,

Beginilah Indahnya Teluk Pemuteran Bali  

Berkunjung ke Teluk Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali sama artinya dengan melakukan relaksasi penuh. Pasir hitamnya yang bercampur dengan pasir dari serpihan karang mati yang putih nan halus menempel di kaki telanjang. Semilir angin membuat perasaan nyaman, matapun ingin tertidur.

Sepanjang mata memandang, hamparan laut dan deburan ombak menghantam bibir pantai begitu indah, begitu nikmat dan sangat ideal untuk memanjakan tubuh, menyegarkan kembali tubuh yang lelah bekerja.

Karena keindahan ini, pada Juli – Agustus, wisatawan asing banyak menghabiskan waktunya di kawasan ini. Penginapan mulai hotel berbintang, boutique hotel hingga penginapan kelas melati terdapat disini.

Berbagai aktivitas wisata dilakukan di teluk yang memiliki panjang pantai 6 km, mulai dari snorkeling hingga diving. Posisinya yang Nyegara – Gunung, membuat wisatawan datang tidak hanya menikmati keindahan pantai dan biota laut, tetapi juga melakukan wisata spiritual, berkunjung ke pura hingga meditasi yang ada di kawasan tersebut.

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa kawasan ini sebelumnya dalam kondisi terumbu karang yang hancur total dan biota lautnya mati  karena penangkapan ikan merusak dengan racun potassium sianida dan bom ikan. Imbasnya tangkapan ikan berkurang dan nelayan harus pergi jauh keluar kawasan.

Sejak awal 1990-an, seorang pengusaha pariwisata I Gusti Agung Prana dan juga pengusaha selam Christ Brown menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Sadar, potensi kawasan tersebut adalah laut dan biota didalamnya, mereka melakukan penyadaran pelestarian lingkungan kepada nelayan dan masyarakat hingga terbentuk pecalang laut – yang mengawasi seluruh altivitas kegiatan di laut dan di pantai.

Agung Prana melalui Yayasan Karang Lestari, menggandeng ilmuwan Amerika Prof. Thomas J Gureau dan Jerman, Wolf Hibertz, mengembalikan keindahan bawah laut dengan teknologi biorock. Keberhasilan biorock ini menjadi pusat pembelajaran teknologi biorock.

Keberhasilan penyadartahuan masyarakat dan keberhasilan merehabilitasi terumbu karang mengantar Agung Prana dan timnya mendapat pengakuan internasional berupa The Equator Prize dari Badan Program Pembangunan Dunia (UNDP). Penghargaan tersebut langsung diserahkan saat Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan  di Rio de Janeiro, Brazil, Juni 2012 lalu.

Sedangkan Christ Brown,  pengusaha pariwisata juga aktivis lingkungan, membuat  berbagai proyek seperti penetasan penyu dengan telur yang dibeli dari nelayan atau penduduk. Telut yang ditetaskan menjadi tukik, kemudian dilepaskan ke laut. Christ juga merawat penyu yang sakit karena makan plastik atau terkena jaring nelayan, kemudian dilepas ke laut.

Christ juga membuat dive site di dasar laut di kawasan Teluk Pemuteran dengan berbagai tema  yang ramai direspon penyelam dan fotografer dunia, yaitu under water temple garden yang dibuat tahun 2005, bio wreck dan garden of the God atau Dewa Nawasanga yang dibangun Juni 2014.

Juga ada beberapa tempat penyelaman yang bisa ‘dijual’ dan sekaligus sebagai project penyadaran masyarakat terhadap lingkungan laut. Gerakan Christ ini diapresiasi pemerintah dengan penghargaan Kalpataru.

Salah satu terumbu karang di Teluk Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Foto : Alit Kertaraharja
Salah satu terumbu karang di Teluk Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Foto : Alit Kertaraharja

Proyek berbagai bentuk struktur struktur biorock karya dua ilmuwan luar, Tom Gureau dan Wolf, dipadukan taman laut karya Christ Brown, serta keterlibatan masyarakat di dalamnya menjadi kawasan ini semakin hidup dan kuat. Seluruh masyarakat dan pengusaha wisata di kawasan tersebut saling bahu membahu mewujudnya kelestarian potensi yang ada di bawah laut.

Sampah dan Tempat penyelaman berhantu

Ada lebih dari 30 tempat selam yang lestari,  disamping tempat yang sudah populer,  seperti Canyon Wreck, Middle Reef, Deep Reef, Tangkad Sepi, Tangkad Jaran, The Muze, dan Kebun Batu. Ada dua tempat unik yaitu Dive Site Jetty yang merupakan kawasan sampah yang sudah tertimbun puluhan tahun silam di dasar laut.

Koordinator Lapangan Biorock Karang Lestari Pemuteran , Made Gunaksa, banyak fotografer makro sangat suka menyelam di kawasan ‘sampah’ karena memiliki keunikan yaitu munculnya ikan-ikan kecil atau mikro organisame yang tumbuh dan hidup di sana.

‘’Sangat unik, ada ikan-ikan kecil justru menyukai kawasan itu. Mungkin itu yang disukai fotografer ini.’’ungkapnya.  Seperti mimic octopuss, ikan ghost pipe fish, udang-udang kecil.

Beberapa ikan memang tidak mau hidup di alam, mereka seperti nyaman berada di tempurung kelapa, dibalik botol plastic. ‘’Ikan-ikannya pun jadi aneh rupanya karena bercampur dengan sampah jadi kotor. Mungkin itu keunikannya,’’jelasnya.

Tapi bukan berarti sampah dibiarkan mengotori kawasan perairan Teluk Pemuteran. ‘’Bukan, sampah-sampah itu memang tertimbun puluhan tahun lamanya sehingga menjadi tempat ikan-ikan khusus. Kami sempat melakukan rapat koordinasi untuk pembersihan perairan tersebut, tapi banyak yang tidak setuju, karena kalau dibersihkan akan mengusir berbagai micro organisme yang hidup di sana. Kami pernah melakukan pengerukan, tapi sudah tertimbun sangat dalam. Kami hanya melakukan kebersihan dari sampah-sampah yang mengambang atau sampah baru. Yang tertimbun dan tidak mengotori permukaan dibiarkan secara alami,’’jelas Gunaksa.

Salah satu terumbu karang di Teluk Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Foto : Alit Kertaraharja
Salah satu terumbu karang di Teluk Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Foto : Alit Kertaraharja

Tempat penyelaman yang unik lainnya Underwater Temple Garden, yang dinilai memiliki nuansa magis dan tempat selam ‘berhantu’, yang Christ namai Spooky Point. Menurutnya kawasan tersebut dirasakan begitu asing dan senyap, setiap penyelam yang datang ke sana selalu merasa ada hal yang berbeda.

‘’Setiap penyelam yang saya bawa ke sana, mereka selalu merasakan hal yang sama yaitu seperti ada orang dibelakang mereka saat menyelam. Bukan saya saja yang merasakan, tetapi juga hampir semua penyelam,’’ terang Christ.

Ombak dan Crown of Torn

Terumbu karang terlihat indah berwarna warni dengan ikan-ikan hias beraneka warna dan bentuk terlihat sangat harmoni. Air lautpun di kawasan ini begitu bening, hingga sinar matahari bisa menembus sampai kedalaman air.

Pada bulan tertentu, kawasan ini sangat rawan terhadap gangguan bintang laut crown of torn – pemangsa terumbu karang dan juga deburan ombak yang bisa memporakporandakan struktur terumbu karang buatan.

Sejak 4 bulan belakangan ini, kembali kawasan ini diserbu pemangsa terumbu karang, karena kawasan ini sudah dilengkapi dengan team yang kuat, para penjuang lingkungan ini berhasil mengurangi jumlah pengganggu terumbu karang dengan cara alami pula.

Gunaksa mengatakan pada umumnya karang-karang yang hidup dan lebat diperairan yang dangkal. Tetapi bila ombak besar datang pada musim tertentu, karang-karang tersebut terhempas dan mengalami kerusakan karena patah.

Tapi ada keuntungan dari posisi  struktur tersebut, ujar Gunaksa, karena terumbu karang tersebut aman dari pemangsa, berupa bintang laut ‘crown of torn‘. ‘’Karena bintang laut ini tidak bisa naik dan hanya memangsa dengan cara mengisap algae dan sosantela yang ada di bawah permukaan,”

Tim biorock akan turun ke lapangan menangkap bintang laut tersebut dengan hati-hati, supaya tidak merasa terancam sehingga tidak mengeluarkan ribuan telurnya ke perairan yang justru menimbulkan ancaman baru.

‘’Membersihkannya harus hati-hati, karena kalau bila kesakitan atau terancam, hewan tersbut justru akan mengeluarkan telurnya dan menjadi bibit baru. Pun kalau dimusnahkan di dalam air, serpihan-serpihan hewan tersebut akan hidup menjadi bibit baru,” tambahnya. Mereka membunuhnya dengan mengubur di tanah.

Kegiatan

Karena keberhasilan konservasinya dan lebih dari 30 tempat selam, Teluk Pemuteran menjadi tuan rumah event Buleleng Bali Dive Festival (BBDF).  Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng,  Nyoman Sutrisna,  mengatakan mereka mengundang peneliti mancanegara.

Kegiatan BBDF bernuansa konservasi laut, seperti monitoring terumbu karang di tujuh titik di kawasan perairan Bali Utara, kompetisi atau lomba fotografi bawah laut, lomba menggambar hingga workshop.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , ,