, ,

Merintis Pendidikan Lingkungan Hidup di Lamakera

 *Lina PW, Staff Edukasi Konservasi Reef Check Indonesia. Agustinus Wijayanto, Kontributor Mongabay Indonesia. Tulisan ini merupakan opini penulis.

 

Kita semua mengerti bahwa pendidikan itu penting. Tetapi bagaimana dengan pendidikan tentang lingkungan hidup? Pertanyaan ini yang sering muncul dalam benak kita.  Mari kita coba membuka lembaran lama terkait dengan pendidikan lingkungan hidup ini.

Pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dimulai pada 1996, dari kesepakatan bersama Departemen Pendidikan & Kebudayaan dengan Kementerian Negara Lingkungan Hidup  tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.

Pendidikan itu dilaksanakan oleh Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, maupun pihak lain yang berkepentingan dari mulai pendidikan lingkungan hidup untuk Guru SD, SMP, SMA/SMK.

Sejatinya, pendidikan lingkungan hidup ini dimulai pada 1975 di Beograd, Yugoslavia melalui lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup yang kemudian dikenal dengan Belgrade Charter-a Global Framework for Environmental Education.

Sedemikian pentingnya pendidikan lingkungan hingga saat ini telah berkembang berbagai pendekatan/metodenya. Pendidikan lingkungan hidup penting dari usia dini agar tercipta kesadaran dari tingkat bawah hingga dimungkinkan akan mempengaruhi perkembangan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Secara definisi, pendidikan lingkungan hidup bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan seseorang dalam menghargai lingkungan hidup di sekitarnya.

Secara nasional, pendidikan lingkungan telah tertuang dalam UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.  Disebutkan setiap orang berhak mendapat pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat.

Selanjutnya, setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.  Artinya, semua pihak memiliki kewajiban yang sama dalam upaya pemeliharaan lingkungan.

Perkembangan saat ini, pendidikan lingkungan didorong dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan asas kearifan lokal. Secara spesifik bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu penting memberikan pemahaman tentang keterkaitan yang erat antara pendidikan lingkungan hidup dan kearifan lokal yang selanjutnya didorong pada aplikasi muatan lokal.

Nah, ini lah mengapa pentingnya pendidikan lingkungan hidup bagi sekolah, termasuk dalam upaya untuk pelestarian satwa secara khusus di wilayah pesisir dan lautan.

Bagaimana di Lamakera?

Pemanfaatan sumber daya laut sangat erat kaitannya dengan masyarakat yang hidup di wilayah pesisir atau kepulauan, salah satunya adalah Desa Lamakera.  Desa ini menarik dari sisi ekologi dan masyarakat, karena di daerah ini merupakan daerah penting bagi biota laut, disisi lain, masyarakat menggantungkan sepenuhnya kehidupan mereka dari hasil laut.

Desa yang terletak di Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur ini sejak lama menjadi perhatian karena adanya pemasok insang pari dan pemburu pari.  Perburuan paus juga dilakukan namun tidak sesering perburuan pari. Hal tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat yang ada. Selain itu, di desa tersebut juga sering melakukan pengeboman ikan.

Sehingga perlu ada pemahaman yang kuat terhadap kelestarian satwa dilindungi tersebut agar tidak punah dikemudian hari. Lalu, melalui apa pemahaman tersebut dapat dilakukan?

Pemaparan hasil diskusi penyusunan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup oleh Reef Check Indonesia untuk perwakilan pendidik dari SD, SMP, dan SMA/SMK di Desa Lamakera Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Foto : Iqbal Herwata / Reef Check Indonesia
Pemaparan hasil diskusi penyusunan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup oleh Reef Check Indonesia untuk perwakilan pendidik dari SD, SMP, dan SMA/SMK di Desa Lamakera Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Foto : Iqbal Herwata / Reef Check Indonesia

Melalui pendidikan salah satunya sebagai intervensi sejak dini. Untuk itu, beberapa waktu lalu dilakukan pertemuan para kepala sekolah dan guru di Lamakera, Solor Timur, Flores Timur-NTT guna membicarakan lebih lanjut bagaimana menyusun sebuah modul pelajaran yang difokuskan pada pengelolaan wilayah pesisir dan laut, termasuk biota di dalamnya, baik paus, hiu dan megafauna lainnya.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh 15 orang yang merupakan perwakilan dari SDN Lamakera, SD Inpres Watubuku, MI, MTS, Madrasah Aliyah Plus (MAP), dan SMK Perikanan dan Kelautan Solor Timur. Dalam hal kebijakan, tentunya Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga memiliki peran penting untuk pengembangan muatan lokal pendidikan lingkungan.

Dinas melalui Sekretaris Dinas menyampaikan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap kurikulum sekolah. Sedangkan secara isi terkait lingkungan hidup sudah ada yang menangani yaitu Badan Lingkungan Hidup.

Dinas sudah melakukan kegiatan bersama dengan Yayasan Reef Check Indonesia serta berbagai pihak untuk pengembangan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup tersebut.

“Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga mendukung sepenuhnya dan merekomendasikan agar ada tindaklanjut terkait muatan lokal pendidikan lingkungan tersebut’, ungkap Diston Fernandes, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kab. Flores Timur.

Peserta bersemangat mengikuti penyusunan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup oleh Reef Check Indonesia untuk perwakilan pendidik dari SD, SMP, dan SMA/SMK di Desa Lamakera Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Foto : Lina PW / Reef Check Indonesia
Peserta bersemangat mengikuti penyusunan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup oleh Reef Check Indonesia untuk perwakilan pendidik dari SD, SMP, dan SMA/SMK di Desa Lamakera Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Foto : Lina PW / Reef Check Indonesia

Derta Prabuning dari Reef Check Indonesia menyampaikan bahwa sejak 2014 mereka telah melakukan kegiatan pendampingan di Desa Lamakera.  Reef Check Indonesia membantu masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan, termasuk bagaimana mencari alternatif masyarakat yang selama ini memanfaatkan pari manta yang sudah dilindungi penuh secara internasional, sementara Desa Lamakera sangat kaya dari aspek perikanan, sosial, dan budayanya. Hal ini dapat mendorong pengelolaan sumber daya alam laut secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, Yayasan Reef Check Indonesia memfasilitasi pertemuan guna membahas penyusunan materi lingkungan yang dituangkan dalam muatan local untuk SD, SMP dan SMA.

Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan Flores Timur, Yayasan Misool Baseftin, Yayasan Manta Trust, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Flores Timur.

Sebelumnya, Yayasan Reef Check Indonesia dan Yayasan Misool Baseftin melakukan kajian dan pendampingan masyarakat di Desa Lamakera tersebut termasuk melakukan pendekatan dengan pendidikan lingkungan.

Pendampingan dalam pertemuan para kepala sekolah dan guru tersebut dilanjutkan dengan penyusunan modul dengan terlebih dahulu memetakan persoalan dan pengenalan megafauna laut.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, hal ini nampak saat diskusi dan pemaparan hasil diskusi kelompok. Mereka mengungkapkan sangat ingin terlibat dalam pengelolaan lingkungan dan tidak ingin terjadi kerusakan lingkungan di wilayah mereka karena pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan hidup.

paus biru di perairan srilanka. Foto : biganimals.com
paus biru di perairan srilanka. Foto : biganimals.com

Salah satu peserta, Syabuddin menyampaikan bahwa program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir.  “Saya berharap semoga dengan adanya pemahaman yang kuat melalui pendidikan lingkungan ini. Lamakera terbebas dari sebutan raja bom ikan dan kegiatan yang tidak ramah lingkungan lainnya,” ungkap guru SMK Perikanan dan Kelautan Solor Timur itu.

Reef Check Indonesia selain fokus pada ilmu pengetahuan juga mendorong edukasi dan penyadartahuan masyarakat secara luas. “Di tingkat sekolah kami mengisi celah dalam mendorong muatan lokal tentang lingkungan dan sumber daya laut dengan tujuan siswa sekolah memahami kondisi lingkungan,” ungkap Derta.

Beberapa kegiatan sederhana yang bias dilakukan misalnya pengelolaan sampah, identifikasi dan pemahaman megafauna di daerah mereka dan bagaimana bisa dikelola secara berkelanjutan.

Proses tersebut tentu tidak mudah dan melalui proses yang panjang sehingga pendampingan penyusunan modul muatan lokal pendidika lingkungan ini perlu dilakukan dan difinalkan serta diujicoba dengan siswa sekolah sehingga menjadi paket lengkap.

“Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga  mendukung dan akan disinergikan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan  serta Dinas terkait untuk pengembangan Lamakera yang berkelanjutan,” tambah Derta.

Tentunya pemikiran para peserta tersebut tidak terhenti pada draftnya saja, namun sampai pada implementasi/ujicoba di tingkat sekolah masing-masing.  Penting untuk menjadi pembelajaran bersama karena tiap sekolah memiliki karakter yang berbeda dalam melakukan pendekatan uji cobanya.

Yang tidak kalah penting adalah adanya evaluasi secara menyeluruh terhadap modul muatan lokal pendidikan lingkungan tersebut karena pada akhirnya bagaimana modul ini efektif dan mampu memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya kurang ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan.

Pembelajaran ini menarik untuk dapat diterapkan di daerah lain. Daerah lain dapat belajar mengembangkan muatan lokal pendidikan lingkungan dari Desa Lamakera untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan.

Semoga….

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,