, ,

Kala Banjir Landa Nabire, Banjarnegara Longsor

Wilayah di Indonesia  sebagian sedang musim penghujan, ada yang kemarau. Kala kemarau, muncul titik api alias kebakaran, saat hujan, banjir dan longsor melanda. Dalam beberapa pekan lalu, puluhan titik api terpantau dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi sampai Papua.

Di wilayah hujan, banjir terjadi antara lain di Cirebon (Jawa Tengah), Kabupaten Bandung (Jawa Barat), Sumatera Barat, maupun Pekanbaru (Riau). Tak hanya rugi harta benda, beberapa warga tewas.

Bencana berlanjut. Sejak Kamis sore (24/3/16), beberapa wilayah di Kabupaten Nabire, Papua, turun hujan lebat hingga menyebabkan banjir yang merendam perumahan dan lahan pertanian warga. Daerah terdampak antara lain, Yerisiam Gua dan Distrik Yaur (Kampung Sima, dan Wami) dan Distrik Yaro, Nabire.

Kalipun meluap. Banjir hampir mencapai satu meter. Warga mengungsi ke dataran tinggi dengan mendirikan tenda sementara.

Bantuan mulai dikerahkan, seperti kapal karet BPBD. Foto dari BNPB
Bantuan mulai dikerahkan, seperti kapal karet BPBD. Foto dari BNPB

Dampak di kelilingi sawit?

John NR Gobai, Ketua Koalisi Peduli Korban Sawit Nabire dalam keterangan yang dikirim kepada media mengatakan, kali meluap bukan karena penyebab alamiah semata. “Hutan dan tanah pusat penahan abrasi air sudah gundul karena kerakusan modal datang mengubah hutan dan tanah di sekitar kampung jadi perkebunan sawit,” katanya, Jumat (25/3/16).

Informasi yang mereka kumpulkan, banjir merendam 56 rumah di Kampung Sima dan 21 rumah di SP Wami. “Sebagian besar warga mengungsi. Jalur ke kampung juga terputus karena jembatan penghubung belum diperbaiki.”

Untuk itu, koalisi ini mendesak penanganan banjir segera dan upaya pencegahan bencana berulang. Mereka meminta, pemerintah mengirim bahan makanan dan obat obatan kepada warga di Kampung Sima, Wami dan Yaro. Koalisi juga mendesak pemerintah pusat mengevaluasi keberadaan perusahaan-perusahaan yang beroperasi. “Mencabut izin dan memulihkan fungsi hutan dan tanah hingga kembali menjadi penyangga air,” katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyatakan sudah turun membantu korban banjir di Nabire. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, sedang menangani banjir di Nabire. Banjir, katanya, melanda Distrik Yaro dan Yaur pada tiga kampung, Yaki, Yaro I, Yaro II dan Kampung Wami.

“Sejak Kamis turun hujan dengan debit air sangat lebat hingga Sungai Yaro meluap, merendam rumah penduduk dan lahan pertanian. Kini, sebagian air mulai surut,” kata Sutopo.

Adapun korban banjir di Kampung Yaro I dan II sekitar 1.170 keluarga dengan 1300 hektar lahan pertanian, di Kampung Yaur, korban 22 keluarga, dan hewan ternak. “Hingga sore ini belum ada korban jiwa kecuali babi dan unggas hilang.”

Kini, katanya, Kapolres memerintahkan 50 anggota dipimpin Wakapolres Nabire untuk membantu warga, antara lain, dengan satu perahu karet bersama petugas BPBD Nabire.

Polisipun mengerahkan personil buat membantu warga. Foto: Koalisi
Polisipun mengerahkan personil buat membantu warga. Foto: Koalisi

Longsor Banjarnegara

Hujan juga turun di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berujung longsor. Kondisi geologi dan topografi alamiah kawasan ini memang rawan longsor, seperti terjadi kesekian kali di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara Kamis (24/3/16) pukul 19.00. Longsor kedua di tempat sama Jumat (25/3/16) pukul 01.30, ketiga pukul 06.00.

Longsor cukup luas sekitar lima hektar tanah bergerak sejauh 1,2 kilometer. Sutopo mengatakan, tipe longsoran merayap (soil creep), bergerak perlahan-lahan hingga warga punya waktu evakuasi.

Longsor menyebabkan sembilan rumah rusak berat, tiga rusak sedang, dua rusak ringan, dan 29 rumah terancam longsor susulan. “Sebanyak 158 warga RT 3-5 RW I mengungsi ke SD II Clapar, Madukara.”

Dalam rilis BNPB menyebutkan, sekitar 300 personil gabungan dari BPBD Banjarnegara, Kodim 0704, Polres, Banser, PMI, Tagana, Bela Negara, dan relawan membantu warga pindah ke tempat aman.

Gubernur Jateng memerintahkan BPBD Jateng dan BPBD terdekat seperti BPBD Wosobo, Banyumas, Purbalingga dan Cilacap membantu evakuasi dan kebutuhan dasar pengungsi. Logistik dan peralatan dikerahkan.

Hujan turun seharian, tanah terus bergerak. Listrik dimatikan dan akses jalan utama Banjarnegara Pagentan melalui Madukara, terputus. Daerah sekitar longsor dikosongkan mengantisipasi susulan. “Sudah tak layak menjadi permukiman karena tanah sangat labil dan membahayakan,” ucap Sutopo.

Dia mengimbau, masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan. Curah hujan berintensitas tinggi berpotensi di beberapa wilayah seperti Jawa, sebagia Sumatera bagian selatan, Sulawesi dan Papua. “Ancaman banjir, longsor dan puting beliung masih tinggi.”

Rumah warga yang terkena lomgsor bergerak di Banjarnegara. Foto kiriman BNPB
Rumah warga yang terkena lomgsor bergerak di Banjarnegara. Foto kiriman BNPB
Tanah retak-retak. Longsor bergerak masih terjadi di Banjarnegara. Foto kiriman BNPB
Tanah retak-retak. Longsor bergerak masih terjadi di Banjarnegara. Foto kiriman BNPB
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,