,

Aceh yang Diselimuti Kabut Asap dan Berkutat Banjir

Beberapa hari terakhir, sebagian besar wilayah Aceh kembali diselimuti kabut asap. Bencana banjir dan tanah longsor juga menghantam Aceh yang menyebabkan Gayo Lues terisolir akibat jalan yang menghubungkan ke kabupaten tersebut amblas.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, kabut asap yang menyelimuti Aceh berasal dari provinsi lain seperti Riau dan Sumatera Selatan. Kabut asap ini menyelimuti Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie Jaya, Banda Aceh, hingga Sabang dan Aceh Tenggara.

“Di Aceh tidak ditemukan titik api, bahkan dalam beberapa hari ke depan, Aceh berpotensi hujan,” sebut Kasi Data dan BMKG Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Zakaria, Minggu (25/10/15).

Menurut Zakaria, akibat pekatnya kabut asap, jarak pandang di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar sekitar 800 meter. Terparah di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, jarak pandang hanya 200 meter.”

Supir angkutan umum jurusan Banda Aceh – Medan, Sumatera Utara, Muhammad mengatakan, kabut asap begitu mengganggu perjalanan darat. “Kami harus hati-hati, biasanya perjalanan hanya 12 jam kini menjadi 15 jam.”

Aktivitas nelayan juga terganggu. Nelayan di Aceh Timur dan Aceh Utara terpaksa tidak melaut karena jarak pandang di Selat Malaka yang pendek. “Sudah tiga hari lebih kami tidak melaut karena penglihatan tertutup asap,” sebut Zulkarnaini, nakhoda kapal nelayan dari Idi Rayeuk, Aceh Timur.

Zulkarnaini menyebut, jika kabut asap tidak berkurang, ribuan nelayan di Aceh akan kelaparan karena tidak bisa mencari nafkah. “Orang lain yang bakar hutan, kami yang menderita,” ujarnya.

Selain merendam rumah warga, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh juga menyebabkan longsor. Warga Gayo Lues, misalnya, tak jarang mereka harus bermalam di hutan sembari menunggu alat berat didatangkan untuk membersihkan jalan. Foto: Junaidi Hanafiah
Selain merendam rumah warga, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh juga menyebabkan longsor. Warga Gayo Lues, misalnya, tak jarang mereka harus bermalam di hutan sembari menunggu alat berat didatangkan untuk membersihkan jalan. Foto: Junaidi Hanafiah

Banjir

Selain Gayo Lues yang terisolir, banjir pun merendam Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Kota Subulussalam, Nagan Raya, Pidie, Aceh Utara dan Aceh Tengah.

Rasyid, Warga Blangkeujeren, Kabupaten Gayo Lues, mengaku cukup menderita dengan bencana longsor dan jalan amblas akibat banjir. “Asal hujan lebat, jalan akan tertimbun longsoran. Ini sudah tahunan terjadi.”

Rasyid menyebut, sebagian besar masyarakat Gayo Lues sudah sering terjebak di jalan. “Jika terjadi longsor atau jalan putus, kami harus menunggu petugas membersihkan lumpur. Jika longsornya sore, petugas baru membersihkan jalan pagi hari. Masyarakat harus menunggu di tengah hutan.”

“Sudah empat hari jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues tidak bisa dilalui karena longsor. Di Kecamatan Rikit Gaib, jalan putus total dihantam banjir,” ujar Anwar, juru mudi angkutan umum Gayo Lues – Banda Aceh.

Anwar mengatakan, ada tiga jalur menuju Gayo Lues yaitu melalui Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan Aceh Tenggara. Namun ketiga jalur itu tidak bisa dilalui karena rusak parah.

“Hampir dua hari kami terperangkap longsor, penumpang juga tidak bisa melanjutkan perjalanan. Biasanya, perjalanan bisa dialihkan, tapi kali ini tidak karena sejumlah ruas jalan amblas,” ungkap Anwar.

Wakil Bupati Aceh Tenggara Ali Basra menjelaskan, di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, 50 meter badan jalan putus setelah amblas ke Sungai Alas. Sementara di Kecamatan Rikit Gaib, jalan yang baru dua bulan diperbaiki juga putus.

“Saat ini, seluruh alat berat dikerahkan untuk membersihkan jalan dan membangun jalan darurat. Polisi, TNI, dan masyarakat ikut serta mempercepat pembersihan dan pembangunan jalan darurat,” ungkapnya.

Camat Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Salamuddin menyebut, data sementara kerusakan rumah akibat banjir adalah enam rumah masyarakat hanyut, delapan rumah rusak berat, dan seratus lebih rumah terendam lumpur. “Kami masih sulit melakukan pendataan karena banyak ruas jalan yang putus. Air sungai juga cukup deras, sulit dilalui,” ujar Salamuddin.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,