,

Aktivitas Vulkanik Meningkat, Siaga Gunung Bromo Dilakukan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di lima kabupaten yang berada di sekitar Gunung Bromo, telah melakukan langkah persiapan dan antisipasi terhadap meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Bromo yang memasuki status Siaga 3.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo memastikan, semua logistik dan kebutuhan penanganan bencana telah dipersiapkan dan siap didistribusikan. “Mulai masker, beras dan makanan, posisinya siap semua,” kata Soekarwo, Kamis (17/12/2015) di Kantor Gubernur, Jalan Pahlawan, Surabaya.

Soekarwo juga telah menugaskan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf untuk memantau langsung persiapan dan tindakan yang telah dilakukan di lokasi bencana. Terutama, kesiapan evakuasi dan dapur umum. “Pak Wagub meninjau untuk mengecek kesiapan dan penanganan di Bromo,” lanjut Soekarwo.

BPBD Provinsi Jawa Timur telah melakukan koordiansi dan persiapan penanganan, dengan memasang rambu dan meyiapkan jalur evakuasi bagi warga yang tinggal di sekitar puncak Gunung Bromo. Ada lima daerah yang wilayahnya masuk kawasan Gunung Bromo, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Kota Probolinggo.

Sedangkan beberapa desa yang terdekat adalah Ngadisari, Ngadas, Ngadirejo, Sariwani, dan Ledokombo. Untuk Kecamatan Sukapura, terdapat sekitar 16.000 penduduk yang tersebar di lima desa di sekitar puncak Bromo. “Rambu-rambu peringatan, jalur evakuasi, dan titik kumpul telah disiapkan. Sosialisasi terus ditingkatkan,” kata Sudarmawan, Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur.

Peningkatan status Gunung Bromo dari Waspada menjadi Siaga ditetapkan 4 Desember lalu, setelah terjadi penguatan tremor hingga mencapai amplitudo maksimal 4-32 milimeter (mm) dengan dominan 9 mm.

Pengamatan BPBD di Pos Pemantauan Gunung Bromo di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Rabu (16/12/2015), menunjukkan asap kelabu hingga kecoklatan terus keluar dari Gunung Bromo. Ketinggian asap sedang hingga tebal mencapai 1.500 meter di atas puncak, disertai suara gemuruh dari kawah.

Terpisah, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial telah berkoordinasi menyiapkan pasokan beras yang dapat dipergunakan untuk dapur umum. Khofifah memastikan cadangan beras pemerintah (CBP) siap dikeluarkan setelah bupati atau walikota mengeluarkan Surat Keputusan Kedaruratan mengenai situasi di daerahnya.

“Bupati atau walikota boleh mengeluarkan cadangan beras pemerintah dari gudang bulog terdekat hingga 100 ton. Kalau masih kuarang bisa ambil lagi hingga 200 ton melalui gubernur, dan bila masih kurang Menteri Sosial yang akan mengeluarkan,” papar Khofifah.

Khofifah memastikan distribusi bantuan di Dinas Sosial telah disiapkan untuk membantu penanganan bencana erupsi Gunung Bromo. Sebut saja matras, tenda, dan semua kebutuhan yang diperlukan.

Kondisi hutan Ireng-ireng di Senduro, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih aman dari dampak erupsi Bromo. Foto: Profauna
Kondisi Hutan Ireng-ireng di Senduro, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih aman dari dampak erupsi Bromo. Foto: Profauna

Evakuasi satwa

Sejak Senin (14/12/2015) lembaga Protection of Forest and Fauna (Profauna) Indonesia telah menurunkan tim ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Tujuannya, memantau dan memastikan kondisi satwa liar yang berpotensi terdampak letusan Gunung Bromo.

Ketua Profauna Indonesia Rosek Nursahid mengatakan, hingga kini kondisi hutan-hutan tempat habitat hidup satwa liar masih aman dari bahaya letusan Gunung Bromo. “Sampai hari ini masih aman, belum terlihat tanda-tanda satwa liar turun memasuki kawasan pertanian atau permukiman warga.”

Profauna memantau satwa liar di (TNBTS), yang merupakan habitat satwa seperti lutung jawa, monyet ekor panjang, burung merak, rusa, dan macan tutul. Sejauh pemantauan Profauna, arah abu vulkanik belum mengancam hutan yang ada di selatan Bromo, seperti Hutan Ireng-ireng, Bantengan, jalur menuju B29, Ranu Pane, dan Jarak Ijo. “Di Senduro, di hutan Ireng-ireng, masih bagus dan abu belum ke sana,” kata Rosek.

Meski belum ada tanda satwa turun atau terdampak abu vulkanik, Profauna telah menyiapkan antisipasi penyelamatan. Bila abu vulkanik mengarah ke hutan di TNBTS, kemungkinan besar satwa akan turun ke area pertanian atau perladangan warga hingga masuk ke perkampungan.

“Kalau terkena abu, satwa seperti lutung dan monyet tidak akan makan daun, biji atau buah-buahan di hutan. Mereka akan mencari ke bawah. Kondisi ini menyebabkan potensi konflik antara manusia dengan satwa terjadi.”

Rosek menambahkan, timnya akan melakukan relokasi satwa yang terpaksa keluar dari hutan ke suatu tempat aman untuk diberi makan. Hal ini untuk mencegah banyaknya satwa yang mati hingga terbunuh oleh manusia. “Nanti kita giring untuk diberi makan, seperti yang pernah kami lakukan di Merapi,” tukasnya.

sejauh ini, hutan Ireng-ireng di Senduro, kawasan TNBTS masih aman dari dampak erupsi Gunung Bromo yang statusnya Siaga. Foto: Profauna
sejauh ini, Hutan Ireng-ireng di Senduro, kawasan TNBTS masih aman dari dampak erupsi Gunung Bromo yang statusnya Siaga. Foto: Profauna
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,