, , ,

Perempuan Berperan Penting dalam Atasi Perubahan Iklim

Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menginisiasi gerakan “Perempuan Sahabat Pengendali Perubahan Iklim” guna mendorong peran serta perempuan Indonesia dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Misi Kowani ada bidang lingkungan hidup. Pelestarian bumi dan pengendalian kerusakan, sadar perubahan iklim dan berkomitmen menanaman budaya tanam, pelihara pohon,” kata Giwo Rubianto Wigoyo, Ketua Umum Kowani di Jakarta, Senin (7/3/16).

Dia mencontohkan, tanam mangrove di Pantai Indah Kapuk. “Kita peduli pengendalian perubahan iklim. Kerjasama kami dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terjalin lama sejak 2000an,” katanya.

Menurut dia, peran perempuan dalam perubahan iklim bisa mulai lewat hal-hal sederhana, seperti mengganti lampu pijar dengan LED, matikan listrik tak terpakai. “Hemat dan efisien. Substitusi menggunakan energi terbarukan. Tidak tergantung energi fosil. Juga reboisasi dan reforestasi.”

Selama ini, katanya, peran perempuan mitigasi perubahan iklim masih rendah dan perlu ditingkatkan dengan sinergi antara kelompok perempuan dengan berbagai stakeholder. “Juga perlu disusun roadmap penanganan perubahan iklim melibatkan perempuan.”

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Nur Masripatin mengatakan, peran perempuan sangat relevan. Aksi mitigasi dan adaptasi ambisius mendesak dilakukan semua pihak, termasuk perempuan.

Peran perempuan dalam penanganan perubahan iklim tercantum dalam Paris Agreement. “Landasan hukum internasional di bawah konvensi perubahan iklim sangat kuat. Pertemuan di Bonn Mei sudah ada bahasan khusus gender. Kami sangat mengharapkan perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan yang mengawal agenda itu.”

Dalan pertemuan di Bonn, katanya, pemerintah Indonesia akan berusaha memperkuat posisi perempuan dalam pengendalian perubahan iklim. Dia berharap, langkah Kowani bisa menjadi gerakan masif yang bisa bersinergi dengan berbagai pihak.

Sarwono Kusumaatmadja, Ketua Dewan Pengarah Perubahan Iklim mengatakan, perlu ada gerakan mengubah gaya hidup produksi dan konsumsi menuju ekonomi rendah karbon hingga tak menimbulkan pencemaran.

“Kita menghormati perspektif gender. Kaum perempuan berperan penting. Perempuan dan anak merupakan kelompok rentan perubahan iklim,” katanya.

Dia berharap, Kowani bisa bekerjasama dengan banyak pihak dalam isu perubahan iklim, tak hanya KLHK juga kementerian lain.

Betapa pentingnya menjaga mangrove. Deforestasi mangrove Indonesia terhitung 6% dari total kehilangan hutan tahunan, meskipun hanya menutupi kurang 2% wilayah hutan negara. Jumlah ini setara 0,05 juta hektar dari 0,84 Mha deforestasi tahunan Indonesia. Foto: Sapariah Saturi
Betapa pentingnya menjaga mangrove. Deforestasi mangrove Indonesia terhitung 6% dari total kehilangan hutan tahunan, meskipun hanya menutupi kurang 2% wilayah hutan negara. Jumlah ini setara 0,05 juta hektar dari 0,84 Mha deforestasi tahunan Indonesia. Foto: Sapariah Saturi

Tanam mangrove

Pada Minggu (6/2/16), Kowani bersama KLHK melakukan penanaman mangrove di Taman Wisata Mangrove Kapuk. Puluhan perempuan perwakilan berbagai organisasi ini ke tepian laut, ada yang menggunakan sampan, ada yang masuk ke air demi menanam mangrove.

Bersama Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Tachrir Fathoni, Kepala BKSDA Jakarta, Awen Supranata, Giwo menceburkan diri ke laut menanam mangrove.

Tachrir menyambut baik inisiatif Kowani menanam mangrove sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dan mengatasi perubahan iklim. “Paling penting masyarakat peduli. Kalau kalau tak ada pohon tak ada air, tak ada pohon tak ada yang serab karbon.”

Data Center for International Forestry Research (Cifor) menyebutkan, sekitar 3 juta hektar hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer pesisir Indonesia, mewakili 23% ekosistem mangrove dunia. Hutan mangrove banyak wilayah Indonesia, dan ekosistem mangrove regional penting ada di Papua, Kalimantan dan Sumatera.

Mangrove Indonesia, sebut Cifor, salah satu hutan kaya karbon dunia. Hutan mangrove dengan kandungan karbon terpadat di wilayah tropis menyimpan lebih tiga kali rata-rata karbon per hektar hutan tropis daratan . Hutan mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektar dibandingkan hutan tropis dataran tinggi.

Mangrove Indonesia, menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon mencakup sepertiga stok karbon pesisir global.

Dalam tiga dekade terakhir, Indonesia kehilangan 40% mangrove alias kerusakan mangrove terbesar di dunia.

Deforestasi mangrove Indonesia terhitung 6% dari total kehilangan hutan tahunan, meskipun hanya menutupi kurang 2% wilayah hutan negara. Jumlah ini setara 0,05 juta hektar dari 0,84 Mha deforestasi tahunan Indonesia.

Kowani bersama KLHK dalam aksi tanam mangrove di Taman Wisata Mangrove Kapuk. Foto: Sapariah Saturi
Kowani bersama KLHK dalam aksi tanam mangrove di Taman Wisata Mangrove Kapuk. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,