Resensi Buku: Menagih Kebijakan Presiden Jokowi untuk Atasi Krisis Ekologi Sumatera

Cover buku

Buku berjudul #Solusi Tanding Jokowi: Setumpuk Tagihan Keselamatan Ruang Hidup baru saja diluncurkan oleh Samdhana Institute pada awal bulan April ini. Dalam buku ini dibedah berbagai macam persoalan yang belum disentuh lewat kebijakan Pemerintah, khususnya di Sumatera, pulau kedua terbanyak populasinya yaitu sekitar 50 juta orang.

Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang paling mengalami ancaman ekologis berat di Indonesia. Secara alami, Sumatera terletak diantara dua lempeng Eurasia dan Indo-Australia, sehingga memiliki kerawanan yang sangat tinggi dari sisi pergerakan tektonik. Patahan sepanjang 1.900 km yang membentang dari Banda Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung telah menyebabkan rangkaian gempa bumi di wilayah-wilayah yang dilaluinya. Inilah yang menyebabkan Sumatera harus terus bersiaga dari letusan gunung berapi, longsor, gempa bumi dan tsunami.

Kebakaran lahan gambut dan hutan yang terus berulang sejak 18 tahun lalu juga menjadi ancaman. Bermuara dari pemberian izin konversi bagi hutan-hutan alam untuk HPH, HTI dan perkebunan sawit di lahan gambut yang semena-mena, saat ini bukannya memanen kesejahteraan yang diperoleh, tetapi ancaman keselamatan warga menjadi taruhannya.

Ratusan ribu warga masyarakat, termasuk anak-anak, harus terancam kesehatannya akibat dampak asap pekat yang sudah melalui ambang batas kesehatan. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pun menjadi momok. Warga di tiga provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan adalah yang paling parah menderita dampak kabut asap. Bakal seperti apa kelak para generasi penerus yang selama bertahun-tahun terpapar kabut asap ini?

Di pesisir dan perairan Sumatera, kerusakan yang paling parah adalah zonasi dan tata ruang wilayah pesisir yang tidak diatur dengan baik. Kerusakan terumbu karang, hancurnya mangrove, destructive fishing dan eksploitasi pulau-pulau kecil merupakan masalah yang menjadi-jadi. Sebagai contoh meski Lampung adalah eksportir dan penghasil udang tambak terluas di Asia (udang juga merupakan komoditas unggulan perikanan Indonesia), namun ironisnya Lampung merupakan yang paling tinggi penduduk miskinnya di Sumatera.

Demikian dengan persoalan komunitas masyarakat adat. Kelompok ini di Sumatera merupakan kelompok yang paling rentan terhadap hilangnya ruang hidup, rusaknya identitas, pengetahuan dan kebudayannya paralel dengan hilang dan rusaknya kualitas lingkungan hidup mereka tinggal. Kelompok ini  pula yang paling rawan digusur akibat hilangnya hutan dan pesisir dari jarahan industrialisasi.

SOLUSIJOKOWI_1

Meskipun Presiden Jokowi telah mewujudkan Nawacita menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, namun krisis ekonomi global yang berdampak pada ekonomi Indonesia, telah mendorong pemerintah untuk mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi hingga Jilid VII saat ini.

Menurut para penulis buku ini, disinilah paradoks kemudian terjadi. Semboyan Trisakti, yaitu kedaulatan rakyat sebagai pelaku utama perekonomian, pemenuhan hak dasar, pembangunan karakter dan kegotongroyongan yang berdasar pada kebhinekaan  menjadi semakin jauh dan terabaikan.

Sebaliknya pemerintah justru memberikan karpet merah, berupa kemudahan dan pengutamaan bagi investasi berbasis lahan dan industri pengerukan kekayaan alam yang rakus lahan seperti HPH, HTI, pertambangan, perkebunan sawit, hingga jalan tol yang seolah tanpa diimbangi kebijakan pengaman dan penjamin keselamatan hidup warga. Daya dukung lingkungan pun menjadi semakin terancam.

Di sinilah peran pemerintah menjadi penting. Keberpihakan pemerintah diperlukan untuk terus mendorong munculnya berbagai instrumen hukum bagi perlindungan hutan, lahan, agraria, pesisir dan masyarakat. Disamping mendorong munculnya berbagai produk peraturan daerah yang mengakui dan memberi perlindungan serta pengakuan peri kehidupan masyarakat.

Jika ketimpangan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Sumatera, yang ibarat sebuah bangunan rumah bakal roboh, karena pondasinya yaitu kesehatan lingkungannya terus digerus habis-habisan, sedangkan atapnya terus terhimpit lewat pertumbuhan ekonomi dan laju investasi yang terlampau berat. Mampukah dia bertahan?

Buku versi elektronik, dapat dibaca pada tautan dibawah ini:

Solusi Tanding Jokowi – Setumpuk Tagihan Keselamatan Ruang Hidup 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,