,

Diragukan, Populasi Harimau Dunia Meningkat Termasuk Harimau Sumatera

Harimau sumatera. Foto: Rhett A. Butler

Melihat begitu besar dan banyaknya ancaman terhadap harimau sumatera, sangat diragukan laporan WWF dan Global Tiger Forum (GTF) yang menyatakan adanya peningkatan populasi harimau di alam liar seluruh dunia, termasuk dengan memasukan populasi harimau di Indonesia.

“Mungkin di India mengalami peningkatan, sebab intervensi di sana cukup berhasil,” kata Ketua Forum Harimau Kita, Yoan Dinata kepada Mongabay Indonesia, Selasa (19/04/2016).

Jika laporan WWF dan GTF itu juga menyangkut jumlah populasi harimau di Indonesia, Dinata mempertanyakan datanya dari mana. “Apakah data tersebut dari pemerintah? Saya juga belum tahu dari mana mereka mendapatkan datanya di Indonesia.”

Dinata memperkirakan hitungan jumlah tersebut kemungkinan cukup benar, tapi perbandingan antara tahun 2010 dengan saat ini yang perlu dipertanyakan. Kenapa? “Metode penilaian populasi pada 2010 lalu dengan saat ini jauh berbeda. Metode penilaian populasi saat ini lebih akurat dibandingkan saat ini. Bisa saja hitungan saat ini sangat akurat, tapi hitungan tahun 2010 yang tidak akurat. Misalnya pada 2010 kita memperkirakan populasi harimau sumatera sebanyak 400 ekor, tapi jika menggunakan metode penilaian populasi saat ini mungkin jumlahnya 500 atau 600 ekor. Jika hari ini disebutkan 450 atau 500 ekor, itu sebenarnya bukan meningkat justru berkurang,” katanya.

Jadi, katanya, guna mengukur populasi harimau sebaiknya perbandingannya dengan menggunakan metode yang sama.

Berapa populasi harimau sumatera yang ada saat ini? “Kami tidak dapat memberikan pernyataan. Itu ranah pemerintah. Tapi tunggulah dalam waktu dekat ini informasi tersebut akan disampaikan,” kata Dinata.

Pernyataan Dinata tersebut cukup beralasan, sebab dalam beberapa tahun terakhir, misalnya perburuan harimau sumatera atau peristiwa konflik dengan manusia, cukup banyak ditemukan. Belum lagi hutan yang menjadi habitat harimau sumatera mengalami kerusakan sebagai akibat pembukaan lahan dan kebakaran.

Apalagi faktanya, di Sumatera, lansekap habitat harimau sumatera yang paling besar tinggal di Kerinci Seblat. Di Sumatera Selatan, lansekap habitat sumatera dalam skala sedang seperti Taman Nasional Sembilang dam Berbak terus mengalami kerusakan, termasuk lansekap kecil Dangku yang terus mengalami kerusakan.

Dinamika populasi harimau sumatera di site monitoring 2010-2013. Sumber: Presentasi Bambang Dahono Adji, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, KLHK

Seperti diberitakan sebelumnya, terjadi polemik tentang pernyataan jumlah harimau di alam liar di dunia yang diprediksi meningkat untuk pertama kalinya sejak lebih dari 100 tahun, masih terus berlanjut .

WWF dan Global Tiger Forum (GTF) merilis laporan yang menyebutkan saat ini diprediksi ada 3.900 ekor harimau di alam liar di seluruh dunia, dibandingkan tahun 2010 yang diprediksi berjumlah 3.200 ekor.

Menanggapi rilis itu, para ahli harimau dunia menyatakan laporan tersebut dan implikasinya tidak menyakinkan secara keilmuan. Dan target peningkatan double populasi harimau pada 2022, merupakan hal yang tidak masuk akal.

Hal tersebut diungkapkan ahli harimau yang terdiri dari  K. Ullas Karanth, Director for Science Asia-Wildlife Conservation Society (WCS),  Dale Miquelle, Director Russia Programme WCS,  John Goodrich, Senior Director Tiger Program-Panthera dan  Arjun Gopalaswamy, Research Associate, Zoology,  University of Oxford, UK, sebagaimana dikutip dari situs WCS.

“Setelah mencurahkan hidup kami untuk mencoba memahami dan menyelamatkan harimau-harimau liar, kami percaya bahwa konservasi harus dipandu dengan ilmu pengetahuan yang tepat. Menggunakan metodologi survei yang cacat dapat menyebabkan kesimpulan yang salah, sebuah ilusi keberhasilan, dan penurunan usaha konservasi, padahal pada kenyataannya perhatian terhadap ancaman serius sedang diperlukan,” kata mereka dalam rilisnya.

Sedangkan evaluasi IUCN baru-baru ini menunjukkan 40% habitat harimau hilang selama 10 tahun terakhir, dan terjadi lonjakan tekanan akibat perburuan di berbagai tempat. Di Kamboja, Vietnam, Laos, dan Tiongkok kehilangan populasi harimau dalam beberapa tahun terakhir.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,