, ,

Cantiknya Udang-udang dari Danau Towuti, Tetapi…

Subhan Tahir memperlihatkan beberapa udang kecil dalam bak penampungan sederhana dari papan dilapisi plastik. Di salah satu sudutnya, ada oksigen dan gelembung udara dari dinamo yang terus menerus menggerakkan permukaan air.

Dia memperlihatkan ratusan udang kecil dari enam jenis. Ada tiger Celebes. Udang tak sampai satu sentimeter. Berjalan dengan kaki kecil kurus. Sepintas, udang-udang itu hanya seukuran garis kecil, dalam coretan kertas kosong.

Saya bertemu Subhan, sejak 2011. Kini, di sepanjang jalan menuju kediamannya di Timampu, pesisir Danau Towoti, Kecamatan Wondula, Luwu Timur, lahan-lahan menjadi kebun merica. Bukit-bukit dulu berpohon besar, terganti tiang-tiang merica. Kebun-kebun merangsek, masuk hutan.

“Saya hanya dapat tertegun mendengar kabar terbaru: lima Danau Malili terkepung pembalakan liar… Kegiatan yang merusak ekosistem penyokong kehidupan danau, termasuk tata air, itu makin mengganas, tanpa memedulikan masa depan,” kata ahli Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Peter Hehanusa, dikutip dari National Geogrhapic Indonesia, Desember 2008.

Celebes beauty. Toto: Eko Rusdianto
Celebes beauty. Toto: Eko Rusdianto

Kombinasi lima danau dalam kompleks Danau Malili, menyajikan bukit-bukit terjal dengan puncak mencapai 1.200 meter. Karena pergerakan dua lempeng besar secara horisontal, Pasifik dan Asia, yang memberikan gaya dorong dan bertemu di Danau Matano, menjadikannya laboratorium alam menakjubkan.

Edemisitas setiap danau berbeda, meskipun semua jaringan danau bertemu. Dari paling tinggi Danau Matano, kemudian Mahalona, Masapi, lalu Danau Towuti, dan dialirkan ke laut melalui Sungai Larona.

Dalam beberapa penelitian, biota hidup Danau Towuti lebih beragam dibanding Matano. Terlihat air Danau Towuti lebih keruh dibanding Matano. Di Towuti terdapat ikan pangkilang–mirip teri laut–tidak ada di Matano. Beberapa udangpun demikian, di Towuti sedikitnya 10 jenis udang endemik, di Matano, hanya satu.

Subhan, menjadi pencari udang hias di Towuti sejak 2006. Sekali waktu dia mengirim sekitar 1.000 udang berbagai jenis. Dia paketkan sesuai jenis dalam wadah kantong berisi oksigen melalui darat.

Kumis putih dan red orchid. Foto: Eko Rusdianto
Kumis putih dan red orchid. Foto: Eko Rusdianto

Tahun ini, harga satu udang Rp700 dikirim ke Makassar. “Saya tidak tahu diapakan lagi udang itu. yang jelas, saya mengirim ke orang yang menjadi langganan,” katanya.

Sekian lama Subhan menjadi pencari udang hias, dia tak pernah tahu apa makanan, dan cara membudidayakan udang itu. Kala menangkap, dia masukkan air Danau Towuti bersama dalam wadah penampung. Begitupula beberapa batu dan potongan kayu dari dasar danau.

Udang-udang itu diperoleh Subhan pada kedalaman tiga sampai empat meter. Dia menyelam tanpa menggunakan bantuan oksigen. Udang hias, bersembunyi di balik batuan atau potongan kayu. “Jadi saya pake jarring halus kecil. Biasa saya ambil dengan menyendok. Kalau sudah begitu, batu atau kayu yang ditempati, saya masukkan ke air. Siapa tahu ada telur, jadi bisa besar lagi itu udang.”

Di pesisir Towuti, ada dua pencari udang hias. Seorang lagi tak mau disebut nama takut pelarangan. “Saya nda apa-apa disebutkan. Karena ini memang salah satu kerjaan saya,” kata Subhan.

“Bapak tidak takut udang ini nanti habis di danau?” kata saya.

Nda mungkin. Di danau ini ada banyak. Memang kalau musim kemarau agak kurang, musim hujan banyak lagi,” katanya.

Subhan mengeja beberapa nama udang yang selalu ditemuka: leher putih, kumis putih, titik kuning, garis dua, liris besar, liris kecil, black tiger, rubi biru, red orchid, black orchid, dan zebra.

Saya berhasil melihat langsung beberapa diantara udang itu. Leher putih (Celebes beauty). Badan kecil dan transparan, hingga jelas memperlihatkan isi perut.

Di bagian leher, warna putih melingkar serupa kalung. Ekor kemerah-merahan juga transparan. Di bagian punggung, ada beberapa paduan warna seperti coklat dan bintik-bintik hitam.

Red orchid juga tak kalah menarik. Bintik-bintik putih dan merah mengelilingi tubuh. Si kumis putih, warna tubuh merah, kontras dengan kumis putih. Untuk zebra, memiliki garis-garis badan unik dan berpola.

Saya bertanya pada beberapa penduduk di Timampu, mengenai udang hias itu. Sebagian besar, heran. Mereka tak pernah tahu.

Pada 27 -29 November 2015, ada acara besar di pesisir Danau Matano, bertema Festival Danau Matano menuju Warisan Dunia, dihelat. Penyelenggara Pemerintah Luwu Timur.

Saya meminta jadawal kegiatan. Agenda penuh hiburan musik, dari Arkarna hingga Sahuleka. Dari Lomba dayung hingga gala dinner di pesisir danau. Sayangnya, tak ada sedikitpun membicarakan bagaimana menjaga kompleks Danau Malili…

Kumis putih. Foto: Eko Rusdianto
Kumis putih. Foto: Eko Rusdianto
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,