,

Soal Kesejahteraan Satwa, Berikut Masukan Animal Friends Jogja kepada Bank Dunia

Kebijakan kesejahteraan satwa (animal welfare)  implisit sudah ada dalam draf terbaru “World Bank Safeguards Policies: Second Draft of Environmental and Social Framework.” Namun, Animal Friends Jogja (AFJ) menilai, draf belum memberlakukan standar kesejahteraan satwa dan kebebasan kesejahteraan ternak tanpa terkecuali.

“Jika bank dunia tak berlakukan standardisasi tegas, jadi langkah mundur,” kata Angelina Pane dari AFJ, pekan lalu.

Kebijakan Bank Dunia menetapkan standar bagi pinjaman dan investasi publik di seluruh dunia terutama Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Dengan perkembangan industri peternakan di wilayah-wilayah itu, ucap Ina, akan berdampak signifikan pada investasi sektor publik dalam produksi daging, telur dan susu.

“Hewan berhak diakui kesejahteraan secara eksplisit. Standard kesejahteraan satwa harus dicantumkan sebagai aturan mutlak di dokumen kebijakan perlindungan,” katanya.

Hewan ternak, katanya, juga makhluk hidup yang memiliki hak bebas dalam berperilaku alami. Konsep perternakan modern jelas mencederai kodrat satwa-satwa ini. Skala peternakan, ditambah praktik-praktik khusus dalam industri, telah memberikan dampak kesehatan manusia, kesejahteraan satwa, dan lingkungan.

Kandang, katanya, didesain sedemikian rupa hanya mementingkan kuantitas dibanding kualitas, makanan terbuat dari bahan-bahan kimia artifisial sebagai pengganti nutrisi organik.

“Ruang kandang penuh sesak sangat mempengaruhi tingkat stres satwa. Makin kecil ruang gerak makin besar dampak stres. Penggunaan bahan-bahan kimia pun makin memperbesar potensi penyakit.”

Dia mengatakan, dalam sekian dasawarsa, banyak sekali penyakit baru diderita hewan ternak maupun manusia akibat pergeseran metode peternakan dari tradisional ke modern.

“Perlu kita cermati bersama, salah satu penyumbang terbesar permasalahan lingkungan hidup dunia yang serius adalah industri peternakan modern. Siapa sangka, yang acap kali diklaim sebagai ‘lauk terlezat’ dalam sejarah peradaban manusia yang menjadi pemantik terbesar pemanasan global. Mengapa kita malu kembali ke yang paling dasar? Ke cara tradisional, yang ternyata lebih berdampak baik bagi kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan satwa?”

Babi ternak warga di Bangka, dilepas bebas dan masuk kandang sendiri. Foto: Sapariah Saturi
Babi ternak warga di Bangka, dilepas bebas, keluar masuk kandang sendiri. Foto: Sapariah Saturi

Ina menagatakan, makin alami cara beternak, makin terjaga keseimbangan alam, pula makin sehat telur dan daging yang tersaji di meja makan.

“Alam harus dipandang sebagai kawan. Kita hargai seluruh karakter yang mencerminkan entitas dan nilai tersendiri.”

AFJ bergerak bersama lebih 115.000 penggiat perlindungan satwa, berpartisipasi mendukung penuh kampanye online  Humane Society International. Mereka menyampaikan sejumlah permintaan kepada Bank Dunia berkaitan kelayakan hidup hewan ternak, keseimbangan lingkungan hidup dan kesehatan manusia.

“Seluruh pelaku investasi atau proyek yang menjadikan hewan sebagai sumber makanan, tanpa kecuali, harus mengikuti prinsip dasar kesejahteraan satwa, seperti lima prinsip kebebasan untuk kesejahteraan hewan ternak,” katanya.

Untuk itu, AFJ telah menyampaikan imbauan resmi lewat surat ke para direktur ekeskutif Bank Dunia awal Maret 2016. Surat ini berisi beberapa permintaan mewakili masyarakat peduli alam dan satwa. Antara lain, kebijakan Bank Dunia harus membuat hewan-hewan dibesarkan dalam lingkungan nyaman, pakan alami.

Ina mencontohkan, pemeliharaan ayam ras petelur free range (ekstensif) memiliki keunggulan, kualitas telur aman konsumsi karena rendah kontaminasi zat-zat beracun.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,