,

Banjir yang Kembali Rendam Aceh di Awal 2016

Belum sebulan banjir merendam Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen, Rabu (27/1/2016), banjir kembali merendam dua kabupaten lain di Provinsi Aceh. Akibatnya, ribuan masyarakat di Kabupaten Aceh Besar dan Pidie harus mengungsi, karena rumah mereka terendam luapan air dari sejumlah sungai.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie, Ramli menyebutkan, banjir yang merendam Kabupaten Pidie, paling parah terjadi di Kecamatan Padang Tiji, Muara Satu, dan Kecamatan Batee. “Ratusan warga di daerah tersebut mengungsi karena rumah mereka terendam. Warga juga tidak sempat menyelamatkan harta benda.”

Ramli mengatakan, anggota BPBD Pidie dibantu tim dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), TNI dan polisi, terus mengevakuasi warga yang terjebak di rumah. “Kita berupaya menyelamatkan 162 kepala keluarga (KK) di Desa Baroh Beurabo, Kecamatan Padang Tiji yang tidak bisa keluar.”

Puluhan sekolah yang terendam banjir juga terpaksa diliburkan. Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie memilih meliburkan sekolah demi keselamatan siswa. “Kita tidak bisa memaksa kegiatan belajar dilakukan. Kita khawatir, ketinggian air naik tiba-tiba,” sebut Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Murthalamuddin.

Di Kabupaten Aceh Besar, banjir merendam Kecamatan Seulimum dan Lembah Seulawah. Sementara di Kecamatan Mesjid Raya, belasan perahu nelayan hanyut dan rusak dihantam arus sungai setelah hujan deras mengguyur kawasan gunung Seulawah Agam.

“Banjir terjadi karena meluapnya sungai yang berhulu ke Gunung Seulawah Agam dan Seulawah Inoeng. Warga tidak sempat menyelamatkan diri, ratusan rumah terendam,” sebut Camat Seulimuem Zulkifli.

Sementara itu, di Kecamatan Mesjid Raya, tujuh kapal nelayan yang berlabuh di pelabuhan rusak berat sedangkan enam kapal hilang terseret arus. “Kami tidak memperkirakan akan terjadi seperti ini, puluhan nelayan sudah tidak bisa mencari nafkah karena kapal mereka rusak dan hilang,” sebut Panglima Laot Lhok Krueng Raya, Zakaria.

Pimpinan lembaga adat laut tersebut mengatakan, banjir bandang itu terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. “Kerugian kami perkirakan mencapai ratusan juta, kalau perahu yang rusak bisa di perbaiki, tapi yang hilang, nelayan bingung mencarinya,” sebut Zakaria.

Banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh BEsar, Aceh terjadi karena meluapnya sungai yang berhulu ke Gunung seulawah Agam dan Seulawah Inoeng. Foto: Junaidi Hanafiah
Banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh BEsar, Aceh terjadi karena meluapnya sungai yang berhulu ke Gunung seulawah Agam dan Seulawah Inoeng. Foto: Junaidi Hanafiah

Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Zakaria sebelumnya mengatakan, meskipun Aceh sedang memasuki periode akhir musim hujan, namun hujan masih terus terjadi di sejumlah daerah.

“Pesisir timur Aceh, seperti Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe hingga ke Aceh Besar, masih berpotensi hujan. Bahkan, wilayah tengah dan barat Aceh, masih berpotensi hujan sedang hingga lebat,” ungkap Zakaria.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menyebutkan, bencana alam seperti banjir dan tanah longsor terus menerjang Aceh dalam setahun terakhir, akibat kesalahan perencanaan pembangunan. “Kami memperkirakan, berbagai bencana alam yang terjadi di Aceh selama ini salah satu penyebabnya adalah kesalahan perencanaan pembangunan,” terang Muhammad Nur, Direktur Walhi Aceh.

Muhammad Nur mengatakan, dalam satu tahun terakhir, bencana alam khususnya banjir dan tanah longsor terjadi hampir di seluruh Aceh. “Secara umum, struktur tanah di Aceh lembab, tingkat curah hujannya tinggi. Adanya akumulasi air dalam jumlah besar menyebabkan bencana ekologis diberbagai wilayah sering terjadi,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,