,

Semarak, Perayaan Hari Migrasi Burung Sedunia di Gorontalo

Tidak banyak yang tahu bila 10 Mei 2016 diperingati sebagai Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migratory Bird Day (WMBD). Dan di Gorontalo, untuk pertama kalinya perayaan ini digelar. Perayaan yang diinisiasi oleh Gorontalo Biodiversity Forum (GBF). Anggota forum ini merupakan individu-individu yang memiliki kepedulian terhadap penyelamatan satwa, khususnya burung migran di Gorontalo.

Selasa pagi, 10 Mei 2016, perayaan burung migran ini digelar dengan cara melakukan pengamatan di dermaga Danau Limboto dengan mengajak awak media serta sosialisasi pengenalan jenis-jenis burung kepada siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Telaga Jaya, di Desa Hutadaa. Sekolah tersebut berada di pesisir Danau Limboto dan merupakan lalu lintas migran serta habitat burung.

Ririn Hasan, anggota GBF yang juga staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Sulawesi Utara, mengatakan bahwa siswa sekolah dasar yang tinggal di pesisir danau mengenal dekat berbagai jenis burung. Namun, banyak yang tidak mengetahui bila burung tersebut statusnya dilindungi dan terancam punah. “Peran warga penting untuk menjaga kelestariannya.”

Dalam rilis yang dikeluarkan GBF, disebutkan beberapa jenis burung penetap di Danau Limboto di antaranya: elang bondol, elang paria, mandar batu, mandar besar, blekok, kuntul, dan cangak. Sedangkan jenis burung migran tercatat 49 jenis.

Berkik-kembang besar yang terlihat di Danau Limboto. Foto: Idham Ali/Gorontalo Wildlife Fotography

Jenis burung migran tersebut yaitu cerek kernyut (Pluvalis fulva), berkik-ekor lidi (Gallinago stenura), ibis rokoroko (Plegadis falcinellus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), trinil semak (Tringa glaerola), trinil rawa (Tringa stagnatilis), dan kedidi ekor-tajam (Calidris acuminata).

“Migrasi burung di Danau Limboto mengalami puncaknya setiap Agustus hingga November. Mereka berasal dari belahan Utara seperti Siberia dan bagian Selatan yakni Selandia Baru,” kata Rosyid Azhar, anggota GBF.

Sementara itu, menurut Kepala Sekolah SDN 3 Telaga Jaya, Elvi Abubakar, pengenalan burung-burung yang ada di Danau Limboto kepada siswa penting dilakukan. Tidak hanya siswa, juga guru, karena materi yang diberikan tidak ada dalam kurikulum sekolah.

“Edukasi pelestarian burung ini penting. Siswa jadi tahu jenis burung dan kehidupannya seperti apa.”

Elvi berharap pengenalan ini menumbuhkan kesadaran anak sejak dini, sehingga tidak memburu, merusak dan memperdagangkan burung-burung yang ada di Danau Limboto.

Danny Rogi, aktivis lingkungan yang tergabung dalam GBF menjelaskan, WMBD dimulai pada 2006 yang merupakan kampanye peningkatan kesadaran untuk konservasi burung migran dan habitatnya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Conservation of Migratory Species of Wild Animals (CMS) dan Agreement on the Conservation of African-Eurasian Migratory Waterbirds (AEWA), dua lembaga yang dikelola United Nations Environment Programme (UNEP).

Kampanye tahun ini secara finansial didukung oleh Kementerian Lingkungan Jerman, Nature Conservation, Building and Nuclear Safety (BMUB). Tema yang diusung adalah Stop Illegal Killing, Taking and Trade.

“WMBD dirayakan di seluruh dunia, tetapi yang paling penting adalah konteks lokalnya di Gorontalo yakni Danau Limboto yang juga disinggahi burung migran,” kata Danny.

Menurutnya, tidak semua daerah beruntung memiliki keanekaragaman hayati burung migran seperti Danau Limboto, sehingga perlu menggiatkan partisipasi warga pesisir dalam menjaga kawasan tesebut.

“WMBD ini salah satu pintu masuk penyelamatan danau secara menyeluruh karena keberadaan burung migran hanya satu dari sekian alasan mengapa danau ini tidak boleh punah.”

Mandar kelam di Danau Limboto. Foto: Idham Ali/Gorontalo Wildlife Fotography

Bukti Migrasi

Dalam rilis yang dikeluarkan GBF menjelaskan, pada  2015, Rosyid Azhar menemukan burung dengan stiker bendera Victoria di Danau Limboto. Kedidi golgol (Curlew Sandpiper) dengan tanda bendera khusus itu merupakan bukti bahwa Danau Limboto jalur migrasi burung dari belahan bumi yang lain.

Iwan Hunowu dari Wildlife Conservation Society melaporkan temuan burung tersebut kepada Australian Wader Study (AWS) Group, untuk mendapatkan informasi mengenai jalur migrasi burung.

“Berdasarkan informasi dari Roger Standen, orang yang bertanggung jawab dengan database perjumpaan burung migran berbendera dari Australasian Wader Study (AWS) Group, mengatakan benar jenis yang teramati di Danau Limboto berasal dari Victoria,” ungkap Iwan.

Perayaan burung migran di Gorontalo. Foto: Shita Hunowu Carundeng
Perayaan burung migran di Gorontalo. Foto: Shita Hunowu Carundeng

AWS memperkirakan burung tersebut melakukan perjalanan sejauh 4.795 kilometer, dengan sudut 327 derajat dari lokasi penandaan awal di Victoria, Australia.

“Mereka sangat berterima kasih dengan laporan temuan dari Forum Biodiversitas Gorontalo, karena hal itu dinilai sangat berarti bagi ilmu pengetahuan dan tujuan konservasi,” tambahnya.

Iwan yang juga anggota GBF mengatakan akan terus membangun komunikasi dengan AWS khususnya Global Flyway Network, dan berupaya agar Gorontalo memiliki bendera khusus untuk burung. “Penandaan tersebut sudah disepakati di tingkat internasional, membutuhkan alat dan harus dilakukan oleh orang dengan sertifikasi khusus.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,