, ,

Kasus Harimau Ditembak Lalu Dimakan, BKSDA Periksa Belasan Orang

Pasca penembakan harimau Sumatera betina di Dolok Hajoran, Desa Silantom Julu, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, penyidik Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, telah memeriksa belasan orang.

Joko Iswanto, Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan BBKSDA Sumut, mengatakan, balai membentuk tim penyidik. Penyidik PPNS sudah di Tarutung, untuk mengumpulkan barang bukti dan keterangan. Pemeriksaan saksi dilakukan, mulai ketua adat, pemesan jerat, pemasang jerat, yang membawa harimau. Termasuk penginisiasi untuk memotong harimau setelah ditembak. Setidaknya 12 orang diperiksa. “Sampai sekarang masih saksi,” katanya kepada Mongabay, pekan lalu.

Setelah memeriksa belasan saksi dan mendapatkan sejumlah bukti, katanya, mereka gelar perkara, dan meminta pendapat kepolisian maupun kejaksaan. “Siapa yang dianggap bertanggungjawab, dari saksi menjadi tersangka.”

Joko mengatakan, ketika meminta keterangan Kapolsek Pangaribuan, AKP V Simanjuntak, membenarkan menembak harimau. Penembakan terpaksa mengantisipasi harimau tak menerkam warga. Saat lepas jerat, harimau lari ke perkampungan. Joko akan menelaah keterangan ini lebih dalam.

Penyidik meminta diizinkan pemeriksaan resmi, dan akan mengundang Kapolda Sumut untuk mendengarkan hasil penyidikan. Selanjutnya, berkas diserahkan ke Propam Polda Sumut. “Untuk sipil penyidik BBKSDA menangani, terhadap oknum polisi limpahkan ke Propam Polda.”

Muncul harimau diduga cari pasangannya

Pasca pembunuhan harimau 7 Maret 20016, warga desa kembali dikejutkan ada jejak harimu di desa. Tim Sumatera Rainforest Institute (SRI), yang diminta BBKSDA membantu mengumpulkan bahan dan keterangan di lokasi kejadian.

Edi Amin, Koordinator Unit Penyelamatan Satwa, SRI, menjelaskan, 14-16 Maret, beberapa individu harimau kembali memasuki Desa Padang Parsadaan, Pangaribuan, Tapanuli Utara.

Setelah mendapat informasi harimau masuk perkebunan warga, mereka melihat sepanjang perkebunan cabai, ada banyak jejak kaki harimau.

Ada yang bertumpukan, kemungkinan lebih dari satu harimau atau seekor berjalan bolak balik. Warga mengatakan, ada jejak kaki dan bekas cakaran di sawah, namun hilang tersapu hujan.

Dari analisis mereka, jarak kebun ke hutan sekitar empat kilometer, masih banyak babi hutan dan rusa. Jadi, kemungkinan kecil harimau masuk kebun mencari makan. Tim menyimpulkan, harimau mencari teman yang terjerat beberapa waktu lalu, di Desa Silantom Julu, tak jauh dari Desa Padang Parsadaan. Kemungkinan harimau ini datang karena mencium urin, hormon, maupun darah dari harimau betina itu.

“SRI menyosialisasikan kepada warga, harimau satwa dilindungi dan terancam punah. Harimau beraktivitas malam hari, disarankan warga pulang bertani dan berkebun sebelum pukul 16.00 sore. Harimau tak menyukai kebisingan, menyarankan warga berkebun berkelompok,” ucap Edi.

Dia menyarankan, pemasangan camera trap untuk memastikan jumlah, jenis kelamin, dan daerah jelajah harimau yang masuk perkebunan warga. Penghilangan bau harimau, katanya, juga penting agar yang lain tak datang lagi.

Penghilangan bau, katanya, bisa memberikan bau-bauan menyengat, seperti kulit jeruk, bawang merah, cuka, bubuk kopi, bisa pula arang atau baking soda.

Rasyid Assaf Dongoran, Direktur SRI menyatakan, disayangkan aparat kepolisian tak memiliki peluru bius. Peluru bius, katanya, harus siap agar kasus penembakan tak terjadi lagi.

Pemuda ini seolah bangga bisa berfoto dengan harimau yang telah mati. Foto: Ayat S Karokaro
Pemuda ini seolah bangga bisa berfoto dengan harimau yang telah mati. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,