,

Hari Migrasi Burung Sedunia 2016: Hentikan Pembunuhan, Pengambilan, dan Perdagangan Burung

Tanggal 10 Mei ini, diperingati sebagai Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migratory Bird Day 2016. Kesepakatan tersebut dibuat oleh Sekretariat Konvensi Jenis-jenis Bermigrasi/ Convention on Migratory Species (CMS)  dan Perjanjian Burung-burung Air Bermigrasi di Afrika – Eurasia/African – Eurasian Migratory Waterbird Agreement (AEWA).

Jika dilihat sejarahnya, cikal bakal perayaan burung bermigrasi dimulai pada 1993 di Amerika Serikat, ketika tiga organisasi pelestarian burung, yaitu US Fish and Wildlife Service, Smithsonian Migratory Bird Center dan Cornell Laboratory of Ornithology merayakan hari yang disebut “Hari Burung Bermigrasi Internasional /International Migratory Bird Day.” Tujuannya, sebagai penyadartahuan pelestarian burung di wilayah Amerika. Kegiatan ini sukses di belahan bumi barat, namun tidak berimbas di belahan bumi lainnya.

Untuk menyebarkan “virus” perayaan tersebut, pada ulang tahunnya yang ke-10 (tahun 2005), Sekretariat AEWA menginisiasi perayaan serupa untuk cakupan global yang kemudian diberi nama Hari Burung Air Bermigrasi/Migratory Waterbird Days (MWD) yang meliputi Afrika, Eropa dan sebagian Asia. Secara resmi, kegiatan yang sekarang dikenal sebagai World Migratory Bird Day (WMBD) ini pertama kali dicanangkan di Likipia, Kenya, 8-9 April 2006.

Sejak itu, perayaan WMBD dilaksanakan di berbagai negara, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, yang biasanya dilaksanakan sekitar minggu ke-2 Bulan Mei. Tanggal yang sebetulnya bukan merupakan musim puncak migrasi burung di sebagian besar negara-negara Asia yang wilayahnya berada di  jalur terbang Asia Timur – Australasia.

Sejauh ini, lebih dari 130 negara yang merayakan WMBD dengan berbagai kegiatan, seperti program penyuluhan, presentasi dan diskusi, pengamatan bersama, kompetisi penulisan atau lomba foto, pameran seni dan pertunjukan lainnya.

Beberapa organisasi yang dikenal sebagai pemrakarsa kegiatan global ini adalah United Nations Environment Programme (UNEP), Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals (CMS), African-Eurasian Migratory Waterbird Agreement (AEWA), BirdLife International, Wetlands International, East Asian – Australasian Flyway Partnership (EAAFP), dan The International Council for Game and Wildlife Conservation (CIC).

White Pelican (Pelecanus erythrorhynchos). Foto: Sergey Dereliev (UNEP/AEWA)
White Pelican (Pelecanus erythrorhynchos). Foto: Sergey Dereliev (UNEP/AEWA)

Pada setiap tahun perayaan, disepakati tema tertentu yang menggambarkan perhatian bersama secara global pada tahun tersebut. Untuk tahun 2016, tema perayaannya adalah “… Ketika langit sunyi? Hentikan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan ilegal burung air bermigrasi (… and when the skies falling silent? Stop the illegal killing, taking and trade of migratory birds).

Sejalan dengan tema tersebut, perayaan 2016 ini ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat global mengenai pentingnya menangani semakin banyaknya burung air bermigrasi yang hilang akibat kegiatan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan  ilegal. Belum lagi bila kita membicarakan faktor-faktor lain yang menyebabkan semakin menyusutnya jumlah populasi burung air bermigrasi di seluruh dunia, baik berupa menyusutnya habitat, pencemaran perairan, maupun fenomena perubahan iklim yang semakin mempersempit ruang gerak burung.

Spoon-billed Sandpiper. Foto: Smith Sutibut
Spoon-billed Sandpiper. Foto: Smith Sutibut

Mengapa harus melindungi burung air bermigrasi?

Migrasi burung air adalah fenomena alam yang sangat menakjubkan. Jutaan burung air pada waktu hampir bersamaan, melakukan perjalanan tahunan, meninggalkan lokasi berbiak mereka yang secara fisik tidak menguntungkan untuk ditempati karena berlapis salju. Mereka harus bergerak menunju negeri di selatan yang masih hangat dan menyediakan makanan berlimpah. Pada saat yang tepat juga, mereka pun harus kembali ke negeri asalnya di utara ketika musim hangat tiba untuk mencari pasangan dan beranak-pinak.

Kegiatan bermigrasi ini berulang setiap tahun dengan presisi waktu yang sangat menakjubkan. Banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan bagaimana fenomena migrasi tersebut berlangsung, faktor apa saja yang mendorong mereka untuk memulai migrasi, serta hal apa saja yang memandu mereka untuk mencapai lokasi tujuan secara tepat dan cepat.

Formasi burung bermigrasi saat terbang. Foto: Jussi Mononen
Formasi terbang burung bermigrasi. Foto: Jussi Mononen

Bagi burung air, migrasi adalah perjalanan penting melelahkan yang harus mereka jalani untuk menyambung kehidupan dan keturunan mereka. Seringkali perjalanan tersebut tidak berlangsung mulus dan menyenangkan karena berbagai gangguan yang harus dihadapi. Banyak diantara mereka yang tidak bisa menyelesaikan perjalanannya karena lokasi tempat mereka berhenti untuk mencari makanan telah hilang atau berubah fungsi.

Di beberapa lokasi persinggahan malah mereka ditangkap dan dibunuh untuk berbagai alasan. Termasuk, dijadikan sebagai bahan makanan maupun kesenangan berburu. Itulah sebabnya, karena perjalanan para burung ini melintasi batas banyak negara, diperlukan kerja sama berbagai negara, lembaga non-pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Dengan maksud, melindungi dan menyediakan para burung bermigrasi ini habitat yang memadai, baik untuk keperluan berbiak, berhenti sementara mencari makan, maupun sebagai lokasi akhir migrasi.

wmbd_poster_2016_english

Perayaan di Indonesia

Indonesia merayakan WMBD sejak awal dilaksanakannya perayaan tersebut. Sebagai salah satu negara yang dilewati burung air bermigrasi di jalur terbang Asia Timur – Australasia (EAAF), Indonesia pastinya memiliki peran penting dalam pelestarian burung air bermigrasi ini. Beberapa lokasi di Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua diketahui merupakan tempat persinggahan penting burung pengembara tersebut.

Namun begitu, tempat-tempat tersebut, khususnya di Jawa dan Sumatera, juga diketahui sebagai lokasi masyarakat melakukan kegiatan, sehingga konflik pemanfaatan lahan sering terjadi.

Untuk 2016, beberapa kelompok pengamat burung di Jawa dan Sulawesi menyatakan akan melaksanakan kegiatan di wilayahnya masing-masing. Wetlands International sebagai salah satu pemrakarsa peringatan WMBD di tingkat global juga telah berpartisipasi pada seminar yang diadakan di kampus Universitas Indonesia, 7 Mei 2016.

Dalam seminar tersebut, Wetlands International Indonesia memaparkan informasi umum mengenai burung air bermigrasi, tantangan yang dihadapinya serta usaha-usaha untuk melindunginya. Wetlands International Indonesia juga membantu Balai Taman Nasional Wasur untuk kegiatan seminar dan pengamatan burung air di taman nasional, yang didukung oleh Sekretariat EAAFP di Korea.

Tak kalah penting, pembicara lain dari Wildlife Conservation Society dan Yayasan Konservasi Elang Indonesia memaparkan mengenai perdagangan satwa khususnya burung di Indonesia yang pastinya merupakan ancaman serius bagi kehidupan burung. Sementara pembicara dari Universitas Indonesia menjelaskan mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap burung.

Berbagai kegiatan ini, dilakukan sebagai upaya guna mendukungan kehadiran burung air yang bermigrasi di Indonesia. Suatu aksi nyata yang diharapkan memberikan kontribusi berarti bagi kelangsungan populasi burung-burung pengembara yang menjadikan Indonesia sebagai tempat persinggahannya.

Yus Rusila Noor, Programme Manager Wetlands International Indonesia. Email:[email protected]

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,