, ,

Mimpi Hutan Pelangi Iwan Fals. Seperti apa?

Sosoknya masih sering dinanti untuk menyuarakan gerakan sosial lingkungan yang makin bersuara dari nusantara. Salah satunya tentang reklamasi. Itulah Iwan Fals.

Proyek-proyek raksasa pengurugan laut untuk pulau-pulau buatan dengan klaim percepatan ekonomi di negeri lebih 17 ribu pulau ini sungguh ironis. Membuat pilu. Sejauh ini baru di gerakan reklamasi Teluk Benoa, Iwan Fals memberikan suaranya.

Tahun lalu bertajuk Nyanyian Raya, ia berkonser di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali dan berorasi tentang Teluk Benoa. Sebelumnya, Forum Rakyat Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) merekam opininya yang dimuat di website ForBALI.org.

“Wah api itu masih ada, masih banyak anak muda yang militan tak merusak dan menguasai persoalan dan mau bergerak untuk kehidupan orang banyak. Saya sebagai orang usia 53 tahun melihat hebat nih, sama juga menolong hidup saya. Terima kasih,” tuturnya dalam video yang diunggah 2013 lalu. Ia lalu menyanyikan hymne Bali Tolak Reklamasi, “Bangun Bali subsidi petani, kita semua makan nasi bukannya butuh reklamasi…”

Dukungannya berlanjut dengan terlibat dalam konser penggalangan dana gerakan di Jakarta bertajuk Svara Bhumi. Ada banyak pesohor lain ambil peran seperti Melanie Subono, Superman Is Dead, dan Nosstress dari Bali.

Dalam panggungnya tahun ini di Bali kembali Iwan Fals menggaungkan isu lingkungan. Kali ini ditambah dengan kampanye keberagaman, bertajuk konser Satu. Bersama band-band kesayangan label Musica, Noah, Nidji, Dmasiv, dan Geisha. Ini panggung serial panggung terakhir.

Iwan membuka konser bertiket Rp50 ribu ini, dengan mengatakan warga harus bangga dengan kelimpahan pantai Indonesia yang buat iri dunia. “Anugerah dan kebhinekaan jati diri sebagai Indonesia,” seru pria yang gemar mengenakan ikat kepala di atas panggung ini.

“Begitu banyak kehidupan memberi seperti ibu menyayangi anaknya. Sudah berterima kasih sama ibu tadi? ini jadi pertanyaan besar yang harus dijawab, sanggup?” ia memanasi ribuan penonton. Sebagian terus berteriak OI, OI.  Orang Indonesia atau OI ini organisasi penggemar Iwan Fals, yang kepengurusannya menyebar di kecamatan bak partai politik.

Ia bercerita sebelum manggung sudah menanam pohon-pohon pelangi. “Mudah-mudahan menjadi hutan pelangi dan berikan oksigen. Makin hari alam makin terancam. Kalau tak bekerja memeliharanya, berdosa,” serunya membuka lagu Tanam Siram Tanam.

“Tanam, tanam, tanam. Kita menanam tanam kehidupan. Kita tanam masa depan. Jangan lupa disiram yang sudah ditanam. Tanam pohon kehidupan sirami dengan sayang. Tanam masa depan benalu kita bersihkan. Biarkan anak cucu belajar di bawah pohon, hidup di hijaunya daun.”

 Iwan mengingatkan lagu ini pada sebuah peristiwa menarik. “Ada kampus di Jakarta kerjanya berkelahi terus. Setelah tanam dan pohon besar, eh perkelahian menurun. Mahasiswa banyak belajar di bawah pohon termasuk pacaran,” ia terkekeh-kekeh.

Kemudian ia menendangkan lagu pohon pelangi. “Batangnya warna warni tapi kompak tak berkelahi. Semoga Indonesia terinsipirasi pelangi,” pintanya.

Pelangi … pelangi…. Memang indahlah kamu. Ada tujuh warnamu. Menjadi inspirasi yang tak habis-habis. Lalu kunyanyikan ini untukmu.

Pelangi…. pelangi….Selalu saja kuterpesona. Membawa kedamaian yang ajaib. Sebagai selendang bidadari. Atau tangga menuju surga.

Setiap manusia ada warnanya. Setiap warna ada nafasnya. Tarikan nafasnya tentu saja doa. Dia menjadi pengawal hidup. Kita bisa belajar dari situ. Betapa agungnya kamu. Tak saling bercampur walau pun beradu. Sejak sebelum manusia ada.

 Kita bisa belajar dari situ. Bangsa ini pun seharusnya begitu. Persis seperti mimpi kita bersama. Berbeda-beda tetapi satu.

 Setelah badai datang pelangi. Di punggungku matahari. Adalah air sahabat sejati. Pelangiku banyak lagu tentangmu.

Ariel, vokalis Noah dengan sweater putih lalu bergabung dengan Iwan Fals. Bersama personil Noah lainnya dan iringan gitar Iwan, Ariel memilih tembang lawas dan everlasting. “Ribuan kilo jalan yang kau tempuh. Lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan…”

Iwan Fals bernyanyi bersama Noah dalam konser di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali pada Jumat 15 April 2016. Foto : Luh De Suriyani
Iwan Fals bernyanyi bersama Noah dalam konser di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali pada Jumat 15 April 2016. Foto : Luh De Suriyani

Kemudian berlanjut menyanyikan lagu Alam Malam dengan liriknya yang bersahaja, “Menjadi anak alam lahir di ujung malam. Bumi bunda, bapak angkasa. Merasakan udara membawa peristiwa.” Iwan menyebut lagu dalam album Cikal, 1991 ini adalah kisah ketika ia kumpul-kumpul sama teman.

Iwan rehat, dilanjutkan Noah dengan dua lagunya sendiri. Lanjut duet dengan Iwan. Ariel mengambil jimbe dan Iwan tetap bergitar. Keduanya menyoraki pencela, lagu baru Iwan.

“Mencela para pencela. jaman tikus mengaku macan. apa gunanya jika semua saling mencela.”

 Usai menyanyi, Iwan tertawa. “Lagu tadi jadi curhat ya. Ril, kamu ada haters gak? Penting gak ada haters?” pancingnya ke Ariel.

“Kalau saya yang penting kritik. Haters menghina karena dasarnya benci,” sahut Ariel singkat. Pria dengan satu anak ini memang irit bicara.

Cahaya redup, muncul Momo dan bandnya Geisha. Ia membuka dengan lagu Iwan, “denting piano kalau jari menari…”

“Geisha dari Pekanbaru, anak daerah yang merintis karir dengan usaha keras. Intinya tak hanya Geisha yang mau seperti ini,” ia menyemangati anak muda untuk terus berusaha.

Momo mengingat lagu pertama Iwan Fals yang dia tahu adalah Buku ini Aku Pinjam. “Lagu ini dibuat tahun 88 ketika saya baru belajar ngomong, berusia 2 tahun.” Dan lagu itu masih didendangkan banyak biduan.

Musisi yang masih rajin menggelar panggung musik di rumahnya di Leuwinagung juga memancing dengan pertanyaan hiburan ala infotainment. “Kok bisa buat lagu mendayu?”

Iwan Fals dalam konsernya bertajuk "SATU" di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali pada Jumat 15 April 2016. Dalam konserya itu, Iwan menyuarakan tentang pelestarian hutan dan lingkungan. Foto : Luh De Suriyani
Iwan Fals dalam konsernya bertajuk “SATU” di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali pada Jumat 15 April 2016. Dalam konserya itu, Iwan menyuarakan tentang pelestarian hutan dan lingkungan. Foto : Luh De Suriyani

Momo menjelaskan kebanyakan memang tentang pengalaman personilnya. Misalnya Roby, gitaris yang saat ini menjalani proses hukuman di Bali karena kepemilikan ganja kering, ditangkap 2015 lalu. Ia menyebut Roby yang kebanyakan menulis lirik-lirik mendayu Geisha. Momo berharap temannya yang sudah dua kali ditangkap polisi ini tegar melalui proses hukum.

Iwan juga mengajak Momo merefleksikan kondisi bumi tempat berkehidupan. “Bumi isinya 7 milyar, kita harus berpikir ulang bagaimana hidup seimbang,” gugah Iwan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,