, ,

Jokowi Minta Buat Kanal Bersekat di Berbagai Daerah, Fatur: Bisa jadi Blunder

Kali kedua Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Kalimantan Tengah (Kalteng) memantau kebakaran hutan dan lahan. Pesawat kepresidenan mendarat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya menjelang pukul 10.30, Sabtu (31/10/15). Hujan menyambut kunjungan Jokowi kali ini. Kunjungan pertama Kamis (24/9/15).

Kala pertama, Jokowi memantau titik-tiitk api di gambut Tumbang Nusa, Pulang Pisau dan memerintahkan pembuatan kanal bersekat-sekat agar gambut basah. Jokowi melihat langsung perkembangannya.

Presiden menilai dengan pembuatan kanal bersekat selama sebulan itu, sudah terlihat sistem, sekat, sampai embung. Bahkan dia meminta, pembuatan kanal dan embung di semua provinsi rawan kebakaran. “Kanal ini akan dibuat terus tidak akan berhenti. Hujan pun akan terus jalan akan dibuat di semua provinsi yang rawan kebakaran, terutama yang lahan gambut,” katanya dikutip dari Setkab.go.id.

Ahli Kebijakan Pembangunan Pedesaan dan Pengurangan Risiko Bencana Fatur Fatkhurohman menilai, upaya Jokowi bisa sia-sia. Jokowi membangun kanalisasi. “Kanal disekat-sekat pada dasarnya kanalisasi. Kanalisasi penyebab kebakaran besar 1997! Jokowi hanya akan lihat fatamorgana.”

Bila Jokowi menganggap kanalisasi berhasil dan berniat mengembangkan di lahan gambut daerah lain, katanya, akan menjadi blunder.

Kunjungan Jokowi, kata Fatur, mengingatkan Keppres 82/1995 yang menjadi dasar pembukaan gambut yang membuka kanal ribuan kilometer. Kanal-kanal itu, katanya, langsung ataupun tidak menjadikan 1997 sebagai tahun pertama kebakaran besar Kalteng.

“Fatamorgana itu air di kanal-kanal yang dibangun sejak lima minggu dianggapnya keberhasilan kanalisasi. Padahal air dari gambut di sekitar atau air hujan sebelumnya.”

Presiden Joko Widodo, berbincang dengan Arie Rompas, Direktur Eksekutif Walhi Kalteng. Foto: Walhi
Presiden Joko Widodo, berbincang dengan Arie Rompas, Direktur Eksekutif Walhi Kalteng. Foto: Walhi

Tutup kanal besar

Arie Rompas, biasa disapa Rio, Direktur Eksekutif Wahl Kalteng menganggap tak cukup apa yang diperintahkan Jokowi. Seharusnya, menutup kanal besar yang menghubungkan eks proyek lahan gambut sejuta hektar (PLG) dengan laut Jawa bila ingin gambut tetap basah.“Yang dibutuhkan canal blocking, bukan kanal disekat-sekat,” katanya.

Rio bertemu Jokowi di sela-sela santap siang bersama pimpinan media massa Kalteng, dua jam setelah mendarat. Rio menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan Jokowi mengatasi karhutla Kalteng.

Pertama, penegakan hukum serius sampai menyeret pemilik bagi korporasi terlibat karhutla. Terutama korporasi besar. Kedua, penyediaan fasilitas kesehatan memadai bagi warga terpapar kabut asap di kota dan desa. Pasca kebakaran, layanan kesehatan tetap ada sebagai upaya pemulihan kesehatan warga hingga tak ada korban sakit. Ketiga, rehabilitasi lahan gambut.

Upaya rehabilitasi, katanya, dimulai dengan menilai ulang semua konsesi perusahaan di lahan gambut Kalteng, terutama eks-PLG. Penilaian ulang, katanya, ini sejalan dengan pemikiran Jokowi. yang menyebut perlu evaluasi ulang pemberian izin perusahaan di lahan gambut era pemerintahan sebelumnya. Perizinan ini memberikan konsesi seluas 6,7 hektar di gambut seluruh Indonesia.

Rio menegaskan, soal perlu canal blocking di Blok C eks PLG yang langsung menuju Laut Jawa. Setiap kemarau, titik api selalu di sekitar kanal ini. Di sana, terdapat 10 perusahaan perkebunan sawit. “Jokowi mendengarkan dengan serius,” kata Rio.

Pembuatan kanal-kanal bersekat yang baru usai di Tumbang Nusa. Aksi ini mendapat tentangan dari banyak pihak, karena dinilai tak beda dengan kanalisasi. Foto: Jenito
Pembuatan kanal-kanal bersekat yang baru usai di Tumbang Nusa. Aksi ini mendapat tentangan dari banyak pihak, karena dinilai tak beda dengan kanalisasi. Foto: Jenito

Tumbang Nusa masih terbakar

Sehari setelah kunjungan Jokowi, Minggu (1/11/15),Tumbang Nusa, masih terbakar di beberapa tempat. Pengamatan Mongabay menemukan sejumlah titik api muncul dari bawah permukaan gambut. Satu terbesar berjarak 300 meter dari kanal pertama yang dibuat TNI.

Api muncul hampir mendekati kebun karet warga. Sejumlah orang nampak berjaga. Tak ada tim pemadam kebakaran di sekitar lokasi.

“Kami harus jaga sendiri. Kalau (kebun) sampai terbakar, habislah (pemasukan) kami,” kata Ramlan, pemilik kebun.

Pekerjaan TNI di Tumbang Nusa sudah selesai seiring kunjungan kedua Jokowi. Tak ada TNI bekerja membuat kanal, sekat kanal maupun embung. Tenda pusat koordinasi dibongkar. Berdirilah tiga papan masing-masing memuat informasi capaian pembangunan kanal, sekat kanal dan embung.

Luhut B Pandjaitan, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan di laman Facebook menceritakan kunjungan Jokowi ke Kalteng.

Presiden meninjau kelas aman asap di SDN VIII Pahandut, di Palangkaraya. Presiden dan rombongan menapaki jalan-jalan sempit. Di panggung kayu warga ramai menyambut. Lalu, rombongan menuju Pulang Pisau, salah satu titik kebakaran hutan gambut paling parah.

Di Posko Pembuatan Blocking Kanal, Brigjend TNI Irwan, Direktur Zeni Angkatan Darat, Danrem 102 Palangkaraya Kolonel Purwo dan Komandan Posko Mayor Slamet Riyadi memberikan laporan. Mereka memaparkan, desain pembuatan blocking kanal di Tumbang Nusa, Pulang Pisau, peta cakupan operasi TNI. Blocking canal mencakup pembangunan kanal, embung, dan sekat. Embung berukuran besar, kecil dan sedang sebanyak 28 titik.

BNPB juga melaporkan, tiga pesawat Casa dan satu CN-295 terus menyemai awan untuk hujan buatan. Pesawat ditempatkan di Pekanbaru, Palembang, Pontianak, dan Palangkaraya. Total 284,9 ton NaCl ditaburkan sejak Juni. “BPPT, BNPB, TNI AU, dan KLHK berkoordinasi baik melaksanakan instruksi saya mengadakan hujan buatan,” katanya.

Dia menilai, kinerja pemerintah telah terintegrasi dan terkoordinir baik, hingga banyak kemajuan dicapai. “Perjuangan belum selesai, tapi saya dan semua jajaran tidak akan pernah menyerah.”

Universitas Palangkaraya tak lagi berselimut kabut asap Jumat (30/10/15). Foto: Jenito
Universitas Palangkaraya tak lagi berselimut kabut asap Jumat (30/10/15). Foto: Jenito

Hujan, cuaca membaik

Setelah beberapa hari ini hujan mengguyur Palangkaraya dan sekitar, kualitas udara membaik. Kabut asap perlahan lenyap.

Hujan pertama di Palangkaraya Selasa (27/10/15) dini hari. BMKG mencatat, konsentrasi partikulat di Palangkaraya dari 719 ke 683. Pada pukul 07.00 WIB PM10 mencapai 1.110. Jarak pandang paling jauh 200 meter.

Hujan kembali turun sekitar pukul 20.30, lebih lebat dan lama bahkan disertai petir yang menyambar gardu listrik PLN.“Dua lampu bohlam saya putus disambar petir. Warung jadi gelap,” kata Binsar, penjual kopi.

Pagi hari udara Palangkaraya lebih bersih. “Saya bisa keluar rumah tanpa masker,” kata Panji Wijaya, warga Jalan Sisingamangaraja.

Penerbangan juga lancar. Laman situs flightradar24.com mencatat penerbangan Lion Air JT671 berangkat pukul 06.50 dari Bandara Tjilik Eiwut, ke Jakarta. Tak ada keterlambatan.

Hujan kembali mengguyur Kamis (29/10/15) sore hingga malam. Intensitas lebat. Udara kembali bersih setelah hujan.

Staf BMKG Palangkaraya Alpon Sepriando Manurung mengimbau warga tetap waspada. Melalui laman media sosial Manurung memperlihatkan tabel konsentrasi partikulat udara Palangkaraya masih tergolong tidak sehat.

“Walapun empat hari hujan di sebagian besar Kalteng, bukan berarti sudah bebas asap. Bersyukur, namun tetap siaga,” tulis Manurung.

Jalan menuju Bandara Tjilik Riwut Jumat (30/10) bersih dari kabut asap. Tapi di kejauhan kabut asap tipis masih menyelimuti landasan pacu pesawat. Foto: Jenito
Jalan menuju Bandara Tjilik Riwut Jumat (30/10) bersih dari kabut asap. Tapi di kejauhan kabut asap tipis masih menyelimuti landasan pacu pesawat. Foto: Jenito
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,