Banjir dan longsor di berbagai daerah Indonesia diprediksi terjadi hingga penghujung Februari. Meskipun begitu, sebagian tak hujan karena masih ada pengaruh El-Nino hingga musim hujan mundur.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sampai akhir Februari banjir dan longsor berpotensi terjadi terutama di selatan ekuator.
Tren bencana di Indonesia dari 2002-2015 meningkat. Ia merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, puting beliung, cuaca ekstrim dan kekeringan.
Kondisi ini, katanya karena beberapa faktor seperti perubahan iklim menyebabkan perubahan pola curah hujan, degradasi lingkungan meningkat. Ditambah penduduk meningkat yang kalah bersaing dan tinggal di daerah-daerah rawan bencana.
“Bagaimana hutan rusak, daerah resapan air, sungai kritis, bertambah penduduk, pendidikan kurang peduli lingkungan dan kebencanaan, serta faktor ekonomi. Mereka mengokupasi daerah rawan longsor menjadi pemukiman, budidaya perkebunan dan terjadi banjir,” katanya di Jakarta, Rabu (10/2/16).
Dia mengatakan, antara 1 Januari-8 Februari 2016, longsor terjadi di 12 provinsi, dominan Sumatera dan Jawa, meliputi 63 kabupaten/kota, 29 orang meninggal, tiga luka berat dan empat luka sedang. Pengungsinya 395 jiwa, terdampak 180 jiwa, 104 rumah rusak berat, 67 sedang dan 216 rusak ringan.
Sedang banjir di 23 provinsi,103 kabupaten/kota menyebabkan 14 orang meninggal, tiga luka berat dan satu luka sedang. Warga mengungsi 102.218 jiwa dan terdampak 74.369. “Sebanyak 314 rumah rusak berat, 9 rusak sedang dan 272 rusak ringan.”
“Ini data sementara, belum semua daerah masuk. Contoh di Kampar, banjir menggenangi 12 kecamatan. Bisa didata lima kecamatan. Juga Pulau Bangka, di Bangka Tengah, masih belum semua terdata,” katanya.
Longsor, katanya, harus diantisipasi mengingat hampir 41 juta jiwa tinggal di daerah rawan longsor baik sedang maupun tinggi.
“Mereka betul-betul terpapar langsung. Sarana terbatas. Baik struktural maupun non struktural. Longsor selalu berulang. Bahkan di daerah sekitar Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Karanganyar, Banjarnegara, Purworejo seringkali longsor tidak terlalu besar, tetapi menimbulkan korban jiwa.”
Daerah mana saja?
Perkiraan hujan BMKG Februari hingga April, memperlihatkan curah hujan tinggi sampai akhir Februari. Ancaman longsor, banjir dan puting beliung di Jawa, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, NTT, NTB. Juga pantai barat Sumatera khusus Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua dan Papua Barat.
Sifat hujan di atas normal terjadi di Sumatera bagian barat, sebagian Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.
“Maret terjadi penurunan curah hujan tetapi di Riau mulai kemarau. Ini perlu antisipasi kebakaran hutan dan lahan fase pertama. Masuk April sudah transisi. Jadi paling banyak puting beliung,” katanya.
Ancaman banjir ada pada 315 kabupaten/kota dengan jumlah warga terpapar 63,7 juta jiwa. Kondisi diperparah tanggul-tanggul sungai kritis.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ada 23.652 KM tanggul kritis memerlukan penanganan, memerlukan biaya Rp21,6 triliun. Wilayah barat tanggul kritis 17.704,42 KM (perkotaan 3.342,47 KM, luar kota 12.595,21 KM) dengan usulan biaya Rp20,158 triliun. Di timur 6.947,42 KM (perkotaan 850,93 KM dan luar kota 6.096,53 KM) dengan usulan biaya Rp1,464 triliun.
“Biaya itu untuk memperbaiki tanggul saja. Di luar normalisasi sungai, pembangunan sodetan, early warning system, perkuatan tebing.”
Dia mengatakan, kawasan perlu perhatian khusus dari longsor karena topografi pegunungan dan perbukitan seperti Bukit Barisan dari Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Sumsel dan Lampung. Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, NTT, NTB, Maluku, Sulawesi dan Papua.
Data BNPB, kelompok rentan terpapar banjir 11 juta jiwa, longsor 7,7 juta, gelombang ekstrim dan abrasi 1,9 juta.
Untuk penanganan bencana ini, kata Sutopo, BNPB memberikan dana Rp150 miliar dari dana siap pakai kepada BPBD daerah rawan pada Desember dan Januari. “Ini untuk langkah-langkah antisipasi bagi daerah yang menerapkan siaga darurat bencana.
“Fokusnya upaya pencarian dan penyelamatan korban, ketika ada pengungsi harus dipenuhi kebutuhan dasar. Makanan, minuman, layanan kesehatan, sanitasi dan lain-lain. Hitung kerugian kerusakan. Kita rehabilitasi dan rekonstruksi.”
Khusus daerah banyak bencana, operasional penanganan darurat BNPB memberikan bantuan Rp3 miliar, dibagikan ke masing-masing daerah Rp250 juta yakni, Aceh Utara, Solok Selatan, Solok, 50 Kota, Kampar, Rokan Hulu, Medan, Binjai, Merangin, Bungo, Indramayu dan Bangka Belitung.
“Nyatanya daerah tak punya dana darurat bencana. Hirarki penanggungjawab bencana paling utama itu walikota,bupati masing.”
Babel darurat banjir
Hujan deras sejak 7 Februari 2016 di Pulau Bangka, menyebabkan banjir parah yang disebut-sebut terparah dalam 30 tahun terakhir. Gubernur Bangka Belitung, pun menetapkan darurat banjir pada sejak 8-21 Februari 2016.
Data sementara, banjir di Pangkalpinang per Rabu (10/2/16), menyebabkan satu orang meninggal dunia, terendam 3.112 rumah. Kini, banjir masih ada pada 13 titik yakni, Kampung Bintang, Gudang Padi, Kampung Opas, Sumber Rejo, Gedung Nasional, Linggarjati, Jalan Trem, Pintu Air, A. Yani Dalam. Lalu, Padang Baru, Desa Jeruk, Mesu Timur, Parit Lalang. Total pengungsi 2.316 orang di berbagai lokasi.
Sutopo mengatakan, personel terlibat dalam penanganan darurat bencana 2.046 orang dari TNI, Polri, BPBD, Tagana, PMI, Pramuka, Basarnas dan instansi lain.
“BPBD menerjunkan satu Jembatan Bailey 15 meter di jembatan Desa Kereta, menghubungkan Pangkalpinang ke Pelabuhan Sungai Selan, Bangka Barat,” katanya seraya mengatakan, bantuan logistik juga disalurkan seperti lauk pauk, susu, baju kaos, daster sampai obat-obatan dan lain-lain.
“Air mulai surut di beberapa lokasi, tetapi hujan lagi cukup deras, bisa menimbulkan banjir.”