, ,

Pentingnya Menjaga Konservasi di Bentang Alam Anambas-Natuna

Pengelolaan bentang laut Anambas-Natuna yang dilakukan secara konsisten sejak 2012, terbukti telah meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi tersebut menjadi lebih baik lagi. Setelah hampir 3 tahun dilakukan pengelolaan, publik akhirnya bisa mendapatkan data terkini yang akurat dari kawasan tersebut.

Marine Program Director Conservation International (CI) Indonesia Victor menjelaskan, program pengelolaan yang bernama Anambas-Natuna Seascapes tersebut, menjadi bagian dari pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.

Sebelum dilakukan pengelolaan secara kontinu, kondisi di Anambas dan Natuna cukup memprihatinkan. Padahal, dengan segala potensi yang ada, seharusnya itu tidak terjadi. Karena itu, Victor mengatakan, pihaknya memutuskan terjun langsung untuk melakukan pengelolaan.

“Dalam mengelola, kita melibatkan juga masyarakat lokal yang lebih paham kondisi di sekitarnya,” ucap dia kepada Mongabay, kemarin.

Victor menjelaskan, pengelolaan yang dilakukan di kawasan Anambas-Natuna diilakukan untuk keperluan pemenuhan data ilmiah, memperkuat kelembagaan lokal, dan juga meningkatkan pengetahuan pengelola kawasan dan masyarakat untuk perubahan perilaku yang mendukung keberlanjutan.

“Kita mengelola bentang laut Anambas-Natuna, karena kita ingin memastikan ekosistem terjaga dengan baik dan sekaligus memberikan manfaat lebih luas lagi untuk semua,” sebut dia.

Untuk keperluan tersebut, CI menggandeng mitra lokal maupun nasional, memberikan pelatihan kepada 400 anggota masyarakat di lebih dari 50 desa di Anambas. Selain itu, untuk keperluan pengelolaan, CI juga telah melatih 64 staf pemerintah, dan semua itu bertujuan untuk memberi pemahaman tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan darat di sana.

Sebagai langkah awal CI bersama dengan mitra dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Coral Triangle Support Partnership (CTSP) telah berhasil mendeklarasikan Kawasan Perairan Laut Anambas seluas 1,2 juta ha sebagai Kawasan Wisata Laut Kepulauan Anambas

Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan

Sebagai kawasan perairan yang memiliki potensi sangat besar, Anambas-Natuna akan selalu diburu oleh para pelaku di industri perikanan. Untuk itu, diperlukan penjagaan oleh semua pihak agar keberadaan kawasan tersebut selalu terjaga baik.

Communication Coordinator CI Linda Chalid menjelaskan, untuk menjaga ekosistem tetap baik, diperlukan keterlibatan pemerintah dan masyarakat lokal. Hal itu, karena harus ada tujuan perubahan paradigma dalam perilaku pemanfaatan sumber daya perikanan.

Linda mencontohkan, pada 2012 silam, ada kesepakatan yang dikawal oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Anambas dan masyarakat mengenai ukuran minimum benih ikan napoleon yang boleh ditangkap dari alam adalah 1,3 cm.

Kesepakatan tersebut memberi dua manfaat bagi pelestarian ikan napoleon yang hidup di alam, yaitu menekan tingkat kematian benih ikan napoleon dari sebelumnya sebesar 90% menjadi 10%,  dan mengurangi jumlah benih ikan napoleon yang ditangkap dari sebelumnya sekitar 200.000 ekor setiap satu kali tangkap, menjadi 100 ekor setiap satu kali tangkap.

Ikan anemon atau clownfish di perairan Anambas. Foto : Conservation International
Ikan anemon atau clownfish di perairan Anambas. Foto : Conservation International

“Budidaya ikan napoleon dengan sistem pembesaran di keramba telah menjadi mata pencaharian masyarakat Anambas sejak lama, dan kini masyarakat telah memahami pentingnya menjaga kelestariannya di alam,” tutur dia.

Pencarian Data Anambas-Natuna

Berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi perairan tersebut, CI pada 2012 melakukan kajian cepat kelautan atau Marine Rapid Assessment Program (MRAP) bersama KKP dan Satuan Kerja Taman Wisata Perairan Anambas (Satker TWP Anambas). Dari kajian tersebut, ditemukan ada 578 spesies ikan karang dan 339 spesies terumbu karang.

Kemudian, pada 2015 di Natuna dilakukan kajian serupa dengan menyelami 14 titik di 11 pulau. Hasilnya, ditemukan 123 spesies ikan karang dan, yang 23 diantaranya adalah ikan yang menjadi indikator kesehatan karang di kawasan tersebut.

Kepala Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Ali Suman mengungkapkan, dengan dilakukan kegiatan survei dan pemetaan awal, maka implementasi pengelolaan kawasan tersebut bisa lebih baik lagi.

“Saya harap survei ini bisa menjadi dasar bagi Pemerintah Nasional untuk membangun kebijakan konservasi dan pengelolaan terumbu karang dan ikan karang, khususnya di Anambas dan Natuna,” sebut dia.

Pulau Strategis

Pulau Anambas yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan pulau kecil terdepan dari teritorial Indonesia letaknya sangat strategis. Kepulauan ini berada di antara Semenanjung Malaysia, Kepulauan Bintan dan Kepulauan Riau. Sedangkan di bagian barat pulau ini terdapat negara Vietnam serta di utaranya terdapat negara Kamboja, Kalimantan (Indonesia dan Malaysia) dan Singapura.

Pulau Anambas dan Natuna sangat kaya dengan sumber daya alam, khususnya dengan sumber minyak dan gas. Ladang Gas Natuna di sebelah utara dan selatan pulau itu, mempunyai cadangan 222 triliun kubik gas, dan merupakan salah satu cadangan gas terbesar di dunia. Pulau Matak di Anambas, sekarang ini menjadi pangkalan eksplorasi minyak.

Disebabkan letaknya yang strategis, kedua pulau ini menjadi perlintasan penting kapal-kapal perdagangan yang melintas di kawasan selatan Asia termasuk: Jepang, Eropa, Amerika, Vietnam, Kamboja , Cina dan kapal-kapal asing lainnya yang melintasi perairan internasional menuju Selat Malaka.

Kepulauan ini juga mempunyai kekayaan laut dan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi dan belum banyak diketahui keberadaannya. Di Pulau Natuna misalnya dijumpai beberapa spesies darat yang endemik seperti kekah natuna (Presbytis natunae), kukang (Nycticebus coucang natunae), dan kera ekor-panjang (Macaca fascicularis pumila). Tiga primata tersebut hanya dijumpai di Pulau Natuna.

.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,