,

Foto: Lingkungan yang Menakjubkan dari Berbagai Belahan Bumi

Tiap tahun, sejak 1970, tanggal 22 April diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Bumi. Di hari tersebut, berbagai komunitas dan individu dari seluruh dunia melakuan berbagai aktivitas yang mencerminkan kecintaan, sekaligus keprihatinan mereka terhadap bumi, satu-satunya planet yang menjadi tempat hidup kita.

Event yang terkait perayaan Hari Bumi adalah The Environmental Photographers of the Year yang selalu ditunggu setiap tahunnya oleh para penggemar fotografi, pencinta lingkungan, dan masyarakat umum.

Berikut foto-foto lingkungan hidup terbaik, para pemenang The Environmental Photographers of the Year tahun lalu, sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Biksu-biksu di Kamboja dan penduduk lokal memberkati satu dari beberapa pohon besar yang tersisa di kawasan yang hutan yang dihancurkan untuk membangun perkebunan pisang. Meskipun cukup terlambat menyelamatkan hutan dari kehancuran, dengan memberkati dan membungkus pohon dengan kain oranye, diharapkan akan menjauhkan para penebang pohon untuk menebangi pohon-pohon yang kini suci tersebut.

Watering Melon (Mengairi Melon). Foto: Uttam Kamati

Sepasang suami istri melakukan penyiraman bibit semangka di dasar sungai Teesta di Bengal Barat, India. Sungai perlahan telah mengering, dan pasangan petani ini mengambil air dari tempat lain melalui pipa panjang untuk menyirami bibit semangka yang mereka tanam beberapa hari sebelumnya.

Families are living under the Bridge, 2015 (Keluarga yang hidup di bawah jembatan, 2015). Foto: Dipayan Bhar

Anak anak usia  sekolah di Kolkatta, India, bercengkerama dan jelas tak menyadari betapa tidak sehatnya lingungan tempat mereka tinggal.

Eden Restored – The Mesopotamian Marshes of Iraq, 2015 (Surga yang direstorasi, Rawa Mesopotamia di Iraq, 2015). Foto: Esme Allen

Banyak orang telah kembali ke tempat ini dan hidup dengan cara tradisional setelah mereka dievakuasi paksa oleh rezim Saddam Hussein di awal 90 an saat rawa ini kering.

The toxic price of leather (Harga kulit beracun). Foto: Sean Gallagher

Di pinggiran sungai Gangga di India utara, terdapat produsen kulit terbesar di negara tersebut. Kulit Kanpur ini telah diekspor ke berbagai benua, dan 95% nya dijual di negara-negara barat.

Kini, Kanpur dikenal sebagai tempat dengan kualitas air terburuk di India, tercampur dengan bahan kimia beracun dari limbah-limbah penyamakan. Air berwarna abu-abu itu digunakan oleh masyarakat setempat dan disalurkan ke lahan pertanian lokal, yang meracuni tanah, dan memasuki rantai makanan. Berbagai masalah kesehatan sekarang menimpa penduduk setempat yang menderita bio-akumulasi racun selama beberapa dekade.

Man in the face of nature 1, 2014 (Manusia di hadapan alam 1, 2014). Foto: Bogumil Kruzel

Engels Leaching Tower, 135 meter di bawah tanah, di penambangan garam Wieliczka di Kraków, Polandia. Air garam mengalir melewati sela-sela menara,  melarutkan gumpalan garam yang ditempatkan di dalam untuk menghasilkan air garam jenuh.

Life in the circle, 2014 (Hidup dalam lingkaran, 2014). Foto: Faisal Azim

Menurut laporan pemerintah setempat, jumlah total pengemis di Bangladesh mencapai angka 900 ribu orang. Kondisi mereka benar-benar kontradiktif dengan hak-hak hidup dasar dan kebebasan bergerak yang dijamin sebagai hak asasi dalam konstitusi Bangladesh.

Banyak dugaan penyiksaan fisik, seksual, dan mental terhadap mereka yang tinggal di penampungan-penampungan yang disediakan pemerintah, yang akhirnya memaksa mereka tinggal di jalanan dan tempat lain yang tidak layak.

Fishing net checking, 2014 (Memeriksa jaring ikan, 2014). Foto: Hoang Long Ly

Nelayan di Vietnam sedang memerika jarring ikannya. Ekonomi maritim adalah salah satu sektor terkuat di Vietnam, dan dipresiksi berkontribusi sebanyak 53-55 % PDB negara tersebut pada 2020, dan 60% dari total ekspor Vietnam. Overfishing telah menjadi keprihatinan mendalam di sekitar delta sungai Mekong, yang dihuni jutaan orang

Collecting crabs, 2014 (Mengumpulkan kepiting, 2014). Foto: Alve Kazi Riasat

Mantan petani dan penduduk di Satkhira, Bangladesh, yang berdiri di atas tanahnya. Topan cyclone yang dahsyat menghantam teluk Bengali Mei 2009, dan membawa air laut setinggi 2-3 meter yang menyapu kawasan Bengali barat dan pantai-pantai di Bangladesh, yang meninggalkan kerusakan parah di area yang terdampak. Tanah yang dulunya subur itu kini menjadi rawa dan tak lagi bisa ditanami karena tanah dan airnya mengandung garam. Kini petani ini mengumpulkan kepiting dan menjualnya di pasar.

Retrace our steps (Mengingat masa lalu). Foto: Carlos Ayesta, Guillaume Bression

Midori Ito berpose di supermarket yang ditinggalkan di Kota Naima, di kawasan yang tak boleh dikunjungi di Fukushima, Jepang. Tak ada yang berubah sejak bencana melanda. Produk-produk di supermarket ini telah kadaluarsa selama beberapa tahun. Ironisnya, terdapat tulisan dalam bahasa jepang “Produk Segar” yang masih terpasang di atas etalase supermarket tersebut.

Beauty Salon, 2014 (Salon kecantikan, 2014). Foto: Petrut Calinescu

Dua perempuan, berbusana ungu memegang tenunan. Berdiri di depan pintu salon kecantikan, di kawasan pinggir sungai di Makoko, Lagos, Nigeria. Salon ini ramai terutama di hari Minggu, saat para perempuan berdandan untuk ke gereja. Masyarakat di permukiman Makoko ini terancam dievakuasi paksa, dan mereka hidup di lingkungan sungai dengan tingkat polusi yang membahayakan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,