, ,

Masuk Pemukiman di Solok, Beruang Madu Ini Kena Perangkap Warga

Warga Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, menangkap seekor beruang madu (Helarctos malayanus) di pemukiman mereka. Satwa berusia sekitar 12 bulan ini masuk perangkap karena dianggap meresahkan warga. Beruntung satwa dilindungi ini masih hidup.

Setelah ditangkap, seorang warga Jorong Sungai Lambai, menyerahkan beruang kepada Polisi Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Selasa (5/4/16) pukul 12.00. Polhut melaporkan kepada Surajiya, Kepala Seksi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar.

“Saya langsung mengecek lapangan, ternyata benar, pukul 01.00 serah terima satwa untuk penanganan lebih lanjut,” katanya di Padang, Rabu (6/4/16).

Kini, beruang dirawat intensif BKSDA karena kondisi tubuh lemas. Saya melihat beruang dalam kerangkeng persegi panjang sedang memakan papaya.

“Kondisi tubuh agak lemas, kemungkinan sudah seminggu kekurangan makanan. Saat ini pemulihan dulu sebelum dilepaskan ke cagar alam.”

Menurut Surijaya, ada empat cagar alam Sumbar habitat beruang madu ini, yakni, Cagar Alam Pangian, Palupuh, Panti dan Anai. Nanti, katanya, akan survei dulu mana yang cocok untuk beruang ini.

Konflik

Ternyata penangkapan beruang madu oleh warga Solok Selatan ini bukanlah kali pertama. Sebelumnya, Januari 2016 ditangkap dua beruang madu pada hari berbeda. Keduanya masuk perangkap warga.

Menurut informasi BKSDA, keresahan warga terjadi sejak sebulan terakhir, beruang madu sering menampakkan diri di pemukiman. Bahkan satwa ini kerap masuk dapur penduduk di tepi hutan untuk mengambil makanan.

Warga menangkap anak beruang madu berumur sekitar setahun di areal perkebunan setelah memasuki perkampungan. Foto: Vinolia
Warga menangkap anak beruang madu berumur sekitar setahun di areal perkebunan setelah memasuki perkampungan. Foto: Vinolia

“Sudah terjadi konflik sebulan belakangan, kata warga beruang masuk dapur mengambil makanan. Apa saja makanan nampak diambil, seperti tahu goreng, minyak jelantah, madu, nangka dan kelapa. Sampai saat ini belum ada warga dilukai tidak,” katanya.

Dengan kondisi ini, warga membuat perangkap-perangkap untuk menangkap beruang ini. BKSDA mengimbau, masyarakat tak membuat perangkap sendiri karena khawatir melukai satwa dilindungi ini.“

Dalam perundang-undangan, katanya, masyarakat tak boleh memiliki, melukai ataupum mamasang perangkap. “Jika menemukan beruang silakan lapor ke BKSDA terdekat agar peninjauan dan penangkapan. Memasang perangkap ada protap dan wewenang BKSDA.”

Habitat terganggu

Beruang madu keluar dari hutan ke pemukiman penduduk sejak penghujung 2015. Surajiya mengatakan, banyak aktivitas manusia di hutan, seperti berburu babi, mencari burung atau pertambangan rakyat. Solok Selatan banyak tambang. Dampak beragam aktivitas manusia di hutan ini, katanya, kemungkinan menyebabkan beruang madu terganggu dan mencari makan keluar.

“Atau bisa jadi beruang hanya berkeliaran kemana-mana lalu masuk ke perkampungan warga, nampak oleh masyarakat hingga dianggap menggangu. Beruang madu juga pernah ditemukan di kebun teh, ditangkaplah rame-rame oleh masyarakat.”

Dia tak mengetahui pasti kondisi habitat beruang madu karena hutan begitu luas. “Kita belum pernah survei, dimana sarangnya, kami tak tau karena disana tak ada kawasan konservasi.”

Sejak 2016, katanya, di wilayah III BKSDA Sumbar mengevakuasi empat satwa dilindungi, masing-masing tiga beruang madu dan harimau dahan. Namun, harimau dahan tewas ditembak masyarakat karena dianggap menggangu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,