,

Perpaduan Anyaman Sabut Kelapa dan Rumput Akar Wangi untuk Penahan Erosi

Memasuki musim penghujan, puluhan warga Dusun Ciakar,Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) mulai bersiaga. Pada Selasa (17/11), mereka berkumpul di salah satu lereng perbukitan desa setempat untuk bergotong royong membersihkan lokasi yang kerap dilanda longsor.

“Kami bergotong-royong di sini untuk mengantisipasi kemungkinan longsor, karena saat sekarang sudah memasuki musim penghujan. Beberapa tahun terakhir, perbukitan di sini kerap longsor. Masih beruntung, longsoran baru menimbun jalan, tidak sampai ke rumah penduduk. Padahal di bawah perbukitan ini, ada puluhan rumah yang dihuni ratusan warga. Karena itu, kami mulai mengantisipasi kemungkinan terjadi longsor,” kata warga setempat, Darsuni (55).

Ia adalah warga yang memiliki lahan yang rawan longsor tersebut. Darsuni juga merasakan kalau lahan yang berada di lereng perbukitan itu tidak dapat ditanami apa-apa. “Kebetulan ada program dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap yang mau memasang jaring pengaman longsor dari bahan sabut kelapa. Makanya, saya merelakan saja lahan di sini agar dipasang pengaman longsor,” ujarnya.

Ia bersama dengan warga lainnya serta petugas BPBD Cilacap kemudian membawa semacam jaring. Satu lembar jaring pengaman ukurannya 25 x 2 meter. Pada anyaman jaring pengaman tersebut ukurannya 5 x 5 centimeter (mm). Kemudian masing-masing lembaran jaring pengaman dipasangkan pada lereng perbukitan yang rawan longsor tersebut. “Ketinggian lereng yang dipasangi sekitar 100 meter. Jaring pengaman longsor itu kami tempatkan di sini, karena wilayahnya paling rawan longsor,” kata Kepala Desa Pengadegan Edy Wartoyo.

Menurutnya, lereng perbukitan itu sengaja dipasang jaring pengaman dari sabut kelapa, karena hampir setiap musim penghujan pasti longsor. “Begitu kami mendengar ada program pemasangan jaring pengaman longsor, maka kami langsung dapat memastikan lokasinya. Sebab, lereng pegunungan yang berada di Dusun Ciakar tersebut, jika longsor, tidak hanya mengancam jalan yang ada di bawahnya, tetapi juga permukiman. Ada sekitar 23 rumah yang ada di bawah dan terancam longsoran lereng perbukitan ini,” jelasnya.

Pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan
Pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan

Mengapa memilih sabut kelapa sebagai jaring pengaman longsor? Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Cilacap Adi Sulistiyono mengatakan kalau anyaman sabut kelapa bisa menjadi jaring pengaman yang ramah lingkungan dan efisien. “Kalau biasanya penahan longsor adalah anyaman kawat besi, tetapi kami menggunakan anyaman sabut kelapa,”ujar Adi.

Menurutnya, pihaknya telah cukup lama mempelajari dan telah mempraktikkan kehandalan sabut kelapa tersebut sebagai penahan longsor. Kebetulan, ada industri kecil di Kroya, Cilacap yang membuat anyaman tersebut. “Sehingga kami tertarik untuk memanfaatkannya sebagai penahan longsor. Tidak hanya itu, setelah rampung memasang jaring pengaman sabut kelapa, langkah selanjutnya adalah menanami rumput akar wangi pada kotak-kotak kecil yang telah terbentuk. Penanaman rumput akar wangi tersebut sebagai vetiver system atau penahan erosi dengan metode vegetatif. Jadi di antara kotak-kotak yang kosong tersebut, ada rumput akar wangi yang mencegah pergerakan tanah karena kekuatan cengkeramannya,” jelas Adi.

pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan
pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan

Sebelum di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, lanjut Adi, ada empat lokasi yang dipasang yakni tiga titik berupa lereng perbukitan dan pegunungan di Desa Bengbulang, Kecamatan Karangpucung dan satu titik di Desa Mandala, Kecamatan Cimanggu. Dalam pekan-pekan mendatang akan dipasangi juga jaring pengaman dari anyaman sabut kelapa tersebut di tiga titik lainnya. Di antaranya adalah Desa Ujungbarang, Kecamatan Majenang, Desa Sumpinghayu, Kecamatan Dayeuhluhur, dan Desa Jambu, Kecamatan Wanareja. Bronjong anyaman sabut kelapa mencapai luasan 3.935 meter persegi dan luas penanaman rumput akar wangi 9.885 meter persegi.

Sementara Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy mengungkapkan bahwa pengadaan anyaman sabut kelapa yang dipadu dengan penanaman rumput akar wangi tersebut merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Bronjong sabut kelapa yang dipadu dengan rumput akar wangi merupakan upaya pencegahan bencana yang rawah lingkungan. Sejak tahun lalu, Cilacap sebetulnya telah mempraktikkan, tetapi belum merata. Tahun ini, warga Karangpucung, Cilacap mendapat penghargaan karena setelah mempraktikkan teknologi pencegahan bencana dengan anyaman sabut kelapa dan penanaman rumput akar wangi tersebut. Penghargaan diberikan bulan lalu saat acara yang diselenggarakan BNPB di Solo,” kata Tri.

Menurutnya, penggunaan sabut kelapa sebagai bahan untuk penahan longsor lebih ramah lingkungan, karena di sela-sela anyaman dapat ditanami tanaman rumput akar wangi. “Jadi “webbing jute” tersebut sebagai penahan longsornya. Sebagai patoknya adalah jenis pohon dengan akar kuat. Dan di sela-sela anyaman sabut kelapa itu ditanami rumput akar wangi. Dengan perpaduan tersebut, mampu menahan longsor hingga puluhan tahun. Jaring pengamannya setidaknya bertahan hingga 25 tahun,” ujarnya.

pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan
pemasangan jaring pengaman longsor yang berbahan sabut kelapa di Desa Pengadegan, Kecamatan Majenang, Selasa (17/11). Penahan longsor dari sabut kelapa tersebut lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dananya. Foto : L Darmawan

Dijelaskan oleh Tri, teknologi sederhana ini akan terus dikembangkan di wilayah Cilacap. Apalagi, kabupaten terluas di Jateng itu juga memiliki wilayah-wilayah rawan bencana longsor dan tanah bergerak. Ada 99 desa yang tersebar di 13 kecamatan di Cilacap yang rawan bencana geologi. “Karena itu, selain melakukan upaya pencegahan, kami juga menyiapkan warga untuk terus waspada guna menghadapi kemungkinan munculnya bencana, apalagi pada musim penghujan seperti sekarang,”ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,