, , ,

BNPB-Caritas Kerjasama Strategi Masyarakat Hadapi Bencana, Seperti Apa?

Caritas Germany Indonesia dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama membangun ketahanan masyarakat menghadapi risiko bencana pada 11 kabupaten di empat provinsi. Kesebelas daerah itu, Kabupaten Karo, Boyolali, Magelang, Gunung Kidul, Sikka, Ende, Manggari Barat, Flores Timur, Timur Tengah Utara (TTU), Timur Tengah Selatan (TTS) dan Sumba Timur.

Cipto Priyo Leksono, Kepala Kantor Caritas Germany Indonesia kepada Mongabay mengatakan, membangun ketahanan masyarakat menghadapi bencana perlu kerja sama antara pemangku kepentingan,” katanya, Rabu (3/2/16) di Yogyakarta.

Kesebelas daerah ini dipilih karena rawan bencana dan memungkinkan terimbas. Contoh, TTU dan TTS rawan kekeringan.

Kekeringan, di sana, katanya, walaupun banyak LSM bikin program, solusi seolah tak maksimal. “Kami coba intervensi membangun ketangguhan atau ketahanan masyarakat, terutama ketahanan pangan. Di TTU kami membuat konservasi pertanian, menerapkan pola nenek moyang, pemanfaatan pupuk organik untuk menyuburkan dan menjaga kelembaban tanah.”

Tekniknya, membuat lubang kotoran sapi, dimana bahan organik yang ditutup dedaunan bisa membuat kelembapan tanah tetap terjaga. Dengan pola ini, musim kering lalu lahan bisa ditanami jagung.

Hal lain, konsep terasering dan tanaman penguat untuk mencegah longsor serta pemanfaatan daun untuk kebutuhan pangan ternak. “Di TTS, kami coba membangun kemandirian petani. Selain daerah kering, kami ingin intervensi membangun sumur dalam untuk air bersih.”

Kesulitan TTS, dekat garis pantai dan kesuburan tanah belum baik hingga mengembalikan siklus pertanian berkelanjutan, memulai dari air, ke pemanfaatan kebun sekitar rumah. “Kebun lahan masyarakat TTS bisa sekitar 1.000 meter.”

Di Boyolali, mereka melihat ancaman pertanian sudah merambah ke Pegunungan Merbabu dan Merapi. Daerah itu rawan longsor. Kepadatan penduduk dan lahan sempit menyebabkan warga masuk hutan lindung.

“Intervensi pembuatan enegri biru atau biogas diharapkan bisa mengurangi penggunaan kayu yang mengurangi ketahanan hutan,” kata Cipto.

Biogas, menjadi jawaban keterancaman krisis energi. “Ketika masyarakat tak menebang kayu hutan, gunung ditanami, mudah-mudahan tak longsor. Pelan-pelan agar masyarakat benar-benar menerapkan pertanian ramah lingkungan.”

Dampak perubahan lklim

Cipto menjelaskan, perubahan iklim mulai terasa. Contoh, di Jawa, petani gagal panen karena cuaca tak bisa diperdiksi. “Kami coba membangun kerjasama dengan BMKG memberikan informasi data cuaca kepada petani.”

Mereka akan menggabungkan teknologi dan pengalaman petani untuk mengantisipasi cuaca tak menentu dengan pendekatan kami berbasis komunitas.

Ani Isqiati, Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB mengatakan, penerapan program kerja sama di 11 kabupaten perlu pelibatan masyarakat. “Strategi menuju Indonesia tangguh, komunitas sebagai ujung tombak. Mereka yang memahami wilayah.”

Dia mengatakan, kokus kerja sama sejalan dengan target BNPB membuat desa tangguh bencana, pembuatan forum dan pembetukan relawan daerah.

Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, tren kenaikan bencana hidrometeorologi di Indonesia terus meningkat, seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan puting beliung menyumbang 90% bencana.
Pada 2002, katanya, bencana hidrometeorologi Indonesia kurang 200 kejadian, 2015 mencapai 1.665. Selain pendataan lebih baik, katanya, frekuensi meningkat, terutama puting beliung dan banjir. Rata-rata setahun 445 kali banjir.

Sawah kekeringan di belakang rumah Dinas Gubernur NTT di Kupang. Foto: Tommy Apriando
Sawah kekeringan di belakang rumah Dinas Gubernur NTT di Kupang. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,