Merayakan Nyepi dengan Nyepi dari Gawai. Bisakah?

Sejumlah inisiatif dilakukan warga di Bali menyambut Tahun Baru Saka yang dirayakan melalui Hari Raya Nyepi. Menyepi, merasakan hening, bukanlah perkara mudah.

Dipastikan di tempat publik tak ada aktivitas, selain patroli pecalang, satuan keamanan desa adat yang menjadi pemantau ritual ini. Juga kondisi darurat seperti orang sakit parah yang perlu ke rumah sakit. Warga harus melapor ke pecalang setempat dan diantar ke layanan kesehatan.

Seperti Nyepi sebelumnya, majelis keagamaan sudah menyerukan bahwa pada 9 Maret 2016 adalah perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938 di Bali. Dalam hal dengan perayaan ini, ada imbauan menyatakan dilarang keras untuk melakukan kegiatan seperti tidak boleh ada cahaya yang menyala, tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan, tidak boleh ada wisata dan hiburan termasuk di hotel.

Perayaan Nyepi ini dimulai dari pukul 06.00 pagi pada 9 Maret hingga 06.00 pagi pada 10 Maret 2016. Semua fasilitas publik kecuali gawat darurat harus menghentikan operasinya termasuk bandar udara, pelabuhan laut, dan media penyiaran.

Umat Hindu mungkin melakukan empat pantangan atau Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak keluar rumah) dan amati lelanguan (tidak membuat hiburan), ditambah puasa.

Namun, Nyepi bisa dinikmati siapa saja yang ingin berkontribusi pada bumi. Untuk menikmati keheningan di rumah, ada sejumlah ajakan.

Digital Detox

Ada yang menarik dari perayaan Nyepi hari ini, yaitu gerakan Digital Detox. Gerakan yang diinisiasi Kopernik, lembaga pengampanye teknologi tepat guna ini kembali mengajak warga untuk ikut Digital Detox seperti tahun lalu. Caranya dengan tidak menggunakan gawai (gadget) atau perangkat elektronik selama Nyepi.

Warga bisa jadi penantang atau donatur. Hingga Selasa (08/03/2016) sudah terdaftar sekitar 100 penantang Digital Detox lewat KitaBisa.com yang mendaftarkan misinya masing-masing dalam menikmati hening.  Sebanyak 70 penantang sudah mengumpulkan donasi lebih dari Rp18 juta.

Penantang harus mengajak orang lain berdonasi yang hasilnya didedikasikan bagi penyediaan perlengkapan persalinan bagi ibu melahirkan di Syria, negara yang sedang dalam gejolak perang.

Misalnya band Navicula ikut menjadi penantang dan mengumpulkan lebih dari Rp200 ribu rupiah per 8 Maret.

“Bantu dan dukung kami mengumpulkan donasi untuk pengungsi bisa melahirkan layak dan bersih dengan #DigitalDetox,” kicau @NaviculaMusic lewat twitter.

Gelang donasi “Disconnect2Connect” pada kampanye “Digital Detox” dalam perayaan Nyepi di Bali. Foto : Luh De Suriyani
Gelang donasi “Disconnect2Connect” pada kampanye “Digital Detox” dalam perayaan Nyepi di Bali. Foto : Luh De Suriyani

Sementara penantang yang saat ini paling banyak mengumpulkan donasi adalah Ina Saptiono, staf Kopernik. Ia hampir mencapai Rp5 juta sesuai target dan masih ada sisa dua hari tantangan.

“Saya akan Digital Detox dengan cara melukis dan saya berikan pada donatur saya,” urai perempuan muda ini. Ia mengajak pengunjung Kopernik mendaftarkan diri jadi penantang lain. Selain itu donasi juga dikumpulkan melalui penjualan gelang dengan tulisan di liontinnya “Disconnect2Connect” dengan nilai donasi Rp80 ribu per unit.

Kenapa diperuntukkan bagi perempuan melahirkan di Syria? “Di sana banyak perempuan yang perlu bantuan untuk persalinan dengan aman karena daerah perang,” kata Ina. Menurutnya walau lokasinya jauh dari Indonesia tapi jangan membuat kita membiarkan persoalan yang dihadapi perempuan hamil di sana.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,