris Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tri Haryanto.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , ,