,

Gerakan Bersih Sungai Karang Mumus yang Kian Menggejala di Samarinda

Kamis sore di penghujung Januari, ada yang berbeda di pangkalan pungut, sebelah Jembatan Kehewanan, Jalan Abu Muthalib Samarinda, Kalimantan Timur. Pos kegiatan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (SKM) ini kedatangan anggota Bubuhan Kopi Samarinda untuk melakukan kegiatan Fun Brewing.

Sigit, pengelola Why Not Coffee, menerangkan Fun Brewing adalah kegiatan rutin dari pegiat kopi di Kota Samarinda untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan tentang kopi di antara pengelola kedai kopi, peracik, dan pencinta kopi. Kegiatan ini biasanya dilakukan di kedai kopi yang dikelola oleh anggota Bubuhan Kopi Samarinda. “Seduh kopi di tepi Sungai Karang Mumus ini merupakan apresiasi dan dukungan kami terhadap Gerakan Memungut Sehelai Sampah SKM,” tuturnya.

Setelah menikmati seduhan kopi, Misman, sang inisiator Gerakan Memungut Sehelai Sampah SKM memberi penjelasan seputar kegiatan memungut sampah di Sungai Karang Mumus, anak Sungai Mahakam yang panjangnya sekitar 40 km ini. “Balikpapan punya pantai dan Samarinda punya sungai. Bedanya, pantai di Balikpapan diurus dan menjadi tempat wisata. Sementara, sungai di Samarinda justru disiksa dengan aneka sampah dan limbah. “Padahal, Sungai Karang Mumus merupakan aset yang bisa dikembangkan menjadi lokasi wisata.”

Misman menuturkan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan SKM ini. “Kita punya banyak ahli dan cerdik pandai yang punya jawaban. Tapi, yang paling utama harus kita lakukan adalah pungut sampah yang bertebaran di SKM.”

Melalui gerakan memungut sampah, Misman mengajak Warga Samarinda untuk tidak membuang sampah ke Sungai Karang Mumus. Foto: Misman

Banjir dukungan

Misman telah menginisiasi gerakan pungut sampah di Sungai Karang Mumus bertahun lalu. Namun, upaya gencar untuk mempublikasikannya di sosial media sekitar delapan bulan terakhir dilakukan yang nyatanya ampuh.

Kegiatan pungut sampah yang dinamai Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus, ini telah memiliki dua perahu yang merupakan sumbangan dari Saefuddin Zuhri, Anggota DPRD Prov. Kaltim dan Alumni SMEA Negeri 1 Samarinda angkatan 1979. “Sebenarnya ada tiga, satu perahu lagi pinjaman warga. Kita bisa memakai, jika tidak digunakan pemiliknya,” kata Misman.

Selain peralatan, dukungan lain yang terus mengalir adalah tenaga. Relawan pemungut sampah datang berganti. Mulai dari siswa sekolah, mahasiswa, pencinta alam, wartawan, guru dan berbagai komunitas yang ada di Samarinda.

Syafruddin Pernyata, Kepala Badan Diklat Provinsi Kaltim yang merupakan tetua dari Komunitas Jelajah menyebutkan, Sungai Karang Mumus sekarang ini sakit sehingga perlu perawatan. “Masa lalu saya adalah anak sungai, saya tahu persis Sungai Karang Mumus karena sering berenang. Sungai Karang Mumus jika bisa kita pulihkan akan menjadi destinasi wisata khas Kota Samarinda.”

Syafruddin menilai, Gerakan Memungut Sehelai Sampah SKM merupakan gerakan besar, karena dilakukan oleh masyarakat. Semakin banyak orang yang mendukung gerakan ini akan semakin cepat pula kebersihannya. “Saya salut kepada teman-teman dan akan terus mendukung. Hasilnya juga terbukti, di sekitar pangkalan pungut ini, sampah mulai tidak kelihatan, tepiannya sudah bersih dari tunggul kayu. Jika air pasang, anak-anak bisa berenang dan terjun dari tepian dengan aman,” ujarnya.

Misman tentu saja menyambut baik dukungan yang terus mengalir ini. Kegembiraannya semakin besar tatkala ada kelompok lain yang mulai memungut pada titik lain di aliran Sungai Karang Mumus. “Komunitas Wirausahawan Samarinda, telah memungut di sekitar jembatan Pasar Segiri.”

Menurut Misman, munculnya kelompok dan titik-titik pungut baru di sepanjang aliran Sungai Karang Mumus harus terus didorong. “SKM harus dijaga dan dirawat mulai dari hulu hingga hilir oleh kita semua.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,