Opini : Di Ambang Batas 2°C

 *Dr. Agus Supangat, Mantan Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas, Penelitian dan Pengembangan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).  Sekarang bekerja di UNDP untuk Project Third National Communication. Tulisan ini merupakan opini penulis.

 

195 negara membuat kesepakatan baru dalam Konferensi Perubahan Iklim di Paris pada 12 Desember 2015 untuk menjaga kenaikan temperatur global abad ini di bawah 2 oC dan mendorong upaya membatasi kenaikan suhu lebih jauh ke 1,5 oC di atas tingkat pra-industri. Batas kenaikan 1,5 oC merupakan batas kenaikan suhu global agar dunia relatif aman dari dampak terburuk bencana iklim.

***

Kesepakatan Paris oleh 195 delegasi negara merupakan pencapaian kesepakatan yang ambisius dan perjanjian yang mengikat semua negara. Kesepakatan ini menjadi era baru kerjasama global untuk menangani masalah paling kompleks yang dihadapi umat manusia.

Setiap negara di dunia telah berjanji mengurangi emisi, memperkuat ketahanan dan bergabung untuk mengambil tindakan mengatasi krisis iklim global. Kesepakatan ini pun menjadi catatan sejarah untuk aksi bersama mengurangi laju emisi gas rumah kaca yang cukup cepat demi membatasi kenaikan temperatur global bagi satu planet.

Mengapa Perlu Aksi Bersama di Seluruh Dunia ?

Menurut laporan badan internasional yang mengkaji aspek ilmiah terkait perubahan iklim, IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) pada 2014 dengan tingkat keyakinan sebesar 95% menegaskan bahwa aktivitas manusia merupakan penyebabnya.

  • Aktivitas manusia sangat mungkin mempunyai pengaruh dominan terhadap perubahan iklim selama 50 tahun terakhir ini dan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu global.
  • Kondisi gas rumah kaca berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 800.000 tahun lalu. Konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) sekarang lebih tinggi 40% dibanding era pra-industri dan peningkatan ini terutama disebabkan pembakaran bahan bakar fosil serta penggundulan hutan.
  • Bukti lebih lanjut tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan iklim juga dapat dideteksi pada kondisi atmosfer dan pemanasan samudera, perubahan curah hujan, pencairan gletser dan tutupan es di kutub utara, serta terjadinya beberapa iklim ekstrem di bumi.

Apa yang Akan Terjadi Bila Emisi Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Dunia Terus Berlanjut?

  • Tanpa upaya serius mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu global akan cenderung meningkat lebih dari 2oC pada abad berikutnya, bahkan bisa meningkat sampai 5o
  • Resiko terjadinya beberapa kejadian ekstrem, terutama gelombang panas dan hujan deras, diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa dekade mendatang.
  • Tinggi permukaan laut global diperkirakan akan meningkat hingga 0,26 – 0,81 meter pada akhir abad ini dan akan terus meningat pada abad-abad mendatang.
  • Menahan kenaikan suhu di bawah batas 2oC adalah mungkin tapi sulit dilakukan dan perlu berbagai perubahan, termasuk perubahan penggunaan teknologi, institusi dan perilaku.
  • Upaya mengurangi emisi perlu dilakukan di semua sektor (misalnya energi, transportasi, pertanian, hutan) dan seluruh wilayah. Pengurangan penggunaan energi bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti efisiensi energi yang memainkan peran besar terhadap penurunan emisi.
Pembangkitan listrik dari energi panas bumi
Pembangkitan listrik dari energi panas bumi
  • Banyak negara telah memiliki kebijakan mengurangi emisi, tapi jauh lebih perlu untuk menerapkan kebijakan tersebut. Investasi dalam teknologi bersih perlu skala kebijakan besar-besaran dan mitigasi perlu diintegrasikan ke dalam pertimbangan politik yang lebih luas, seperti pembangunan, lapangan kerja dan lingkungan.
  • Menangani perubahan iklim membutuhkan tindakan internasional, ini adalah masalah ‘besar’ dan membutuhkan kerjasama internasional untuk mengatasinya.

Berapa Besar Emisi Gas Rumah Kaca Saat Ini dan Apa Sumbernya ?

  • Emisi tahunan, sekitar 50 miliar ton karbon dioksida ekuivalen. Pembakaran bahan bakar fosil adalah sumber terbesar emisi (sekitar dua pertiga dari total keseluruhan emisi) dan sebagian besar untuk pembangunan dengan kontribusi signifikan dari industri dan pertanian.
  • Pertumbuhan penduduk juga dapat berdampak pada emisi, tetapi pengendali terbesar peningkatan emisi adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan global. Sebagaian besar penduduk dunia, khususnya Asia, telah keluar dari kemiskinan. Ini akan diikuti meningkatnya konsumsi energi dan penggunaan bahan bakar fosil.
  • Di masa depan jika semua tidak bergerak cepat untuk beralih ke teknologi rendah karbon, emisi global diproyeksikan akan terus meningkat. Peningkatan ini terutama didorong meningkatnya kemakmuran di negara berkembang.

Seberapa Cepat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Harus Dilakukan?

Menurut IPCC, ada berbagai kemungkinan di masa depan yang berbeda (scenario emisi) mulai dari emisi tumbuh secara pesat sepanjang abad, sampai pada kondisi dimana dekabornisasi (decarbonisation) menyebabkan penurunan sangat cepat nilai emisi gas rumah kaca. Ini menunjukkan adanya sejumlah skenario emisi yang berbeda untuk menghindari lebihnya target kenaikan 2oC.

Semua skenario ini mencapai emisi puncaknya secara global paling lambat tahun 2030 dan kemudian menurun dengan cepat:

  • Pada tahun 2050 emisi global perlu menjadi sekitar setengah kondisi emisi sekarang ini.
  • “Emisi negatif” yaitu menghapus CO2 dari atmosfer melalui berbagai rekayasa mungkin diperlukan dalam dua setengah abad dengan tetap di bawah target kenaikan 2o
  • Saat ini, dunia berupaya mengurangi emisi secara konsisten dengan menghindari peningkatan suhu melebihi 3oC, tapi masih banyak yang harus dilakukan jika ingin tetap di bawah target 2o

 Apakah Mungkin Mengurangi Emisi ke Tingkat yang Dibutuhkan?

  • Pengurangan emisi gas rumah kaca untuk membatasi pemanasan sampai 2oC dibanding sebelum era industri mungkin terjadi namun akan memerlukan perubahan yang menantang.
  • Beberapa tahun terakhir, banyak teknologi energi terbarukan yang dapat diperoleh dengan biaya lebih murah dan meningkatkan kinerja. Makin beragamnya teknologi energi terbarukan seperti saat ini sangat mungkin untuk diimplementasikan pada berbagai skala.
Perpaduan energi dari matahari dan angin untuk keperluan listrik warung kuliner dan lampu jalan di Bantul. Foto: Tommy Apriando
Perpaduan energi dari matahari dan angin untuk keperluan listrik warung kuliner dan lampu jalan di Bantul. Foto: Tommy Apriando
  • Permintaan mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca dapat dicapai melalui efisiensi energi dan perubahan perilaku manusia yang memainkan peran kunci dalam mewujudkan pengurangan emisi hingga pada tingkat yang diperlukan. Permintaan pengurangan emisi tentunya akan mengurangi kebutuhan pembangkit listrik baru dan infrastruktur lainnya yang terkait.
  • Dekarbornisasi listrik melalui energi terbarukan, penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Captute and Storage) dan nuklir, perlu segera dilakukan dengan mayoritas listrik yang disediakan oleh sumber berbasis karbon rendah pada pertengahan abad ini.
  • Ada kesepakatan besar bahwa tenaga nuklir dapat memainkan peran besar dalam mengurangi jumlah emisi. Insulasi bangunan dan penerapan teknologi baru dalam konstruksi dapat berperan besar dalam mengurangi emisi bangunan. Berbagai pendekatan dapat mengurangi emisi industri. IPCC makin optimis terhadap kemampuan sektor transportasi untuk berperan dalam mitigasi.
  • Tindakan ambisius mengurangi jumlah emisi memiliki berbagai manfaat tambahan. Tindakan ini dapat meningkatkan kualitas udara dan ketahanan energi serta kesehatan manusia, ekosistem, ketersediaan sumber daya dan ketahanan sistem energi.

Bagaimana Dunia Dapat Menyikapi Perubahan Iklim?

Ada banyak pilihan tersedia untuk mengurangi resiko dampak berbahaya dari bencana iklim di masa depan dan mempersiapkan perubahan yang tak dapat dihindari. Pilihan tersebut antara lain adalah melakukan pengurangan substansial emisi gas rumah kaca dalam beberapa dekade mendatang.

Emisi rumah kaca global pada tahun 2050 perlu ditekan 40% – 70% lebih rendah dari tahun 2010 dan tingkat emisi mendekati nol atau di bawahnya pada tahun 2100. Artinya, perlu emisi total CO2 untuk tetap kurang dari 2.900 GtCO2. Sejauh ini, aktifitas manusia telah memancarkan emisi 1900 GtCO2 atau sekitar dua pertiga dari batas.

Selain itu, kita perlu mengurangi emisi misalnya dengan menggunakan energi yang lebih efisien dan beralih ke sumber energi rendah karbon seperti energi terbarukan, energi nuklir, dan energi fosil dengan penangkapan dan penyimpanan CO2 pilihan. Langkah-langkah ini dibutuhkan untuk mengurangi emisi dan jumlah energi, termasuk meminimalisasi karbonisasi dengan menggunakan energi yang lebih efisien.

Bagaimana Biayanya?

195 negara anggota UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) telah memutuskan bekerjasama untuk menentukan peta jalan dalam pembiayaan iklim USD 100 miliar pada tahun 2020. Sebelum 2025, tujuan baru pada penyediaan pembiayaan USD 100 miliar juga ditetapkan.

Kesepakatan ini dilakukan melalui kerjasama internasional tentang teknologi iklim yang aman dan pengembangan kapasitas di negara berkembang untuk mengatasi krisis iklim di bawah perjanjian baru yang akan dibawa ke dalam Sidang Umum PBB di New York untuk ditandatangani pada 22 April 2016, bertepatan dengan Hari Bumi. Kesepakatan baru berlaku setelah 55 negara yang bertanggung jawab atas sedikitnya 55% dari emisi global telah meratifikasinya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,