,

Diduga Memakan Obat Hama dan Pupuk, Gajah Jantan Ini Mati di Aceh

Satu individu gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berkelamin jantan ditemukan mati di saluran air di pinggiran persawahan Desa Turuecut, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, Selasa (17/11/15). Kematian gajah berumur 8 tahun ini menambah panjang jumlah gajah sumatera yang mati di Aceh karena berkonflik dengan manusia. Tercatat, ada 8 individu selama 2015 ini.

Menurut Mukim Lutueng, Sulaiman yang dihubungi via telepon, gajah tersebut diduga mati setelah memakan obat pembasmi hama, pupuk NPK dan urea yang disimpan di gubuk dekat sawah. Gajah malang tersebut merupakan satu dari 17 kawanan gajah yang masuk ke kawasan budidaya masyarakat sejak beberapa hari lalu.

Senin, warga melakukan penggiringan kawanan gajah yang masuk ke persawahan masyarakat yang baru ditanam satu bulan itu. Malam Selasa, masyarakat yang terfokus menggiring kelompok gajah yang besar, tidak menyadari ada satu individu gajah jantan yang terpisah sejauh 1,5 kilometer.

“Gajah itu turun ke gubuk, tempat warga menyimpan pupuk urea, NPK, dan obat pembasmi keong beracun yang sering menggangu tanaman padi muda. Setengah karung urea habis dimakan,” kata Sulaiman.

Selasa siang, gajah tersebut ditemukan mati dalam posisi telungkup di saluran air dekat sawah yang berjarak satu kilometer dari rumah penduduk. Gadingnya masih utuh. Menurut Sulaiman, dokter hewan dari BKSDA Aceh sudah melakukan nekropsi. Organ dalam tubuh gajah itu lembam dan kemerahan. “Sekarang gading gajah sudah dibawa ke BKSDA untuk diamankan.”

Sulaiman mengatakan hampir setiap tahun kelompok gajah ini masuk ke kebun dan sawah warga. Biasanya, saat padi mulai berbunga. “Tak biasanya, kali ini mereka datang lebih awal, saat baru tanam padi sebulan. Masyarakat lagi melakukan pemupukan dan pembasmian hama keong sehingga ada yang menyimpan pupuk dan obat hama di gubuk dekat sawah.”

Saat ini, masyarakat yang menggunakan mercon sebanyak 10 batang berupaya menghalau kawanan gajah menjauh dari permukiman agar peristiwa tersebut tidak terulang. Gajah-gajah itu dilaporkan sudah berada di pinggiran hutan. Ini merupakan kasus kematian gajah pertama di Mane. Sementara, pada 2013, satu individu anak gajah mati akibat terkena kabel listrik melintang di jalan Desa Bangke, Kecamatan Geumpang, yang bertetangga dengan Kecamatan Mane.

Hutan Mane sendiri merupakan hutan yang berada di antara Tangse dan Geumpang, di jantung Ekosistem Ulu Masen, habitat penting gajah sumatera di Aceh. Namun, hutan di daerah ini terancam kelestariannya akibat illegal logging dan pertambangan emas tanpa izin.

Kepala Seksi Perlindungan Dinas Kehutanan Kabupaten Pidie, Hamdani, mengatakan kelompok gajah di Mane merupakan bagian utama kantong gajah sumatera yang terhubung dengan kelompok gajah di Tangse dan Geumpang. “Konflik sering terjadi di Mane dan Geumpang. Mereka terpencar dalam kelompok kecil,” kata Hamdani.

Berdasarkan catatan Walhi, jumlah gajah yang mati di Aceh sejak 2012 mencapai 43 individu. Ini merupakan indikator, terjadinya kerusakan hutan cukup serius di Aceh akibat kesalahan pembangunan yang tidak mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem dan wilayah jelajah satwa terutama gajah.

“Kerusakan hutan Aceh hampir satu juta hektar. Meningkatnya konflik gajah dengan manusia menjadi indikasi terganggungnya daya dukung ekosistem. Konflik ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga nyawa manusia dan gajah,” kata Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,