,

Bukan Festival Durian Biasa di Desa Ekowisata Sedahan Jaya

Kesan teduh tergambar ketika memasuki Desa Sedahan Jaya. Desa yang berada di kaki Taman Nasional Gunung Palung itu, tadinya merupakan daerah dimana warganya mengandalkan kayu sebagai komoditi instan. Kayu ditebang, dijual, uang pun di tangan. Semudah itu. Kepala Desa Sedahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Nazanadira (41) mengatakan, cukup sulit mengubah kebiasaan masyarakat setempat.

“Sedahan Jaya terkena banjir hingga 2004. Tiap musim hujan, banjir. Sawah juga banyak yang gagal panen, masyarakat mengungsi,” tukas Naza. Banjir tersebut, sedikit banyak adalah dampak yang dirasakan masyarakat akibat pembalakan di kawasan tersebut. Tak hanya itu, buah durian yang terkenal dari Sukadana sempat berkurang pasokannya. Saat kebijakan pemerintah membolehkan penebangan tanaman tertentu dengan surat keterangan asal usul (SKAU), banyak yang nebang pohon durian untuk dijadikan kayu olahan. “Saya termasuk yang menolak regulasi itu,” ujarnya.

Sedahan Jaya meliputi empat dusun: Sawah, Tanjung Banjar, Begasing, dan Sidorejo. Ada tujuh mata air di sini. Airnya bening dan sejuk, asalnya dari atas Gunung Palung. Agar debit air terjaga, hutan di sekitar Sedahan Jaya pun harus dijaga.

Pohon-pohon buah, kata Naza, memiliki nilai ekonomis lebih lama jika tidak ditebang. Pohon durian dan enau atau aren termasuk unggulan di daerah tersebut. Bahkan, keduanya menjadi potensi ekowisata yang dapat dijual ke mancanegara. Turis bisa menikmati air enau yang segar dan melihat langsung cara mengambilnya.

Demikian halnya dengan durian. Sedahan Jaya menggelar Festival Durian 2015, 11-13 Desember di Sukadana. Durian dari Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara, sangat tersohor. Dagingnya lezat: manis dan tebal. Dalam festival ini, selain dikenalkan buah lokal ditampilkan juga kebudayaan lokal.

Asisten I Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, Syarif Muzahar, berharap kegiatan tersebut bisa menjadi kegiatan besar, yang mengusung kearifan lokal dan kelestarian alam. “Saya harap bisa dikemas lebih besar dan menjadi daya tarik para wisatawan lokal maupun asing,” katanya.

Festival ini juga membuktikan, manfaat berkelanjutan dari menjaga kelestarian alam yang merupakan isu global. Masyarakat dunia harus tahu, Kayong Utara memiliki buah lokal yang rasa dan kualitasnya sangat baik. “Durian unggulan perlu dikembangkan agar tidak punah.”

Persawahan masyarakat Sedahan Jaya dengan latar Gunung Palung merupakan potensi ekowisata yang terus dikembangkan. Foto: Aseanty Pahlevi

Budaya lokal

Festival diawali dengan pertunjukan musik Senggayung. Senggayung merupakan kesenian tradisional yang masih dimainkan oleh penduduk Sedahan Jaya. Kesenian ini menggunakan alat musik yang dibuat dari bambu. Dulu, setiap musim durian tiba,  suara senggayung membahana di kebun-kebun durian. Penduduk memainkannya sambil menunggu durian jatuh. “Kesenian ini mulai tergerus oleh modernisasi. Budaya ini kembali kita kenalkan pada generasi muda,” ujar Nazanadira.

Lomba adu taji durian juga dipentaskan dalam festival ini. Adu taji merupakan permainan tradisional. Biji durian yang dipasang bambu diadu, seperti adu gasing. Kegiatan lain adalah bazar durian, lomba turis makan durian, lomba dan pameran makanan hasil olahan durian serta  pameran kerajinan tradisional.

Durian merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) bernilai ekonomi penting. Selain meningkatkan pendapatan melalui penjualan buah, penduduk juga mengolah durian menjadi berbagai bentuk makanan olahan seperti lempok, dodol, gula durian, dan tempoyak.

Terdapat sekitar 100 hektar kebun durian di Sedahan Jaya. Kebun durian tersebut terletak di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP). Kebun durian merupakan salah satu kawasan bernilai konservasi tinggi karena menjadi kawasan tangkapan air, yang melindungi sumber air penduduk.

Dadang Wardhana, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, menuturkan pengelolaan taman nasional juga memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal. Masyarakat diperkenankan memanfaatkan durian yang merupakan produk hasil hutan bukan kayu dalam zona pemanfaatan.

Festival Durian Sedahan Jaya 2015 ini diselenggarakan untuk  menyambut Sail Selat Karimata 2016.

Durian, potensi melimpah yang ada di Sedahan Jaya. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,