, ,

Awas! Pencurian Plasma Nutfah di Lereng Slamet

Beberapa kelompok orang turun dari Gunung Slamet di lereng selatan. Mereka membawa karung. Namun sesampai di sekitar Wana Wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), mereka dicegat oleh pengamanan lokal wilayah setempat. Setelah digeledah, ternyata mereka membawa tanaman anggrek yang diambil dari hutan leng selatan gunung tertinggi di Jateng tersebut.

Komandan Jagabaya Baturraden Warjito mengungkapkan dalam sebulan terakhir, pihaknya telah memergoki tiga kelompok yang membawa turun tanaman anggrek. “Mereka berasal dari Jawa Barat (Jabar). Satu kelompok mengaku dari Bandung, satunya dari Garut serta kelompok satu lagi terdiri dari Tasikmalaya dan Bandung. Mereka biasanya membawa karung yang berisi anggrek dan penjalin cacing,”kata Warjito pada Kamis (21/04/2015).

Menurutnya, berdasarkan pengakuan mereka, harga tanaman anggrek di Bandung bisa mencapai Rp100 ribu hingga Rp200 ribu, padahal di Baturraden hanya Rp20 ribu hingga Rp25 ribu. Sedangkan penjalin cacing di Baturraden sekitar Rp100 ribu hingga Rp200 ribu, tetapi di Bandung mencapai Rp1 juta. “Bahkan, menurut penuturan mereka, ada yang diekspor ke Jepang. Terutama jenis anggrek tanah dan kantung semar,”ungkapnya.

Dijelaskan oleh Warjito, pihaknya kemudian menyita tanaman anggrek untuk dititipkan di Kebun Raya Baturraden. Salah seorang peneliti di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden Nuri Jelma Megawati mengungkapkan dari hasil sitaan yang dilakukan oleh Jagabaya Baturraden, ada dua jenis anggrek. Yakni jenis Mycarates latifolia dan Calante pulcra.

Jenis anggrek Calanthe pulcra,  yang dicuri dan dititipkan di Kebun Raya Baturraden. Foto : L Darmawan
Jenis anggrek Calanthe pulcra, yang dicuri dan dititipkan di Kebun Raya Baturraden. Foto : L Darmawan

“Kalau yang Mycarates latifolia memiliki bunga yang indah dengan warna kuning dominasi merah hati. Umumnya anggrek ini hidup pada dataran tinggi dengan ketinggian antara 700-1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jenis tanaman ini epifit. Sedangkan Calante pulcra hidup pada ketinggian 500-3.400 mdpl dan merupakan anggrek tanah. Sebetulnya kedua jenis tanaman anggrek itu bukanlah endemik Gunung Slamet, karena anggrek tersebut juga hidup di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan sebagian negara Asean seperti Laos, Thailand dan Filipina,”jelas Megawati.

Selain anggrek, lanjut Megawati, yang perlu mendapat perhatian adalah kantong semar. Sebab, katanya, ada jenis kantong semar yang merupakan khas Gunung Slamet yakni jenis Nepenthes adrianii. “Sebagian besar ahli menyatakan jika kantung semar ini merupakan tanaman khas Gunung Slamet, meski sebagian ahli meragukannya. Sampai sekarang masih tetap dalam perdebatan. Tetapi yang pasti, kantung semar khas Gunung Slamet tersebut harus tetap menjadi perhatian, jangan sampai punah. Sebab, dari informasi yang kami terima, kantung semar ini sudah agak sulit dicari. Apalagi, beberapa tahun silam, informasinya banyak yang mencari,”katanya.

Ia mengungkapkan Nepenthes adrianii memiliki kekhasan, di antaranya adalah kantungnya yang berwarna merah.

Tanaman kantung semar khas Gunung Slamet Nepenthes adrianii. Foto : L Darmawan
Tanaman kantung semar khas Gunung Slamet Nepenthes adrianii. Foto : L Darmawan

Dihubungi terpisah, Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Wawan Tri Wibowo mengaku cukup terkejut dengan pencurian keanekaragaman hayati yang ada di lereng selatan Gunung Slamet. “Saya cukup kaget, ternyata ada pencurian keanekaragaman hayati yang cukup massif. Padahal, di lereng selatan Gunung Slamet, pencurian kayu tidak ada, kondisinya kondusif,”katanya.

Ia mengungkapkan, kalau Perhutani sebetulnya lebih fokus pada kayu. Namun demikian, setelah terungkap adanya pencurian keanekaragaman hayati seperti sekarang, ia telah memerintahkan bagian hukum untuk melakukan kajian. “Apakah jenis yang dicuri tersebut masuk dalam kategori dilindungi atau tidak. Jika, iya, maka bisa saja ada penerapan sanksi hukumnya,”tegas Wawan.

Kawasan hutan di kebun Raya Baturraden. Foto : L Darmawan
Kawasan hutan di kebun Raya Baturraden. Foto : L Darmawan

Wawan juga menyatakan jika pihaknya juga bakal menginventarisasi jenis-jenis non kayu atau keanekaragaman hayati terutama yang dilindungi di lereng selatan Gunung Slamet. “Selain itu, tentu saja kami mengintensifkan patroli, terutama di lereng selatan yang memiliki jalur pendakian. Setidaknya ada dua titik yakni di Pancuran Tujuh dan Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden,”katanya.

Ia bakal menggandeng warga sekitar dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) agar ikut serta dalam mengamankan lereng selatan Gunung Slamet.

Secara terpisah, Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Baturraden Subejo mengatakan kalau untuk mengawasi areal sekitar 4 ribu hektare (ha) di lereng selatan Gunung Slamet sangat terbatas personelnya, karena hanya lima orang. “Karena itu, pelibatan masyarakat di sekitar hutan menjadi penting untuk bersama-sama menjaga kawasan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,