, ,

Fajar Merah: Mari Selamatkan Alam dari Apa yang Kita Bisa Lakukan

Berkaos hitam, topi biru. Leher dikalungi poster penolakan sirkus keliling lumba-lumba. Dia membagikan pamflet berisi fakta soal lumba-lumba. Ini bentuk kegelisahan dan keprihatinan dia terhadap eksploitasi satwa dengan modus edukasi. Itulah aksi Fajar Merah, putera bungsu Widji Tukul, aktivis yang hilang sekitar Maret 1998 hingga kini.

Tak hanya aksi. Kepedulian alam dan satwa disalurkan Fajar melalui puisi dan lagu. Beberapa lagu dalam album pertama bersama grup band Merah Bercerita, juga membawakan pesan-pesan kehidupan dan lingkungan. Ketika di panggungpun dia selalu kampanye tentang alam dan satwa. Saya beberapa pekan lalu berkesempatan wawancara dengan Fajar Merah, berikut petikannya:

Apa yang membuat kamu peduli terhadap alam dan satwa?

Bagi saya, manusia pasti akan celaka jika alam dirusak, satwa terus diburu, kehidupan tidak seimbang. Yang terjadi saling merugikan. Manusia adalah makhluk paling lemah di antara ketiga unsur semesta ini yaitu alam, satwa dan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam dan satwa. Sebaliknya, mereka bisa hidup tanpa manusia. Jadi, saya peduli bukan hanya ikut-ikutan, tetapi karena sadar, bumi ini harus diselamatkan. Saya ikut menyelamatkan alam dan satwa dengan cara yang saya bisa, seperti membuat karya lewat puisi dan lagu serta sebisa mungkin kampanye kepada masyarakat lain di sosial media atau ketika tampil di panggung.

Menurut penilaian anda, bagaimana kondisi alam di Indonesia saat ini, termasuk kampung anda di Solo?

Cukup memprihatinkan, pembangunan tumbuh subur dimana-mana. Sepertinya banyak abai soal ini. Masih banyak menganggap remeh keberadaan alam dan satwa. Saya bukan tidak mendukung pembangunan, namun bukan berarti pembangunan harus merusak sosial budaya dan lingkungan. Pembangunan yang baik dibarengi tetap menjaga alam dan budaya masyarakat.

Di Solo, pembangunan hotel dan mal cukup banyak. Apakah kesejahteraan masyarakat sekitar membaik? Apakah kondisi lingkungan terjaga, khusus kualitas air bersih?

Terkait satwa, masih banyak masyarakat jahat, memelihara satwa namun menelantarkan dan ikut menyiksa seperti menonton sirkus atau berfoto bersama satwa di kebun binatang. Belum lagi, mereka memakan daging anjing dengan alasan karena adat istiadat. Padahal semua kerakusan mereka semata.

Apakah anda dan band punya lagu khusus bicara alam dan satwa? Mengapa membuat lagu-lagu itu?

Tidak ada yang khusus, tetapi memang lagu-lagu di Merah Bercerita berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan. Lagu-lagu itu kami ciptakan hanya dari apa yang kami tahu, lihat, dengar dan rasakan.

Anda ikut solidaritas kampanye Dogs are not food, Stop Sirkus Keliling Lumba-Lumba, save Rembang, save Jurug, Bali tolak reklamasi dan lain-lain. Mengapa tertarik terlibat?

Saya punya kegelisahan sama dengan mereka yang merasa hal-hal itu jika dibiarkan berpengaruh buruk bagi kehidupan bumi ini. Perusakan alam di Rembang dan rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali, bentuk kerakusan penguasa dan pengusaha yang ingin meraup keuntungan, tanpa memperdulikan konservasi dan masyarakat sekitar. Yang diperjuangkan mereka, mencegah bencana ekologi.

Sedang setop makan daging anjing, yang saya ketahui dari rekan-rekan Animal Friends Jogja (AFJ), di Yogyakarta, diperkirakan 360 anjing dibunuh tiap minggu. Belum di Manado dan Sumatera. Belum di Jakarta, diperkirakan 4.680 ekor anjing per minggu, 18.720 per bulan dan 224.640 per tahun. Anjing untuk konsumsi manusia bisa berkontribusi terhadap penyebaran rabies di Indonesia.

Saya ikutan kampanyekan setop sirkus keliling lumba-lumba karena sirkus merupakan salah satu bentuk eksploitasi satwa berkedok edukasi. Pentas ini tidak mempresentasikan proses didik beresensi, bahkan melecehkan nilai edukasi dan konservasi. Edukasi dan konservasi yang diklaim oleh sirkus satwa hanyalah tabir pembenaran eksploitasi satwa liar untuk hiburan dan kepentingan komersial belaka.

Solidaritas Fajar Merah mendukung perjuangan warga Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen. Foto: Tommy Apriando
Solidaritas Fajar Merah mendukung perjuangan warga Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen. Foto: Tommy Apriando

Apa pendapat anda soal petani di Urutsewu, Rembang, Batang, Jogja dan daerah lain-lain yang terancam tergusur dan terampas untuk kepentingan investor?

Bagi saya itu hal tidak masuk akal. Seharusnya, masyarakat lebih berhak berkuasa atas tanah kelahiran sendiri, atas apa yang selama ini menghidupi. Penggusuran dan perampasan lahan di beberapa daerah akan terjadi selama pemerintah mempunyai kebijakan pro investor daripada petani.

Petani selalu dianggap kaum kecil yang pantas disingkirkan. Padahal negeri ini dihidupi hasil jerih payah petani. Kesejahteraan tidak selalu diukur dari investasi, namun membangun kemandirian masyarakat tani. Perkonomian di desa maju, lahan terjaga dan alam lestari.

Apa pendapat anda terhadap kebijakan pemerintah yang menggunakan preman, aparat polisi/TNI untuk kekerasan merebut lahan petani kala menjaga investor?

Mengecewakan sekali. Kekerasan jadi cara merampas lahan demi membela investor. Seharusnya aparat melindungi masyarakat dari ancaman, bukan menjadi ancaman dan mengancam masyarakat. Selama kebijakan dibuat hanya menguntungkan segelintir orang, perampasan lahan melalui cara-cara kekerasan terus terjadi. Apakah pola komunikasi yang baik tidak bisa dilakukan? Hingga kekerasan menjadi pilihan.

Selama ini komunikasi ketika investasi hadir di suatu tempat cenderung manipulasi, seperti ketika sosialiasi, masyarakat dijanjikan sejahtera, lingkungan lestari dan janji lain. Bukti tidak terjadi. Belum lagi, pemerintah lepas tanggung jawab dan ikut membela penguasaha. Lengkaplah sudah kongkalingkong para cukong jahat di negeri ini.

Apa seharusnya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga alam?

Buatlah kebijakan dengan mempertimbangkan sosial masyarakat, kelastarian lingkungan, alam dan satwa. Kebijakan harus tegas dan jelas membela kelestarian alam. Saya yakin, aturan hukum di negeri ini sudah baik, namun masih banyak orang jahat dan rakus memelintir aturan dan sengaja melanggar aturan hanya demi uang. Walaupun saya cenderung pesimis pemerintah dan aparat penegak hukum bisa melakukan. Hingga saat ini perusakan alam terus terjadi. Pemerintah tahu kok apa yang harusnya mereka lakukan untuk menjadikan alam semesta ini tetap baik, tetapi mereka tidak mau, bukan tidak mampu. Semoga saja, mereka benar-benar mau dan sadar bahwa alam akan membalas.

Apa yang kamu lakukan secara individu dan kolega dalam menjaga alam dan satwa?

Sejauh ini, bersama kawan-kawan yang peduli saling mengingatkan untuk hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan. Kami mempraktikan hal-hal itu. Kami yakin, saling mengingatkan suatu hal baik, akan lebih baik lagi jika melakukan.

Lewat lagu tentu kami akan selalu berusaha menyampaikan penyelamatan alam dan satwa. Ikut menyelamatkan bumi dari berbagai cara yang kita bisa, bisa memperlambat kehancuran semesta.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,