,

Kematian Ribuan Ikan di Ancol Jakarta Sudah Diprediksi. Kok Bisa?

Kematian jutaan ikan di sekitar perairan Teluk Jakarta yang terdampar di pesisir Ancol, Jakarta Utara, dalam beberapa hari ini, ternyata sudah bisa diprediksi jauh sebelumnya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan, prediksi itu muncul karena kematian ikan seperti itu sudah berulang kali terjadi dalam 15 tahun terakhir.

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin, kepada Mongabay mengatakan, kematian ikan massal seperti yang terjadi di Teluk Jakarta biasanya terjadi saat pergantian musim seperti saat ini dari musim kemarau ke musim hujan.

“Memang demikian, kita sudah bisa memprediksinya. Tapi, kita tidak bisa menebak secara persis dimana lokasi dan kapan itu akan terjadi. Hanya, biasanya itu saat pergantian musim seperti sekarang,” ungkap Zainal Arifin, yang dihubungi Mongabay,  Rabu (02/12/2015).

Selain karena faktor alam, dia mengatakan, LIPI tidak bisa mengungkap lebih jelas kapan dan dimana lokasi kematian ikan-ikan karena pergantian musim itu, juga karena pada tahun ini Indonesia sedang dilanda El Nino.

Jadi, jika pada tahun-tahun sebelumnya kematian ikan diprediksi akan terjadi antara periode waktu Oktober-November, maka tahun ini waktunya mengalami pergeseran lagi. Menurut dia, LIPI sama sekali tidak menduga kematian ikan akan terjadi pada akhir November di Teluk Jakarta.

“Kita tidak tahu itu. Tanpa ada El Nino pun kita tidak tahu persisnya, apa lagi ada El Nino. Apalagi, El Nino ini kan diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2016,” sebut dia.

Reklamasi Pantai Utara Jakarta Salah Satu Penyebabnya?

Selain karena faktor pergantian musim, Zainal mengungkapkan, terjadinya kematian ikan secara masal dengan jumlah mencapai jutaan ekor pada tahun ini, bisa jadi disebabkan oleh proyek pembuatan reklamasi pantai di kawasan Teluk Jakarta yang sekarang sedang berlangsung.

“Secara teoritis, reklamasi pantai bisa ikut berperan dalam proses kematian ikan-ikan di Teluk Jakarta. Karena, gangguan kolom air atau sedimen itu akan meningkatkan kematian ikan dengan cepat,” ujar dia.

Tetapi, meski diperkirakan ada kaitannya, Zainal menjelaskan bahwa itu harus dibuktikan secara ilmiah lagi melalui kajian khusus tentang dampak reklamasi pantai utara Jakarta terhadap kematian ikan-ikan di sekitarnya. Karena itu, menurutnya, saat ini belum ada penjelasan secara langsung tentang dampak kematian ikan karena reklamasi pantai.

“Reklamasi itu kan bukan pengerukan, tapi penimbunan (tanah). Karenanya, secara langsung tidak ada dampak terhadap kematian ikan. Tapi, itu harus ada kajian mendalam lagi,” papar dia.

Namun, meski reklamasi pantai belum ada penjelasan lebih rinci dalam kaitannya dengan kematian ikan, Zainal mengatakan, fakta yang ada saat ini bahwa perairan di sekitar Teluk Jakarta kondisinya sudah tercemar. Hal itu, mengakibatkan kandungan oksigen di dalam air terus menurun.

“Saat ini, di kedalaman 5-6 meter di perairan Teluk Jakarta, kadar oksigen tinggal 3 mg per liter saja. Padahal, idealnya itu untuk kedalaman seperti itu, kadar oksigen minimal 5-6 mg/l. Jadi, itu juga berperan mempercepat proses kematian ikan,” sebut dia.

Ledakan Fitoplankton

Seperti disebutkan di atas, penyebab terjadinya kematian ikan adalah karena ada pergantian musim antara hujan dan kemarau. Namun, selain itu, penyabab lainnya adalah karena adanya ledakan populasi fitoplankton yang muncul di sekitar perairan Teluk Jakarta. Sementara, pada saat bersamaan, cuaca juga ekstrem berubah dengan cepat antara cerah dan mendung, dan kemudian arah angin juga mengarah ke pantai.

“Pada saat tersebut, kadar oksigen yang ada di air laut menjadi berkurang karena diambil oleh fitoplankton. Kemudian, ikan-ikan juga terjebak dalam perairan yang oksigennya tipis karena arah angin ke pantai. Itu mengakibatkan kematian ikan berlangsung cepat dan pada masa antara malam atau subuh,” papar dia.

Dari hasil penelitian LIPI, ledakan populasi fitoplankton adalah jenis Coscinodiscus spg dan jumlahnya mencapai antara 1-2 juta per liter. Dari 7 (tujuh) titik yang diteliti, 3 (tiga) lokasi menunjukkan bahwa kadar oksigen mencapai 0,765 ml/l atau 1,094 mg/l. Itu berarti, kadar oksigen di perairan di sekitar Teluk Jakarta sangat rendah pada masa tersebut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , ,