, , ,

Perempuan Kendeng Ketuk Hati Jerman agar Investasi Peka Dampak

Senin pagi, (16/5/16), hujan deras mengguyur Jalan Sudirman, Jakarta. Ini tak menyurutkan semangat 30-an perempuan Kendeng aksi di depan Kantor Kedutaan Besar Jerman. Mengenakan topi caping dan baju kebaya, serta membawa bendera merah putih. Puluhan polisi semula bertugas mengamankan aksi, justru kalah, mereka berhamburan mengamankan diri dan mengambil jas hujan lalu segera kembali pengamanan.

Di depan para perempuan, tersaji hasil tani dari kampung halama. Ada jagung, singkong, terong, mentimun dan sayur mayur. Mereka mau menunjukkan lahan pertanian subur terancam rencana pembangunan pabrik  PT Indocement Tunggal Perkasa (ITP). Satu per satu mereka orasi dalam bahasa Jawa. Sesekali tembang syahdu dalam Bahasa Jawa serempak dinyanyikan.

“Kami aksi di Kedubes Jerman karena ini kan mewakili negaranya. Tempat kami akan dihancurkan pembangunan pabrik semen dana dari Jerman. Kami berharap, mudah-mudahan  Kedubes  Jerman bisa mewakili dan menyuarakan agar bisa menghentikan dana untuk Indocement,” kata Gunarti, perempuan Kendeng.

Anak perusahaan ITP, PT Sahabat Mulia Sakti (SMS) hendak ekspansi penambangan dan pembangunan pabrik semen di Kecamatan Kayen dan Tambakromo, Pati. Wilayah ini padat penduduk dan mengancam banyak sumber air warga.

Aksi di Kedubes Jerman, karena perusahaan Jerman, Heidelberg Cement AG, dipegang Birchwood Omnia Ltd, pemilik saham ITP 51%. Lewat aksi ini, warga berharap, investasi Jerman di Indonesia khusus di Pegunungan Kendeng, tak hanya memperhatikan aspek ekonomi juga lingkungan, sosial budaya, daya dukung, serta daya tampung wilayah.

Dua orang perwakilan dari mereka diterima kedutaan untuk berdialog, Gunretno dan Paini. Paini adalah warga terdampak langsung. Dia penggugat Bupati Pati di PTUN Semarang. Pada November 2015 gugata menang, kini Bupati Pati dan SMS banding.

Gunretno, dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMMPK)  mengatakan, diterima sangat baik Kedubes Jerman. Mereka mengatakan, walaupun tak mempunyai kewenangan langsung tetapi pemerintah dan warga Jerman, tak senang kegiatan merusak lingkungan. “Kami sampaikan tertulis maupun lisan, tak akan dilewatkan,” kata Gunretno, meniru ucapan perwakilan kedubes.

Marginal band, menyayikan lagu Kartini-Kartini Rembang Pasti Menang. Foto: Indra Nugraha
Marginal band, menyayikan lagu Kartini-Kartini Rembang Pasti Menang. Foto: Indra Nugraha

Kedubes Jerman , katanya, akan membangun komukasi aktif dengan warga. Tak hanya percaya pemda yang mengatakan, seolah-olah warga setuju pembangunan semen. “Dia bahkan menjanjikan senang hati kalau diundang warga datang,” katanya.

Setelah di Kedubes Jerman, warga menuju Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Marjinal Band juga ikut aksi. Sesaat sebelum warga ke Kementerian ESDM, mereka menyanyikan lagu bertajuk “Kartini-Kartini Rembang Pasti Menang.”

“Lagu ini kami buat 2014. Kami juga buat video klipnya,” kata Mike, Marjinal. Bagi dia, perempuan-perempuan Kendeng adalah guru. Mereka selalu bisa memberikan semangat dan melihat kehidupan dengan jelas.

Mike beserta grup musik Marjinal bertekad, memaksimalkan waktu sosialisasi dan advokasi agar makin banyak peduli perjuangan perempuan-perempuan Kendeng.

Perempuan Kendeng protes perusahaan Jerman agar berinvestasi peduli dampak. Foto: Indra Nugraha
Perempuan Kendeng protes perusahaan Jerman agar berinvestasi agak peduli dampak. Foto: Indra Nugraha
Perempuan Kendeng aksi membawa hasil tani. Foto: Indra Nugraha
Perempuan Kendeng aksi membawa hasil tani. Foto: Indra Nugraha
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,