,

Jelang Hari Raya Paskah, BKSDA Sulut dan Aktivis Antisipasi Perdagangan Satwa Dilindungi. Ada Apakah?

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara akan menggencarkan pengawasan peredaran satwa liar dilindungi di sejumlah wilayah. Sebab, mereka meyakini, perdagangan satwa liar dilindungi bisa saja terjadi menjelang hari Paskah yang jatuh pada hari Minggu (27/3/16).
Sudiyono, Kepala BKSDA Sulut mengatakan, berdasarkan pengalaman menjelang hari raya Paskah, perdagangan satwa liar dilindungi mulai meningkat. Meski tidak menyebut angka pasti, perdagangan satwa dilindungi tersebut diketahui dari informasi yang diterima pihak BKSDA dari tim di lapangan.

“Tapi, kasus itu fluktuatif. Untuk saat ini, kemungkinan ada, namun berdasarkan informasi yang kami terima, kemungkinan angkanya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya,” demikian dikatakan Sudiyono, Rabu (23/03/16).

Ia meyakini, untuk tahun ini, kecil kemungkinan terjadi perdanganan satwa liar dilindungi di pasar-pasar tradisional. Sudiyono memperkirakan, perdagangan itu justru berpotensi terjadi diluar pasar dengan cara sembunyi-sembunyi.

“Modus perdagangan satwa liar dilindungi itu berubah-ubah. Tapi kami akan terus melakukan penelusuran informasi dan terus memantau perkembangannya,” tambah dia.

Penilaian tersebut, kemudian, disikapi BKSDA Sulut dengan melakukan pengawasan disejumlah kawasan konservasi serta jalur-jalur perdagangan antar provinsi. Pengawasan itu sendiri, dikatakan Sudiyono, dilakukan secara tertutup maupun terbuka.

Dia menduga, penyelundupan satwa dilindungi akan didatangkan dari provinsi Sulawesi Tengah ataupun Gorontalo. “Untuk jalur perdagangan, kita akan antisipasi di jalur masuk kota Manado, karena berdasarkan pengalaman, perdagangan satwa liar dilindungi didatangkan dari wilayah Sulawesi Tengah dan Gorontoalo,” jelas Sudiyono.

Aktivis Kampanye di Pasar Tomohon

Sementara itu, upaya untuk menekan perdagangan satwa liar dilindungi menjelang hari raya Paskah juga dilakukan sejumlah organisasi pecinta satwa, di antaranya, Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Yayasan Selamatkan Yaki dan LPM f/21. Selain sebagai antisipasi menjelang hari raya Paskah, kegiatan itu juga merupakan bagian dari peringatan Hari Macaca Internasional.

Hewan khas dan unik Sulawesi Utara, kera hitam berjambul. Photo © Andew Walmsley Wildlife Photography
Hewan khas dan unik Sulawesi Utara, kera hitam berjambul. Photo © Andew Walmsley Wildlife Photography

Di pasar dan terminal beriman Tomohon, Sabtu (19/3/16), mereka membuka stand informasi serta membagikan stiker di angkutan umum. Melalui kegiatan tersebut, mereka berharap dapat menekan perdagangan dan konsumsi satwa liar menjelang hari raya Paskah, serta menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya melindungi satwa liar.

“Waktu tempel stiker di angkutan umum, tanggapan supir positif. Namun, sejumlah warga yang ditemui masih ada yang belum tahu pentingnya pelestarian yaki dan satwa liar lainnya. Tapi penempelan stiker itu jadi tujuan kampanye kami. Dengan membaca pesan di dalam stiker, orang-orang diharapkan mulai berhenti mengkonsumsi daging satwa liar,” kata Billy Gustafianto, staff Informasi dan Edukasi PPST, Rabu (23/03/16).

Aktifitas stand informasi yayasan selamatkan yaki di pasar Girian. Foto :  Yayasan Selamatkan Yaki
Aktifitas stand informasi yayasan selamatkan yaki di pasar Girian. Foto : Yayasan Selamatkan Yaki

Dikatakan dia, Sulawesi Utara memiliki kekayaan berbagai jenis satwa liar yang unik, contohnya yaki (Macaca nigra) yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Sayangnya, yaki serta banyak jenis satwa liar lainnya, terancam punah karena ulah manusia, salah satunya dengan mengkonsumsi satwa liar.

“Frekuensi konsumsi satwa liar ini cenderung meningkat ketika memasuki masa persiapan hari raya Paskah, Natal maupun Pengucapan Syukur (thanks giving),” ujar Billy.

Selain di angkutan umum, stiker juga ditempelkan di sejumlah tempat-tempat strategis di pasar Tomohon. Di sana, mereka juga menjelaskan kepada warga tentang ancaman, status konservasi dan larangan mengkonsumsi satwa liar dilindungi.

Pasar Beriman Tomohon, masih dikatakan Billy, dipilih sebagai lokasi kegiatan penyadartahuan karena reputasinya sebagai pasar daging ekstrim yang terkenal hingga di mancanegara. Meski demikian, dia menilai banyak pedagang di pasar Tomohon sudah mengetahui larangan menjual satwa liar dilindungi.

Sehingga, tren perdagangan satwa liar dilindungi di pasar Tomohon diperkirakan kecil kemungkinan terjadi. “Modus perdagangan satwa liar kemungkinan dilakukan dari tangan ke tangan. Karenanya, untuk tahun ini, kecil kemungkinan ada perdagangan satwa liar di dalam pasar.”

Kepada masyarakat, Billy menghimbau untuk aktif melibatkan diri dalam menekan perdagangan dan ikut menyelamatkan satwa liar dilindungi. Tindakan itu dinilai menjadi cara untuk membantu upaya konservasi dan melestarikan alam di Sulawesi Utara.

“Sebenarnya, pengawasan peredaran satwa liar dilindungi jadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya BKSDA. Sehingga, kalau ada masyarakat yang melihat perdagangan satwa liar dilindungi, bisa langsung melaporkannya,” pungkas dia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,