, ,

Ruth Murtiasih Berbagi Resep Petani Mandiri dengan Pertanian Berkelanjutan

Sehari-hari dia sibuk mengurus sekitar 18.000-an petani dengan hampir 30% perempuan. Banyak persoalan petani mesti dibenahi dari hulu hingga hilir, dari proses menanam sampai penjualan produk.

Dialah Ruth Murtiasih Subodro, Presiden Serikat Paguyuban Petani Qoryah Toyyibah (SPPQT) bermarkas di Desa Kalibening, Salatiga, Jawa Tengah. Organisasi petani ini punya prinsip menarik, yakni, berkeadilan, kelestarian dan relasi setara antara laki-laki perempuan.

Saya berkesempatan berbincang dengan Ruth seputar pertanian dan lembaga tani yang dia pegang. Berikut petikan wawancaranya:

Apa program SPPQT untuk memperkuat dan memajukan petani dan lingkungan?

Kami punya sembilan program pokok organisasi, antara lain pendidikan dan pengorganisasian petani. Kedua, akses dan kontrol tanah. Petani masih mengalami ketimpangan agraria. Dominasi tanah hanya dikuasai institusi atau orang kaya.

Ada program pertanian terintegrasi berkelanjutan. Esensi pertanian organik segala yang menjadi kaitan dengan dukungan sumber produksi, harus diproduksi petani. Tidak disediakan atau bergantung pihak lain, seperti Mosanto. Kami membuat biogas digester untuk pupuk kandang, benih buat sendiri dari unggul lokal, pengelolaan hama penyakit tanpa zat kimia, termasuk teknologi tepat guna disesuaikan kontek sosiologi petani.

Ada program pengorganisasian ekonomi melalui koperasi simpan pinjam, untuk input produksi koperasi pertanian. Ini untuk menghadapi persoalan riil dihadapi petani yakni jeratan rentenir, mau masuk bank konvensional sulit, bahkan menjual hasil terjerat tengkulak.

Juga program pengorganisasian perempuan. Hingga kini, budaya patriarki sangat tinggi. Jadi, ada quota pengurus perempuan, dari 22 perwakilan petani empat harus perempuan. Kami mendesak supaya upah buruh perempuan dihargai sama dengan laki-laki. Upah sektor pertanian, buruh perempuan berkisar 25-30% dibawah laki-laki. Apalagi fasilitas juga banyak laki-laki, seperti rokok. Perempuan yang memberikan curahan kerja lebih lama dari laki-laki namun dibayar murah. Program lain, untuk pemuda dan advokasi para petani.

Berbagai macam jenis benih beras organik unggulan dari SPPQT. Foto: Tommy Apriando
Berbagai macam jenis benih beras organik unggulan dari SPPQT. Foto: Tommy Apriando

Banyak anak muda desa pergi ke kota menjadi buruh daripada bertani. atau menjadi TKI. Apa yang dilakukan SPPQT?

Ketika banyak pergi ke kota menjadi buruh atau TKI memang tidak bisa disalahkan. Bisa saja mereka ke kota karena ruang produksi di desa sudah habis, tanah tak punya hingga pilihan ke kota atau TKI. Perlu memperjelas proposisi negara, dimana negara tak kunjung memberikan perlindungan kepada petani.

Kami melakukan pendidikan kritis, dan advokasi kebijakan yang menghambat pemberdayaan petani. Contoh, program jamaah produksi melibatkan pemuda, agar berpartisipasi dalam produksi desa. Mereka diberikan ruang lebih, internet dipakai untuk mendorong dinamika beripikir dan kritis.

Integrated Farming atau pertanian terintegrasi diterapkan oleh SPPQT. Mengapa?

Jika tidak dilakukan petani akan makin terjebak dalam ketergantungan. Biaya produksi tak makin turun. Pertanian berkelanjutan (organik) menuntut petani mandiri, kritis dan tidak ketergantungan, mulai dari pupuk, benih, penanggulangan hama sampai penjualan produk.

Dalam integrated farming, ketika seleksi benih membuka ruang pekerjaan untuk perempuan. Jika diserahkan kepada korporasi, tak ada ruang itu. Integrated farming menjadi ideologi konkrit SPPQT dalam menerjemahkan pemberdayaan petani.

Walaupun belum semua anggota serikat menerapkan (integrated farming), masih berproses. Kita juga mendorong peraturan desa tentang pertanian organik, sumber daya air dan lain-lain.

Pupuk kandang dari proses Bogas Digester punya kualitas lebih baik dari pada pupuk kandang biasa. Foto: Tommy Apriando
Pupuk kandang dari proses Bogas Digester punya kualitas lebih baik dari pada pupuk kandang biasa. Foto: Tommy Apriando

SPPQT punya program sumur resapan untuk meningkatkan debit mata air. Mengapa sumur resapan?

Sumur resapan lebih terukur dan mudah. Warga bisa membuat, tak memerlukan lahan luas. Secara biayapun tidak begitu mahal. Prinsipnya menabung air ketika hujan. Dampak tidak hanya membantu pelestarian sumber air juga memperbaharui sumber daya air lokal, untuk sumur warga.

Jika dibandingkan upaya teknik lain seperti embung, dalam konteks di Jawa, lebih bagus sumur resapan. Embung perlu pembebasan lahan dan padat modal.

SPPQT sudah membuat 930 sumur resapan di daerah tangkapan air untuk sumber air Senjoyo tahun lalu. Kami juga mendorong negara melakukan hal serupa, supaya apa yang kami sebut percontohan ini bisa diterapkan. SPPQT target bikin 2500-an sumur resapan di daerah tangkapan air. Kami juga mendorong semua anggota membuat sumur resapan.

Apa yang harus dilakukan pemerintah agar petani lebih berdaulat?

Pemerintah saya belum bisa harapkan. Walaupun secara pribadi saya masih optimis dengan Presiden Joko Widodo, namun banyak kepentingan di sekitar dia. Di Kementerian Pertanian, kepentingan industrialisasi pertanian masih besar. Saya melihat dominasi kepentingan pengusaha, belum melihat statemen pemerintah memperkuat petani, lebih meningkatkan produktivitas pertanian. Subjek bisa ke industri. Bagaimana petani? Ini belum jelas. Harus didorong sistem membangun kedaulatan pangan dengan memperkuat petani, dimana negara yang memfasiltasi bukan swasta.

Ruth Murtiasih Subodro, Presiden SPPQT Salatiga. Foto: Tommy Apriando
Ruth Murtiasih Subodro, Presiden SPPQT Salatiga. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,