,

Kemarau Datang, Hutan dan Lahan di Aceh Mulai Terbakar

Puluhan hektar hutan pinus di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh terbakar, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah, kesulitan memadamkan api karena lokasinya yang  berbukit dan tidak bisa dilalui kenderaan.

Muhaimin, warga Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu (12/3/2016) menyebutkan, api yang membakar hutan pinus di Kecamatan Bintang itu berada di pinggir Danau Lut Tawar. “Api cukup cepat menjalar karena rumput dan semak mulai mengering.”

Selain di Kecamatan Bintang, belasan hektar hutan pinus di Kecamatan Lut Tawar, juga terbakar. Warga setempat yang dibantu personil BPBD, berusaha menjaga api agar tidak menjalar ke permukiman penduduk. “Saat ini musim kemarau, kami tidak tahu apakah kebakaran ini disengaja atau tidak,” sambung Muhaimin.

Kepala (BPBD) Aceh Tengah, Jauhari mengatakan, api yang membakar hutan pinus di Kecamatan Bintang, telah terjadi sejak 10 Maret 2016. Armada pemadam telah diturunkan ke lokasi, tapi petugas tidak bisa bekerja maksimal karena lokasi kebakaran di perbukitan. “Selang tidak mungkin ditarik karena jarak tempat yang bisa dimasuki dengan titik api lebih dari 500 meter.”

Sebelumnya, kebakaran di perkebunan kelapa sawit juga terjadi di Kecamatan Bakongan dan Kota Bahagia, Kabupaten Aceh Selatan pada 1 Maret 2016, yang diperkirakan memusnahkan lebih 60 hektare lahan masyarakat.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Selatan, T Masrul menyebutkan, polisi kehutanan bersama BPBD, polisi dan TNI langsung ke lokasi untuk memadamkan api. “Api sulit dipadamkan karena berada di lahan gambut juga cuaca sangat panas dan banyak kayu kering.”

Sedangkan akhir Februari 2016, kebakaran lahan juga terjadi di Kabupaten Aceh Singkil dan Aceh Selatan. Di Aceh Singkil, kebakaran terjadi di perkebunan kelapa sawit yang ditanam di dalam rawa gambut.

“Kami kesulitan memadamkan api karena yang terbakar hutan gambut yang telah ditanami sawit. Memadamkan api di rawa gambut bukan perkara mudah, karena setelah api dipadamkan, beberapa jam kemudian, api kembali muncul dan dengan cepat menjalar. Butuh beberapa hari petugas BPBD, polisi dan TNI untuk memadamkan,” ujar Kepala BPBD Aceh Singkil, Sulaiman.

Sulaiman mengatakan, untuk memadamkan api, petugas hanya menggunakan cara manual dengan mesin penyedot air, armada pemadam kebakaran tidak bisa mencapai lokasi karena api di dalam rawa gambut. “Kita telah berulang kali mengingatkan masayarakat dan semua pihak agar tidak membakar lahan perkebunan karena saat ini sedang musim kemarau.”

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, sedikitnya ada 14 titik panas di Aceh pada Jumat, 11 Maret 2016. Dari jumlah tersebut, lima diantaranya berwarna merah yang merupakan titik api, sementara enamnya berupa titik panas.

Prakirawan BMKG Blang Bintang, Aceh, Anang Heriyanto mengatakan, titik panas ini tersebar di wilayah tengah, barat, dan selatan Aceh. Dari jumlah tersebut, yang paling banyak terlihat di wilayah tengah.

Menurut Anang, jika dilihat dari satelit, ada perbedaan antara titik panas dengan titik api. Titik api berwarna merah dan terjadi karena kebakaran lahan atau hutan, sementara titik panas, bisa muncul karena suhu di daerah tersebut sangat tinggi. “Namun, titik panas juga berpotensi menimbulkan titik api.”

Anang mengingatkan, saat ini Aceh sedang memasuki kemarau. “Masyarakat atau siapapun jangan membakar lahan, karena api akan cepat menjalar,” paparnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,