,

Ahli : Pernyataan Peningkatan Harimau Global Tidak Meyakinkan dan Tidak Masuk Akal

Ternyata polemik tentang pernyataan jumlah harimau di alam liar di dunia yang diprediksi meningkat untuk pertama kalinya sejak lebih dari 100 tahun, masih terus berlanjut .

Seperti diketahui, WWF dan Global Tiger Forum (GTF) merilis laporan yang menyebutkan saat ini diprediksi ada 3.900 ekor harimau di alam liar di seluruh dunia, dibandingkan tahun 2010 yang diprediksi berjumlah 3.200 ekor.

Menanggapi rilis itu, para ahli harimau dunia menyatakan laporan tersebut dan implikasinya tidak menyakinkan secara keilmuan. Dan target peningkatan double populasi harimau pada 2022, merupakan hal yang tidak masuk akal.

Hal tersebut diungkapkan ahli harimau yang terdiri dari  K. Ullas Karanth, Director for Science Asia-Wildlife Conservation Society (WCS),  Dale Miquelle, Director Russia Programme WCS,  John Goodrich, Senior Director Tiger Program-Panthera dan  Arjun Gopalaswamy, Research Associate, Zoology,  University of Oxford, UK , yang dikutip dari situs WCS.

Setelah mencurahkan hidup kami untuk mencoba memahami dan menyelamatkan harimau-harimau liar, kami percaya bahwa konservasi harus dipandu dengan ilmu pengetahuan yang tepat. Menggunakan metodologi survei yang cacat dapat menyebabkan kesimpulan yang salah, sebuah ilusi keberhasilan, dan penurunan usaha konservasi, padahal pada kenyataannya perhatian terhadap ancaman serius sedang diperlukan,” kata mereka dalam rilisnya.

Metodologi-metodologi yang cacat  dan data yang tidak lengkap untuk menghasilkan ‘berita’ yang terasa baik, lanjut mereka, adalah sebuah penghinaan / tidak adil bagi usaha konservasi, karena harimau-harimau saat ini hanya menempati 7% dari kawasan sejarahnya.

Sedangkan evaluasi IUCN baru-baru ini menunjukkan 40% habitat hilang selama 10 tahun terakhir, dan terjadi lonjakan tekanan akibat perburuan di berbagai tempat. Di Kamboja, Vietnam, Laos, dan Tiongkok kehilangan populasi harimau dalam beberapa tahun belakangan.

“Tidak dapat disangkal bahwa para pengelola satwa liar di berbagai tempat di India dan bahkan di cagar alam khusus di Asia Tenggara dan Rusia telah melakukan usaha-usaha konservasi yang patut dipuji, memimpin pemulihan beberapa populasi harimau khusus,” lanjut mereka.

India telah berinvestasi besar-besaran untuk pemulihan beberapa populasi harimau selama empat dekade belakangan. Hal ini dapat terjadi dengan dukungan politik yang kuat, dukungan administratif dan masyarakat umum jarang dapat berimbang di tempat lain.

Menurut mereka, pemulihan populasi harimau harus diawasi menggunakan kamera inframerah (camera trap) yang canggih atau survei DNA. “Studi ilmiah yang teliti di India, Thailand dan Rusia menunjukkan bahwa hal ini sudah dilakukan. Namun studi ini juga menunjukkan bahwa kecepatan pemulihan harimau lambat dan tidak mencapai tingkat yang diharapkan untuk menggandakan jumlah harimau dalam sebuah dekade,” lanjut mereka.

Penelitian Lemah

Perkiraan jumlah harimau untuk lansekap/bentang yang luas, kawasan-kawasan, dan negara-negara yang saat ini populer di media global sebagian besar menggunakan metodologi yang lemah. Kadang-kadang menggunakan interpolasi survei jejak harimau, atau hanya berdasar survei jejak itu sendiri.

“Survei jejak dapat bermanfaat untuk mengetahui lokasi keberadaan harimau, namun tidak dapat digunakan untuk menghitung jumlah mereka. Menerjemahkan jumlah jejak menjadi jumlah harimau menimbulkan beberapa masalah statistik yang tidak dapat dipecahkan, dimana akan menyebabkan pernyataan perubahan jumlah fundamental yang cacat tentang harimau,” ujar mereka.

Pandeka Balang dan Mantagi, dua ekor anak harimau sumatera, satwa koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Foto: Riko Coubut
Pandeka Balang dan Mantagi, dua ekor anak harimau sumatera, satwa koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Foto: Riko Coubut

Sumber populasi-populasi harimau yang padat dan dapat menghasilkan ‘kelebihan’ hewan yang dapat berpencar dan memperluas populasi-populasi, saat ini menempati kurang dari 10% sisa 1,2 juta km persegi habitat-habitat harimau.

Hampir 70% harimau liar bertahan diantara sumber lokasi-lokasi ini. Mereka pulih perlahan, hanya di beberapa cagar alam yang perlindungannya telah ditingkatkan. Di luar lokasi sumber terdapat sink landscapes luas yang terus-menerus kehilangan harimau dan habitat akibat perburuan dan tekanan pembangunan.

 Skenario Tidak Masuk Akal

Dengan pertimbangan di atas, bahkan dengan menggunakan dugaan jumlah harimau sebagai data berharga, perhitungan sederhana menunjukkan bahwa penggandaan jumlah harimau di dunia dalam sepuluh tahun seperti yang diharapkan dalam laporan WWF dan GTF bukan merupakan proposisi yang realistis.

Dengan mengasumsi 70-90% harimau liar di populasi sumber tumbuh lambat, antisipasi penggandaan jumlah harimau global membutuhkan peningkatan 364-831% di sink landscape. “Kami percaya hal ini merupakan skenario yang tidak masuk akal,” kata mereka.

Untuk itu, para ahli harimau itu mengajak semua pihak untuk fokus pada usaha konservasi kucing besar itu bersama.

“Daripada terlibat dengan permainan angka harimau yang mengalihkan dari keadaan sebenarnya, para pelestari saat ini harus fokus pada peningkatan dan perluasan pemulihan, dan monitoring sumber populasi, dimana semua usaha perlindungan habitat yang tersisa dan pertautannya dipandu oleh ilmu pengetahuan terbaik,” tambah mereka.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,