,

Spesies Baru dan Catatan Penting Hasil Ekspedisi Enggano

Tim Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan 20 spesies baru dan mencatat informasi penting potensi flora dan fauna di Pulau Enggano. Capaian gemilang ini berhasil diungkap melalui Ekspedisi Enggano yang dilaksanakan pada 16 April-5 Mei 2015 lalu.

“Temuan yang menarik ada beberapa spesies baru dan catatan baru, khususnya dari kelompok mamalia,” ujar peneliti Pusat Biologi LIPI Dr Amir Hamidy, saat konferensi pers di Gedung Widya Sarwono LIPI, Jakarta, Kamis (5/10/15).

Dia menjelaskan beberapa temuan baru yakni tumbuhan kelompok jahe-jahean (Zingiberaceae), jenis kelelawar (Pteropus sp, Rhinolopus sp), ikan air tawar (Stiphodon sp), dua jenis udang (Macrobrachium bariense dan M. Placidulum), dua jenis katak, dua jenis capung, dan empat jenis kupu-kupu.

Amir menjelaskan, untuk kelompok jahe-jahean ini diketahui dari pengetesan DNA yang rupanya mempunyai karakter dan jenis yang berbeda. Sedangkan untuk udang, jenis keduanya biasanya terdapat di sebelah timur garis Wallacea, namun kali ini ditemui di Enggano. Meski secara bentuk sama, akan tetapi ukurannya jauh berbeda. “Kalau di Indonesia Timur, garis Wallacea, biasanya panjang dan besar. Yang di Enggano ini ukurannya lebih kecil dan sudah dewasa (matang kelamin),” ujarnya.

Menurut Amir, temuan ini cukup unik, yang kemungkinan disebabkan oleh isolasi reproduksi di Enggano yang secara geologis atau geografis tidak pernah bergabung dengan daratan besar Pulau Sumatera. “Isolasi selama ribuan atau jutaan tahun menyebabkan evolusi, ada karakter tersendiri. Terjadi isolasi lokal,” ujar pria berkacamata ini.

Enggano yang dilihat dari citra satelit. Sumber: Wikipedia

Potensi

Selain menemukan jenis baru, ekspedisi yang dilakukan oleh 50 peneliti ini juga  mendata berbagai kekayaan flora dan fauna yang selama ini jarang dijamah. Dari jenis fauna terungkap ada 52 jenis ikan, 35 jenis burung, 13 jenis reptil, 13 jenis mamalia kecil, 3 jenis mamalia besar, dan 2 jenis amfibi. Untuk serangga, rinciannya 100 jenis ngengat, 15 jenis capung, 4 famili kupu-kupu, dan 3 jenis lalat buah. Sedangkan untuk moluska terdapat 24 jenis dan 25 jenis krustaea.

Kondisi ini juga mencerminkan keadaan Pulau Enggano yang sebenarnya. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Enny Sudarmonowati mengatakan belum mengetahui semua manfaat dari flora dan fauna yang ditemukan atau dicatat. Namun beberapa temuan bisa memberikan data nyata tentang kondisi Enggano sebenarnya.

“Seperti capung, menjadi indiksi tingkat kebersihan dan kejernihan air. Demikian juga dari banyaknya Ngengat, sampai 100 jenis ditemukan,” ujarnya.

Selain fauna, tim juga menemukan dan mencatat jenis flora tumbuhan tinggi dan rendah. Untuk jenis anggrek, tim menemukan tidak kurang 35 jenis, 32 jenis lumut, 18 jenis kayu yang salah satunya terbaik, yaitu merbau (telah diuji secara mekanis).

Tim juga mencatat beberapa jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat setempat untuk pengobatan seperti dukung anak (Phylantus niruri), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), temu lawak (Curcuma xanthrorriza), alang-alang (Imperata cylindrical) dan akart I’it (Musa sp). Dalam drug discovery ini tim meneliti 6 jenis jamur makro dan 22 isolat jamur endofit yang penelitiannya mengarah pada penemuan anti bakteri dan anti oksidan.

Para peneliti ini menjelajahi pulau seluas 402, 6 kilometer persegi dengan panjang garis pantai mencapai 106,7 kilometer dan titik tertinggi yang hanya 281 meter di atas permukaan laut, berada di Bukit Koho Buwabuwa.

Mereka menjelajahi pulau yang terletak sekitar 100 kilometer sebelah barat Pulau Sumatera, di Samudera Indonesia ini dengan cara menyusuri hutan primer, sekunder, dan hutan wilayah tepi Sungai Kuala Besar. Di sana tim menemukan populasi buaya yang masih banyak jumlahnya dan hutan Mangrove yang dinilai sebagai salah satu hutan mangrove terbaik di Indonesia.

Ekspedisi Enggano ini melibatkan peneliti lintas satuan kerja dari  Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Pusat Penelitian Biomaterial, Pusat Penelitian Biologi, dan Pusat Penelitian Bioteknologi. Pulau Enggano sendiri merupakan pulau terluar Indonesia yang posisinya berada di pesisir Bengkulu. Secara administratif, masuk wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,