, ,

Berkunjung ke Tenda, Gus Mus Dukung Perempuan Penyelamat Pegunungan Kendeng

Pagi itu, sekitar pukul 06.30, Sukinah bersama empat perempuan warga Desa Tegaldowo dan Timbrangan, menuju Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin di Leteh, Rembang. Bersepeda motor, mereka menemui KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. “Mau ngajak Gus Mus ke tenda perjuangan ibu-ibu tolak semen,” kata Sutinah.

Perjalanan ke pesantren pada Jumat, 27 November itu, sekitar satu jam. Sampai disana, mereka menunggu pengajian Gus Mus selesai. Sekitar pukul 9.45, Gus Mus menyambut warga. Mengenakan sarung, pakaian dan tutup kepala serba putih.

Sumarno warga Tegaldowo menyampaikan niat kedatangan mereka. Marno menyampaikan, berbagai kebohongan perusahaan dan kondisi kampung, termasuk hasil putusan banding gugatan warga di PTTUN Surabaya yang menguatkan putusan PTUN Semarang. Pengadilan menolak gugatan izin lingkungan PT. Semen Indonesia oleh warga.

“Jika putusan banding belum menyentuh pokok perkara, dilanjutkan kasasi. Saya akan datang ke tenda besok (Sabtu) pukul 10,” kata Gus Mus, ditirukan Marno.

Mendengar perkataan Gus Mus, warga gembira. Mereka berembug menyiapkan kedatangan ulama kharismatik ini.

Debu-debu yang berterbangan di jalan desa menutupi dedaunan dan tanaman warga. Foto: Tommy Apriando
Debu-debu yang berterbangan di jalan desa menutupi dedaunan dan tanaman warga. Foto: Tommy Apriando

***

Waktu masih pukul 08.00, tetapi terik matahari terasa menyengat kulit. Truk-truk mengangkat batu kapur berseliweran di Desa Tegaldowo. Debu-debu beterbangan.

Para petani tampak sedang menggarap ladang. Di rumah Sukinah, warga sudah kumpul, bersiap menuju tenda perjuangan di tapak pabrik PT. Semen Indonesia.

Menggunakan sepeda motor, saya menelusuri jalan dari Desa Tegaldowo, menuju tapak pabrik. Jalan berlubang, dan berdebu. Dedaunan di pinggir jalan penuh debu.

Pukul 09.10, satu tenda biru baru selesai dibangun di pinggir tapak pabrik. Puluhan ibu mengenakan kebaya dan rok warna warni mulai nembang shalawat dan lagu berjudul “Ibu Pertiwi” dari dalam tenda. Ini hari ke-530, mereka mendirikan tenda dan berjuang menyelamatkan Pegunungan Kendeng.

Suwater, warga Tegaldowo geram. Dia melihat perusahaan, menyirami jalan menggunakan truk tanki. Selama ini, katanya, tak pernah penyiraman.

“Mendengar Gus Mus mau datang baru disiram. Seperti ingin melihatkan hal-hal baik.”

Pukul 10.35, ibu-ibu keluar tenda. Berbaris memanjang di pinggiran jalan tapak. Shalawat dan zikir berkumandang. Air mata tumpah ketika warga Desa Tambakromo, Sukolilo dan Kayen, Kabupaten Pati, tiba. Mereka saling bersalaman sembari berpelukan.

Selang 10 menit, tiga mobil beriringan memasuki portal penjagaan, langsung menuju tenda. Gus Mus datang. Dia mengenakan kaca mata dan topi biru. Berbaju lengan pendek dan celana panjang putih. Turun dari mobil, langsung disambut shalawat. Gus Mus menyapa dan mengucap salam pada ibu-ibu. Bersama rombongan dia langsung masuk tenda, diikuti ibu-ibu.

Sukinah, memberikan sambutan. Dia berterima kasih Gus Mus dan rombongan sedulur Pati mendatangi tenda. Warga tolak semen, sudah lama ingin Gus Mus datang memberikan semangat perjuangan.

“Kami meminta kepada Mbah Gus Mus, supaya perusahaan menghentikan sementara pendirian pabrik semen. Warga sedang gugat hukum,” katanya.

Penolakan warga, katanya, bukan karena provokasi atau ada pendana. Mereka khawatir mata pencaharian sehari-hari sebagai petani dan peternak hilang kala tambang beroperasi.

“Kehadiran dan dukungan Gus Mus makin membuat kami semangat berjuang menyelamatkan bumi pertiwi. Menyelamatkan Pegunungan Kendeng,” kata Sukinah.

Joko Prianto menambahkan, pembangunan pabrik semen sejak awal banyak manipulasi data. Dalam penyusunan Amdal, jumlah mata air, goa, ponor, dan sungai bawah tanah yang harus dilindungi banyak tak masuk dokumen.

“Kehadiran Gus Mus memberikan semangat. Kami akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Kami akan terus berjuang menyelamatkan Kendeng.”

Gunretno, dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMMPK) Pati yang hadir mengatakan, tak ada sosialisasi pembangunan pabrik kepada warga. Warga tiba-tiba melihat alat berat, dan tidak tahu akan ada pembangunan pabrik semen. Namun, perusahaan menyampaikan, perizinan lengkap dan sudah sosialisasi.

Warga menggugat ke PTUN. Dalam proses saksi digiring ada sosialisasi, salah satu menyebut Joko Prianto. Padahal Joko, tak hadir. “Keputusan hakim berdasarkan bukti tertulis dan penyataan saksi, tanpa pembuktian kuat.”

Warga juga bertemu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Mereka meminta kala proses hukum ada sikap saling menghormati, dengan menyetop sementara pendirian pabrik. Namun tak ada hasil. “Terima kasih Gus Mus datang ke tenda,” kata Gunretno, dalam bahasa Jawa.

Ibu-ibu berbaris di depan tenda menunggu kedatangan warga Pati dan Gus Mus. Foto: Tommy Apriando
Ibu-ibu berbaris di depan tenda menunggu kedatangan warga Pati dan Gus Mus. Foto: Tommy Apriando

Penghargaan Gus Mus pada pejuang alam Kendeng 

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mendatangai warga untuk menyampaikan penghargaan atas kepedulian warga terhadap kelestarian alam dan lingkungan. Itu penting. Keserakahan manusialah yang menyebabkan kelestarian alam rusak,” kata Gus Mus.

Dalam kitab suci orang Islam, katanya, Allah SWT memberikan nikmat kepada manusia dan tak akan dicabut, kecuali manusia yang ingin nikmat dicabut dan diganti laknat.

“Diberikan hutan, jika mau bikin rumah silakan, bisa dimanfaatkan. Ingin bikin lemari dan meja silakan. Sekarang, rumah sudah ada, lemari sudah ada, apa saja sudah punya tapi masih merusak dan menebangi hutan. Jadi manusia itu serakah.”

Gus Mus menyampaikan penghargaan kepada warga penolak pabrik semen. “Warga berjuang menjaga kelestarian alam. Ini sudah nilai tersendiri. Semua orang sudah tahu, warga berjuang untuk kelestarian alam, dimana orang lain mungkin tidak peduli.”

Dia mengatakan, perjuangan lahiriah harus dibarengi perjuangan batin, dengan memohon kepada Allah SWT. Semua pihak yang berkepentingan, katanya, sebaiknya berbicara bersama. Urusan hukum, katanya, biarkan berlanjut.

“Saya kesini yang utama memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap warga yang peduli kelestarian alam. Saya sudah lama ingin kesini (tenda).”

Ketika ditanya apakah kedatangan ini merupakan dukungan perjuangan warga tolak pabrik semen, Gus Mus mengiyakan.

“Iya. Saya menghargai mereka karena peduli lingkungan dan kelestarian alam, sementara orang lain tidak memperdulikan itu,” kata Gus Mus.

Pertemuan di tenda ditutup doa oleh Romo Jatmiko dari Gereja Katolik St Petrus dan Paulus Rembang. “Kami mohon berkat, perlindunganmu agar diberikan kesehatan. Agar perjuangan kami sesuai kehendak-Mu. Tuhan yang Maha Baik, hanya kepada-Mu kami bisa berserah. Amin….”

Gus Mus menyalami dan menyapa ibu-ibu Kendeng. Foto: Tommy Apriando
Gus Mus menyalami dan menyapa ibu-ibu Kendeng. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , ,