,

Hutan Rusak, Beginilah Nasib Kemenyan di Tanah Batak

Pohon kemenyan (haminzon) , bagi masyarakat Batak, mempunyai makna sendiri. Masyarakat Batak, percaya satu kemenyan bisa menjaga keberlangsungan 10 tanaman hutan di sekeliling. Jika, satu kemenyan ditebang, 10 tanaman hutan akan mati. Begitu juga sebaliknya.

Getah kemenyan bisa untuk berbagai keperluan, harga jualpun cukup mahal. Dulu, taraf hidup petani kemenyan diatas rata-rata. Bagaimana kondisi kini? Saya mengunjungi sejumlah daerah penghasil kemenyan di Sumatera Utara, seperti Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.

Janer Tamba, tokoh masyarakat Batak dan pedagang getah kemenyan Parlilitan, mengatakan, dibandingkan 10 tahun lalu, hasil panen kemenyan kini jauh berbeda. Dulu, banyak pelindung kemenyan yaitu kayu-kayu alami, hingga kualitas bagus dan getah banyak. Sekarang, panen getah menurun, tanah gersang, kayu-kayu pelindung kemenyan banyak ditebang.

Sepuluh tahun lalu, katanya, setiap minggu bisa panen getah 50-100 kilogram. “Sekarang, getah kemenyan baik sulit. Pohon hanya bisa menghasilkan tak lebih lima kilogram,” katanya.

Tamba tengah memeriksa kemenyan yang baru datang dari kebun di hutan adat Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.

Dia menduga, penurunan ini dampak operasi PT Toba Pulp Lestari, yang menebang kayu kemenyan di hutan dan mengubah jadi eukaliptus. “Tanah kering, hasil panen menurun. Kami heran kok bisa pemerintah memberikan izin menebang kayu di hutan register di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan,” katanya.

Penebangan kemenyan oleh TPL mendapat penolakan masyarakat adat Batak disana. Perusahaan dinilai merusak hutan adat mereka. Penolakan masyarakat adat Toba, yang tinggal di sekitar Danau Toba tergabung dalam Jalin D’Toba.

“Saudara kami di Pandumaan-Sipituhuta sampai sekarang ada 10 orang masih tersangka. Sudah lebih dua tahun. Kemana keadilan itu?” Tamba tak mau lanjut bercerita kasus ini. Terlalu menyedihkan, katanya.

Harga getah kemenyan tergantung kualitas. Kisaran Rp130.000 sampai Rp250.000 per kilogram. Foto: Ayat S Karokaro
Harga getah kemenyan tergantung kualitas. Kisaran Rp130.000 sampai Rp250.000 per kilogram. Foto: Ayat S Karokaro

Tamba mendapatkan mendapatkan kemenyan dari petani Kecamatan Parlilitan, Desa Simanatiari, dan desa-desa lain di sekitar. Jumlah petani lebih 115 orang.

Permintaan kemenyan cukup tinggi, salah satu dari Kota Dolok Sanggul. Sebagai agen penampung utama, dia jemput bola dengan mendatangi rumah-rumah petani dan membeli langsung.

Untuk kemenyan kualitas bagus Rp250.000 per kilogram, . kualitas kasar dua Rp200.000, kemenyan kacangan, Rp150.000, kualitas jagungan Rp130.000 dan kualitas abu dan monis Rp100.000 per kilogram. Jika disatukan, harga kualitas jagungan, dan abu serta monis rata-rata Rp180.000 per kilogram. Untuk harga lebih Rp200.000 ribu, khusus getah kemenyan hasil panen pertama, sedang panen kedua, Rp130.000 per kilogram.

Menurut dia, gudang sempat mengalami kekosongan stok. Petani kemenyan tak panen karena pohon rusak.

“Kalau stok barang saat ini sekitar 200 kilogram. Jauh dengan lima hingga 10 tahun lalu, bisa 600-800 kilogram kemenyan kualitas sangat bagus dua minggu hingga satu bulan.”

Lingkungan rusak, kemenyan tak lagi idola. Banyak petani beralih kerja, mulai jadi buruh tani, mengerjakan tanaman muda, dan lain-lain. Penurun taraf ekonomi, juga terjadi, karena pendapatan mereka dari menyadap getah kemenyan tak bisa menjadi andalan lagi.

Senada diungkapkan Gabriel Lumban Gaol, Tokoh Adat Batak Parlilitan, juga petani kemenyan. Dia mengatakan,  kehadiran TPL menghabiskan seluruh hutan Tapanuli, telah merusak perekonomian masyarakat, terutama petani kemenyan. Hasil jauh merosot hingga merusak perekonomian masyarakat di Tanah Batak.

Di samping ‘rumh’ kemenyan di hutan dirusak, TPL juga menggunakan pihak ketiga mengambil alih hutan kemenyan dengan membeli paksa Rp1 juta per hektar. “Ini fakta, tidak dibuat-buat. Perekonomian dan tatanan kehidupan masyarakat Batak dirusak kehadiran perusahaan.”

Menurut Gabriel, pemerintah harus menutup TPL. Jikapun pemerintah segan menutup, setidaknya TPL hanya mengelola sebatas konsesi, jangan merambah hutan di Tanah Batak.

Hutan kemenyan berubah menjadi pohon eukaliptus. Foto diambil dalam kawasan PT TPL. Foto: Ayat S Karokaro
Hutan kemenyan berubah menjadi pohon eukaliptus. Foto diambil dalam kawasan PT TPL. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,