Pekerja Kapal asal Indonesia Jadi Korban Human Trafficking Internasional?

Pekerja kapal asal Indonesia diduga kuat menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking yang dilakukan pengusaha-pengusaha asing yang mengoperasikan kapal penangkap ikan secara ilegal. Dugaan itu, bahkan menyebut bahwa pekerja Indonesia mendominasi kapal-kapal pelaku illegal fishing di seluruh dunia.

Dugaan tersebut diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat menggelar keterangan pers di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Kamis (26/2/2016). Menurut dia, meski belum ada data pasti berapa jumlahnya, namun keterlibatan pekerja Indonesia diduga kuat memang terjadi.

“Dari kasus kapal illegal fishing  yang ditangkap di seluruh dunia, selalu ada pekerja asal Indonesia. Biasanya, adalah ABK (anak buah kapal). Para pekerja tersebut, diduga kuat masuk ke kapal sebagai korban human trafficking,” ungkap Susi.

Kuatnya dugaan menteri asal Pangandaran itu, karena memang di Indonesia juga kapal-kapal illegal fishing rerata memperkerjakan pekerja asal Indonesia. Termasuk, dalam kapal MV Viking yang baru saja ditangkap di perairan utara Tanjung Berakit, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Di dalam kapal berbendera Nigeria itu, ditemukan pekerja kapal sebanyak 11 orang, dan 6 orang diantaranya adalah warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai ABK. Selebihnya, adalah 1 WN Chile, 1 WN Argentina, 1 WN Myanmar, dan 2 WN Peru.

Akan tetapi, walau ada dugaan terjadi human trafficking, Susi tidak berani mengungkap lebih jauh, karena itu berkaitan dengan data dan fakta. Sementara, hingga saat ini informasi yang dikumpulkannya masih belum dinyatakan lengkap.

Panglima Armada Barat TNI AL Laksamana Muda Taufiq, dalam kesempatan yang sama di Hotel Century Atlet Park, membenarkan ada dugaan keterlibatan banyak pekerja asal Indonesia dalam kapal-kapal perikanan illegal fishing di seluruh dunia.

Tetapi, sama dengan Susi, Taufiq juga tidak berani membeberkan lebih jauh tentang hal tersebut. Alasannya, karena informasi tersebut sepenuhnya diketahui oleh Susi Pudjiastuti. Sementara dirinya, hanya fokus pada pemantauan kapal-kapal yang masuk ke wilayah perairan di Indonesia saja.

Dari informasi yang dikumpulkan, baik Taufiq maupun Susi mengatakan bahwa pemilik kapal tersebut saat ini tinggal dan menetap di Singapura. Namun, saat ditelepon ke telepon pribadinya, nomornya tidak aktif. Untuk itu, TNI AL akan mendatangi Singapura dan bekerja sama dengan Angkatan Laut negara tersebut.

Buronan Norwegia

Tertangkapnya kapal MV Viking, ternyata tidak hanya menjadi kebanggaan Indonesia. Namun juga, bagi Norwegia, negara di Eropa sana yang sudah sejak 2013 mengincar kapal tersebut. Saat ditangkap, kapal penangkap ikan itu sedang berlayar di perairan Indonesia.

Pangarmabar Taufiq mengungkapkan, kapal tersebut sudah sejak lama diincar Norwegia dan masuk purple notice Interpol Norwegia karena sebelumnya tercatat sudah 13 kali ganti nama, 12 kali ganti bendera, dan 8 kali ganti call sign.

Untuk bisa menangkap kapal yang diperkirakan memiliki panjang 45 meter dengan bobot sekitar 3.000 gros ton (GT) itu, Armabar bersama KRI Sultan Thaha Saifudin-376 melakukan pengintaian setelah mendeteksi kapal tersebut di 12,5 mil laut di Perairan Utara Berakit.

“Modus penangkapan kapal tersebut karena diduga melanggar hukum nasional dan peraturan serta konvensi internasional dan terlibat dalam penipuan yang berhubungan dengan kejahatan perikanan,” ucap Taufiq.

“Penangkapan kapal Viking tersebut juga dilakukan karena sebelumnya bekerja sama dengan ILO IFC,” tambah dia.

Disebutkan Taufiq, untuk ABK Indonesia yang ikut tertangkap, saat ini sudah berhasil dibawa ke tempat yang aman. Selanjutnya mereka akan mengiktuti proses pemeriksaan untuk mendapatkan informasi detil tentang aktivitas kapal.

Sementara itu Susi Pudjiastuti menjelaskan, kapal tersebut saat ditangkap sedang dinakhodai oleh Huan Venessa yang berkewarganeraan Chile. Aktvitas kapal tersebut, kata dia, adalah menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring pasif dan biasa beroperasi di area tangkap Atlantik Selatan.

Ditenggelamkan

Karena sering berganti identitas bendera, Susi Pudjiastuti menuturkan, pihaknya berencana akan menenggelamkan kapal tersebut pada Maret mendatang. Rencana tersebut dilakukan, karena kapal tersebut sudah tidak memiliki identitas lagi dan negara yang wilayah perairannya dimasuki kapal tersebut memiliki wewenang langsung untuk menenggelamkannya.

“Sebuah kapal kalau berganti-ganti bendera itu stateless ship. Kita berhak untuk menenggelamkannya langsung. Biar dunia juga tahu bahwa Indonesia tidak main-main dalam menegakkan kedaulatan di laut,” jelas dia.

“Untuk penenggelaman, kita masih mencari waktu dan tanggal yang pas. Yang pasti tidak bulan ini ya, kemungkinan bulan depan,” tambah dia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,